Konflik antara Nahdlatul Ulama dengan Muhammadiyah dan resolusinya :: Penelitian di desa Pegandekan, Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah
YUSUF, Mundzirin, Prof.Dr. Sunyoto Usman
2001 | Tesis | S2 SosiologiDi Indonesia, konflik antara Nandlatul Ulama (NU) dengan Muhammadiyah telah berlangsung lama. Sebenarnya, apa yang dikonflikkan bukanlah menyangkut ajaran-ajaran yang asasi (fondamental), seperti aqidah, syari'ah dan akhlak, melankan masalah-masalah furu'iyah (cabang) dan kadang-kadang masalah budaya. Tulisan ini mengemukakan teori konflik yang dikemukakan oleh Coser dan Dahrendorf. Coser berpendapat bahwa konflik banyak menyumbang banyak terhadap kelestarian kelompok dan mempercepat hubungan di antara mereka. Dia juga berpendapat bahwa konflik tidak selalu disfungsional, bahkan konflik diperlukan untuk mempertahankan hubungan. Sementara itu Dahrendorl berpendapat bahwa konflik mempunyai mata rantai dengan perubahan sosial. Dengan teori-teori tersebut ternyata konflik dapat menegakkan kembali persatuan. Rupanya hal itu dapat dibuktikan di Desa Pegandekan, terutama setelah ditemukan resolusinya. Bentuk-bentuk resolusinya adalah terjadinya rekonsiliasi (islah) di antara mereka. Dad rekonsiliasi inilah terjadi kerjasama, bahkan dari kalangan NU mengaku sering berguru kepada Muhammadiyah terutama dalam masalah Zakat, Qurban dan bentuk-bentuk yang lain.
The conflict between Nadlatul Ulama (NU) and Muhammadiyah in Indonesia has been lasting for a long time. In fact, the subject matter of the conflict does not deal with the fundamental teachings of the Islam such as Aqidah, Syari'ah and akhlak. Rather, it deals with the branches of Islamic teachings (furu'iyah) and, sometimes, with cultural subjects. This writing is fraying to look at the conflict above with the theories conveyed by Coser and Dahrendorf. In the view of Coser, conflict could support a lot of things for the relationship between them. He States that conflict should not be malfunction, but it is needed to sustain the relationship instead. Meanwhile, Dahrendorf asserts that conflict is one of the chains of social change: Conclusively, the theories above do keep up that conflict or disagreement could fasten Muslim's unity. The above theories are relevant to the conflict happened between Nandlatul Ulama and Muhammadiyah in Pegandekan, especially after they found its solution. One of the ways out of the reconciliation (islah) between them. The reconciliation raises some cooperation between them, and even some NU followers lesm mauch from Muhammadiyah dovotee especially in conducting zakat, qurban etc.
Kata Kunci : Konflik Antar Kelompok, NU dan Muhammadiyah, Resolusi