Laporkan Masalah

Indikasi manajemen laba sebelum dan setelah pergantian manajemen puncak :: Studi empiris pada Badan Usaha Milik Negara Indonesia

DEWI, Fajar Gustiawaty, Dr. Suwardjono, MSc

2001 | Tesis | S2 Akuntansi

Manajemen laba (earnings management) merupakan cara yang digunakan manajer untuk mempengaruhi angka laba, baik dengan maksud meningkatkan laba ataupun menurunkan laba. Tindakan ini boleh dilakukan, karena sampai saat ini standar akuntansi memberikan kebebasan kepada manajer untuk memilih metoda yang akan digunakan. Penelitian ini menggunakan proksi discretionary accruals (abnormal accruals) dalam model modiikasi-Jones untuk mendeteksi adanya manajemen laba pada perioda sebelum dan setelah pergantian manajemen puncak. Penelii berharap bukti empiris yang didapat dari peneliian ini dapat memberikan kontribusi bagi pemerintah (sebagai pemilik BUMN), investor serta dunia akademik. ' Penelitian yang mengambil sampel12 BUMN yang terjadi pergantian manajemen puncak pada tahun 1998 ini, menghasilkan bahwa tidak terdapat perbedaan laba pada perioda sebelum dan setelah pergantian manajemen puncak. Hal ini bisa dipengaruhi oleh faktor ekstemal, dimana kondisi perekonomian Indonesia pada tahun pengamatan berada pada masa krisis. Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa discrefionary accmals pada perioda sebelum dan setelah pergantian manajemen puncak tidak berbeda secara signifikan. Akan tetapi, nilai mean negati discretionary accruals pada perioda sebelum pergantian menunjukkan bahwa manajer tidak terbukti ingin meningkatkan laba. Sebaliknya nilai mean positii pada perioda setelah pergantian menunjukkan bahwa manajer ingin segera dinilai baik prestasinya dengan cara meningkatkan laba. Hasil pengujiin one-way Anova untuk hipotesis ketiga menunjukkan bahwa discmtionav accruals pada perioda sebelum pergantian manajemen puncak tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara BUMN yang terjadi pergantian dengan BUMN yang tidak terjadi pergantian dan swasta yang terjadi pergantian. Bukti ini menunjukkan bahwa manajer tidak terdorong untuk meningkatkan laba pada akhir masa jabatannya. Hal ini tidak konsisten dengan bonus plan hypothesis, tetapi konsisten dengan penelitian Murphy dan Zimmerman (1 993) dan Pourciau (1 993). Sedangkan pada perioda setelah pergantian manajemen puncak, pengujian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan discretionary accruals secara signifikan antara BUMN yang terjadi pergantian dan kedua grup kontrol, terutama antara BUMN yang terjadi pergantian dan swasta yang terjadi pergantian. Hal ini mungkin disebabkan oleh perilaku manajer yang berbeda. Pada perusahaan swasta kelihatannya manajer ingin menurunkan laba (nilai mean negatif) dengan harapan pada perioda selanjutnya dapat menggambarkan trend yang mening kat.

Earnings management is a manager's choice to influence earnings number, both income-increasing and income-decreasing. This behavior may be done, because until now accounting standard gives choices for manager to choose the method which will be used. This research uses proxy of discretionary accruals (abnormal accruals) to detect earnings management on the period before and after CEO turnover. Researcher expects that empirical evidence from this research can give benefd for the government (as the owner of BUMN), investors and academics. The result of this study that takes 12 government's enterprises (BUMN) that occur CEO turnover on 1998 as a sampel, reports there's no difference between earnings on before and after CEO turnover periods. This can be influenced by external factors, when economic crisis of Indonesian is in observation years. Examination of the second hypothesis shows that discretionary accruals before and after CEO turnover are not significantly no different. However, negative mean value before CEO turnover periods shows that there is no evidence for the manager to increase income. In contrast, positive means value after CEO turnover periods shows that managers immediately hope good performance with income-increasing. The results of examining the third hypothesis by using one-way Anova shows that discretionary accruals before CEO turnover periods between BUMN that occur CEO turnover, BUMN that CEO turnover don't occur and private that occur CEO turnover have no significant difference. This evidence shows that managers were not motivated to increase the earnings at the end of his incumbency. This's not consistent with bonus plan hypothesis, but consistent with Murphy and Zimmerman's (1 993) and Pourciau's (1 993) studies. While after CEO turnover periods, the result shows that there'no significant difference of discretionary accruals between BUMN that occur CEO turnover and all control groups, especially between BUMN that occur CEO turnover and private that occur CEO turnover. This might be caused by the difference of manager's behavior. On private enterprises managers want to decrease the earnings (negative mean value) with the expectation that they can get the increasing trends on next periods.

Kata Kunci : Manajemen Laba,BUMN,Pergantian Manajer Puncak,earnings, discretionary accruals, CEO turnover


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.