Laporkan Masalah

KAJIAN EPIDEMI PENYAKIT KANKER BATANG DUKU DI PROVINSI JAMBI

SIGID HANDOKO, Prof. Dr. Bambang Hadisutrisno, DAA.

2014 | Disertasi | S3 Fitopatologi

Duku (Lansium domesticum Corr.) merupakan salah satu buah unggulan Provinsi Jambi yang mampu mendatangkan pendapatan asli daerah sangat tinggi. Selama kurun waktu 2004—2011, produksi buah duku mengalami penurunan tajam, yaitu sebesar 93,73%, yang terutama disebabkan oleh penyakit kanker batang. Penyakit kanker batang duku telah menyebar sejak tahun 2003 di enam kabupaten sentra duku di Provinsi Jambi. Peningkatan intensitas penyakit sejak tahun 2004 hingga 2011 tercatat sebesar 40,53% dari populasi 365.729 duku. Hasil pengamatan tahun 2012 menunjukkan bahwa intensitas penyakit tertinggi terdapat di Kabupaten Batanghari sebesar 61,33%, dan terendah di Kabupaten Muaro Jambi sebesar 21,33%. Penyakit di lapangan membentuk agihan mengelompok yang menunjukkan bahwa penyebabnya adalah patogen terbawa tanah. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa penyakit kanker batang duku disebabkan oleh Phytophthora palmivora, yang mempunyai variasi tipe koloni, bentuk, dan ukuran sporangium. Hasil pengujian menunjukkan bahwa P. palmivora isolat Djb1 mempunyai tingkat virulensi tertinggi dibandingkan dua isolat lain, yaitu P. palmivora Djb2 dan P. palmivora Djb3, sehingga kemudian digunakan sebagai isolat uji. P. palmivora isolat Djb1 memiliki kekerabatan yang sangat dekat (homologi sebesar 99,93%) dengan P. palmivora strain TR_2 isolat durian dari Thailand dan P. palmivora isolat 176 PC kelapa sawit dari Kolombia, dan dapat menginfeksi duku kultivar Palembang, Purbalingga, Purworejo, Matesih, dan Bantul. Tingkat perkembangan epidemi penyakit kanker batang duku dipengaruhi oleh anasir cuaca, sifat fisika dan kimia tanah, populasi mikroba antagonis, dan jamur mikoriza dalam rizosfer. Analisis sidik lintas menunjukkan bahwa anasir cuaca, terutama suhu tanah dan udara, serta kelembapan udara dapat meningkatkan laju infeksi penyakit kanker batang duku meskipun tidak berbeda nyata pada tiga jenis bulan pengamatan (kering, lembab, dan basah). Pada bulan basah dan bulan lembab, peningkatan laju infeksi penyakit dipengaruhi oleh peningkatan suhu tanah dan kelembapan udara, serta penurunan suhu udara, sementara volume curah hujan dan hari hujan berpengaruh tidak langsung pada perkembangan penyakit. Pada bulan kering, laju infeksi penyakit dipengaruhi oleh peningkatan suhu tanah dan kelembapan udara. Suhu udara, volume curah hujan, dan hari hujan berpengaruh tidak langsung pada perkembangan penyakit. Kandungan C-organik dan tembaga (Cu) yang rendah, serta tingkat kesuburan yang rendah meningkatkan perkembangan penyakit. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa peningkatan populasi mikroba antagonis dan jamur mikoriza Glomus sp. dapat menurunkan intensitas penyakit kanker batang duku. Hasil penelitian di rumah kasa menunjukkan bahwa Trichoderma harzianum dapat menekan perkembangan penyakit kanker batang duku, dan bila dikombinasikan dengan Glomus sp. dapat meningkatkan laju pertumbuhan bibit duku.

Duku (Lansium domesticum Corr.) was one of the important plant commodities in Jambi Province, which it has significant contribution to the regional revenue. However, during 2004 to 2011, the production of duku was significantly decreased around 93.73%, which was caused especially by stem canker. Stem canker has been spreading since 2003 in six regencies in the Jambi Province. The increment of disease intensity from 2004 until 2011 was recorded as 40.53% from a population of 365,729 duku trees. The observation conducted in 2012 showed that the highest intensity of disease was occured in Batanghari regency (61.33%), and the lowest was in Muaro Jambi regency (21.33%). The disease formed clustered distribution; it indicated the causal agent was soil-borne pathogens. The identification result showed that Phytophthora palmivora caused stem canker on duku which was varied on colony type, form, and the size of sporangium. The result showed that P. palmivora isolate Djb1 had higher virulence than P. palmivora isolate Djb2 and P. palmivora isolate Djb3, then it was selected as material for the next experiment. P. palmivora isolate Djb1 has a very close kinship with P. palmivora strain TR_2 isolate durian from Thailand and P. palmivora isolate 176 PC of palmoil from Colombia (homologous 99,93% ), and it was able to infect cultivar Palembang, Purbalingga, Purworejo, Matesih, dan Bantul. The level of infection progress of stem canker was driven by weather, soil physic and chemical properties, population of antagonistic microbes, and mycorrhyza at rhyzosphere. Path analysis explained that weather, expecially soil and air temperature, and air humidity, contributed to the increment of the rate of disease infection, although they were not significantly differed among three months of observations (dry, damp, and wet). At wet and damp months, the increment of disease infection was influenced by the increment of soil temperature and air humidity, and the decrement of air temperature. Meanwhile, volume of rainfall and rainy days indirectly influenced the development of disease. At dry months, the rate of disease infection was influenced by the increment of soil temperature and air humidity. Air temperature, volume of rainfall, and rainy days indirectly influence the development of disease. The low content of organic carbon and copper in soil, and low fertility of soil enhanced the development of disease. Population of antagonistic microbes and mycorrhyza genus Glomus sp. would decrease the intensity of canker disease. The result of glasshouse experiment showed that Trichoderma harzianum could supress the development of canker disease, and if it combined with Glomus sp., it would increase the growth of duku seedling.

Kata Kunci : epidemi, penyakit kanker batang duku, Phytophthora palmivora, Trichoderma harzianum, Glomus sp


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.