KETERSEDIAAN OBAT ESENSIAL DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN SEKTOR PUBLIK DAN SWASTA DI PROVINSI BENGKULU DENGAN MENGGUNAKAN METODE WHO-HAI

Rakhmad Basuki S, Prof. DR. Sri Suryawati, Apt; dr. Rustamaji, M.Kes

2014 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Latar Belakang: Obat merupakan salah satu intervensi dalam pelayanan kesehatan. Pengukuran ketersediaan obat oleh Kementerian Kesehatan Indonesia menggunakan indikator 135 obat dan 9 vaksin pada sektor publik khususnya di Puskesmas. Indikator ini berbeda dengan indikator ketersediaan obat WHO. Akibatnya data ketersediaan obat Indonesia tidak tersedia pada data WHO. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui ketersediaan obat esensial di sarana pelayanan kesehatan milik publik dan swasta di enam kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu, yaitu RSUD, Puskesmas dan Apotek. Metode Penelitian: Mix Method Research dua tahap, tahap I menyusun daftar obat esensial sebagai indikator untuk ketersediaan dengan Metode Delphi dan tahap II mengukur ketersediaan obat dengan metode WHO-HAI, metode penelitian survei deskriptif, disain penelitian cross sectional. Survei pada 42 sektor publik (36 Puskesmas dan 6 RSUD) dan 34 Apotek di enam kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu, bulan Februari-Mei 2014. Hasil Penelitian: Daftar obat Indikator sebanyak 51 item terdiri 13 item obat global, 8 obat regional dan 30 item obat nasional. Dengan capaian rerata pada sektor publik obat generik sebesar 57,2% (SD 34,1%) dan obat bermerek sebesar 4% (SD 6,1%). RSUD rerata ketersediaan obat generik sebesar 71,7% (SD 32,2%) dan obat bermerek sebesar 21,3% (SD 29,2%). Puskesmas rerata ketersediaan obat generik sebesar 54,8% (SD 36,1%) dan obat bermerek sebesar 1,2% (SD 4,3%). Sektor swasta rerata ketersediaan obat generik sebesar 43,1% (SD 29,4%) dan obat bermerek sebesar 31,4% (SD 32,9%) Kesimpulan: Metode Delphi dapat digunakan untuk menyusun daftar obat indikator. Secara keseluruhan ketersediaan obat indikator di Provinsi Bengkulu sangat rendah. Ketersediaan obat di sektor publik rendah disebabkan beberapa faktor diantaranya obat sudah kadaluarsa, obat didistribusikan habis ke daerah rawan lazimnya pada obat program, obat direncanakan tapi tidak direalisasikan, dan obat yang terdapat dalam daftar indikator tidak dibeli, melainkan obat lain dari kelas terapi yang sama. Sedangkan di sektor swasta disebabkan pemilik sarana apotek hanya menyediakan obat yang paling banyak dibeli masyarakat.

Background: mediciness as one intervention in health care. Medicines availability assessment conducted by the MoH using 135 medicines use indicators and 9 vaccines in the public sector, especially in PHC. This indicators didn������¢���¯���¿���½���¯���¿���½t meet with WHO indicators. It made Indonesia data didn������¢���¯���¿���½���¯���¿���½t available in WHO data. Method: Mix Method Research with 2 phase, phase 1 is developed a list of essential mediciness as indicators of the availability with Delphi Method, and phase 2 to measure medicines availability with WHO-HAI Method was used to conduct a cross sectional survei to collect data on availability of medicines in 42 public (36 PHC and 6 General Hospital) and 34 private sector from 6 capital city/district in Bengkulu provinces, February-May 2014. Result: medicines list of indicator were 51 items consisting of 13 items of global core, 8 regional core and 30 national core. Public sector mean availability of generic medicines was 57,2% (SD 34,1%) and branded generic was 4% (SD 6,1%), General Hospital mean availability of generic medicines was 71,7% (SD 32,2%) and branded generic was 21,3% (SD 29,2%). PHC mean availability of generic medicines was 54,8% (SD 36,1%) and branded generic was 1,2% (SD 4,3%), private sector mean availability of generic medicines was 43,1% (SD 29,4%) and branded generic was 31,4% (SD 32,9%). Conclusion: Delphi method can generate a list of indicator medicines. Overall availability of medicines indicator very low at Bengkulu province. In public sector reason availability very low because medicine was expire date, all of medicine was distribution to facility, medicine which ask for but not realization and other medicine was provides in same class therapeutic. In private sector reason availability very low because pharmacy was provides medicine the most widely purchased.

Kata Kunci : Kata Kunci : metode WHO-HAI, metode Delphi, ketersediaan obat, akses obat, Provinsi Bengkulu