ANALISIS LINGKUNGAN BISNIS RITEL SEBAGAI UPAYA MEMBANGUN KEUNGGULAN STRATEGIPERUSAHAAN STUDI KASUS CARREFOUR CEMPAKA PUTIH

Eko Priharyanto, Prof. Drs.Goedono, MBA., Ph.D.

2014 | Tesis | S2 Magister Manajemen

Perkembangan industri ritel modern di Indonesia cukup menjanjikan namun juga penuh tantangan. Jumlah penduduk Indonesia yang menjadi target industri yang mencapai 230 juta jiwa menjadikan Indonesia sebagai pasar potensial bagi bisnis ini. Hal ini dapat terlihat dari peningkatyan total omzet ritel modern yang tumbuh dengan pesat dari Rp 27 triliun pada tahun 2004, meningkat menjadi Rp 44,8 triliun pada tahun 2007, dan menjadi sekitar Rp 55,4 triliun di 2008. Keberlangsungan bisnis Carrefour Cempaka Putih sebagai bagian dari perusahaan yang bergerak di bidang industri ritel ditentukan oleh implementasi strategi bisnis yang telah ditetapkan di tingkat Corporate. Tahapan selanjutnya yaitu implementasi strategi perusahaan di lapangan yang menempatkan management Carrefour Cempaka Putih pada posisi penting sebagai role model untuk meningkatkan keunggulan kompetitif bisnis unit perusahaan. Carrefour Cempaka Putih dihadapkan pada permasalahan bisnis yang silih berganti. Perubahan lingkungan bisnis, baik internal maupun eksternal, mengharuskan Carrefour Cempaka Putih teliti dan jeli dalam membaca situasi pasar. Implementasi dari strategi perusahaan terhadap kondisi nyata di masyarakat harus dievaluasi efektifitasnya untuk mendapatkan keunggulan perusahaan terhadap pesaing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan Carrefour Cempaka Putih terutama terletak pada wilayah gerai yang sangat strategis mudah dijangkau pelanggan, kekuatan nama besar Carrefour dan CT Corporation sebagai holding company, dan perhatian khusus Top Managemen Carrefour terhadap gerai Cempaka Putih. Kelemahan Carrefour Cempaka Putih adalah turn over karyawan level manager dan staff yang tinggi saat akuisisi perusahaan. Keterbatasan kewenangan strategis pada level operasional, dan transisi sistem komputerisasi perusahaan seiring penambahan gerai yang kerap mengakibatkan informasi lambat diterima. Potensi yang dimiliki adalah pangsa pasar yang terus berkembang, baik secara kuantitas pelanggan maupun kekuatan ekonominya, peningkatan margin penjualan melalui kustomisasi produk premium, pembangunan fasilitas sosial yang berada di wilayah Cempaka Putih, dan Kebijakan pemerintah yang menguntungkan peritel. Ancaman terhadap wilayah Cempaka Putih yang harus diwaspadai adalah aktivitas kompetitor yang mengusung strategi baru (LotteMart), penguatan posisi tawar supplier seiring peningkatan jumlah kompetitor, dan perbaikan kondisi pasar tradisional menjadi pasar bersih oleh Pemprov DKI Jakarta. Berdasarkan analisis Five Forces Porter, tingkat persaingan ritel hypermarket di wilayah Cempaka Putih relatif tinggi, terutama dari sisi ketersediaan barang substitusi dan posisi tawar pembeli, sedangkan ancaman terhadap pendatang baru dan posisi tawar supplier relatif sedang.

The development of retail industri in Indonesia showed good progress but also full of challenges. The number of Indonesian population which became the object of industri development reach level 230 million people placed Indonesia one of the potensial market in retail business. The data showed that omzet of retail business growth significanly from 27 trilion in 2004 increase to level 44,8 trilion in 2007, and will growth to level 55,4 trilion in 2008. Business environment of Carrefour Cempaka Putih as part of company in retail industri was determined by the implementation of business stragtegy which establised by Carrefour Corporate. By this condition, the implementataion of business strategy in field put the mangement of Carrefour Cempaka Putih as an important position as role model to increase the competitive value of company. Carrefour Cempaka Putih’s business faced issues one after another. Continuous changes in the business environment, both internal and external, obliged Carrefour Cempaka Putih to be careful and sharp in reading market situation. Effectiveness of flexibility of the company's strategy to real conditions in the community must be improved to gain an superiority against its competitors. The result showed that the strenght of Carrefour Cempaka Putih mainly supported from strategic place of Carrefour Cempaka Putih which very easy for customer to access from their home, brand equity of Carrefour and CT Corporation as its holding company, and special attention from top management Carrefour. The weaknesses of Carrefour Cempaka Putih was the turn over employee either of management or associate level due to company acquisition. The limitation authority of management level, and transisition sistem information technology due company expantion affected to low speed flow of information. The potention of Cempaka Putih was the growing market both quality and quantity, the inreasement of sales margin by customization to premium product, the development of social facilities by Pemprov DKI Jakarta near Carrefour Cempaka Putih, and the goverment policy that support the existing retail company by its stop giving permit to new retailers in Jakarta. Theats to Cempaka Putih which need to pay attention was competitor activities which carry new concept (LotteMart), the strenghtening of supplier bargaining position as per the increasing number of competitor, and the rehabilitation of traditional market to be “pasar sehat”from its cleanlines and healthy program from Pemprov Jakarta. Base on Porter’s Five Force analisys showed that the hypermarket ritail competition in Cempaka Putih was strong, especially from tha availibilty of substitution product and the bargainong power of buyers, and for from point of view threat of new entrants and bargaining position of supplier was in average..

Kata Kunci : Carrefour Cempaka Putih, industri ritel, lingkungan bisnis