KAJIAN KOEFISIEN ALIRAN PERMUKAAN DAN EROSI PADA LAHAN HUTAN MONOKULTUR DAN LAHAN PERTANIAN (Studi Kasus di Desa Andongsili, Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo)
DEVITA MEISELLA I, Prasetyo Nugroho, S.Hut., M.Sc.
2014 | Tugas Akhir | D3 KEHUTANANKabupaten Wonosobo merupakan daerah pegunungan dengan topografi yang berbukit-bukit. Rata-rata suhu udara di Wonosobo antara 14,3 – 26,5oC dengan curah hujan rata-rata per tahun berkisar antara 1.713 – 4.255 mm/tahun (BPS, 2012). Penutupan lahan di kawasan Wonosobo didominasi oleh tegalan/kebun 43,70 %, sawah 16,28 % dan hutan negara dan hutan rakyat 24,72% (BPS, 2012). Beragamnya pemanfaatan lahan yang tidak sesuai terutama pada lereng yang terjal memiliki konstribusi yang sangat besar terhadap erosi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui koefisien aliran permukaan dan tingkat erosi pada lahan hutan dan lahan pertanian. Penelitian dilakukan di Desa Andongsili, Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo. Metode yang digunakan adalah metode plot (petak kecil) untuk pengukuran volume runoff dan erosi. Plot berukuran 22 m x 4 m dengan penutupan lahan yang berbeda yaitu lahan hutan dan pertanian. Hasil pengamatan kemudian dianalisis dengan uji t-test pada SPSS untuk diketahui pengaruh adanya perbedaan lahan terhadap koefisien aliran permukaan dan erosi. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada lahan hutan dan lahan pertanian dengan penutupan lahan yang berbeda diperoleh 0,022 mm/kejadian hujan pada lahan hutan dan 0,012 mm/ kejadian hujan pada lahan pertanian. Pada tebal hujan sebanyak 949,91 mm, besarnya erosi untuk lahan hutan adalah 0,006 ton/Ha dengan koefisien aliran permukaan 8% sedangkan pada lahan pertanian besarnya erosi adalah 0,008 ton/Ha dari dengan aliran permukaan 4%. Dari uji t-test aliran permukaan didapatkan hasil 0,031<0,05 sehingga ada perbedaan yang signifikan antara lahan pertanian dan lahan hutan dalam mengadsorpsi curah hujan sedangkan nilai untuk uji ttest erosi, didapatkan hasil 0,13>0,05 sehingga tidak ada perbedaan yang sangat signifikan antara lahan hutan dan pertanian dalam menghasilkan erosi.
Wonosobo regency is a mountainous area with hilly topography. Average air temperature in Wonosobo between 14.3 to 26.5° C with an average rainfall every year ranges between 1.713-4.255 mm/year (BPS, 2012). Wonosobo land cover’s in the regionis dominated by moor/garden of 43.70%, wetland 16.28% and Forest 24.72% (BPS, 2012). The diversity of land uses that are not appropriate, especially on steep slopes have a very large contribution to erosion. The research objective to determine the coefficient of runoff and erosion rates on forest land and agricultural land. The research conducted in Andongsili village, Mojotengah Subdistrict, Wonosobo regency. The method used is plot method(small plots) for the measurement of the volume of run off and erossion. Erossion plots measuring 22m x 4 m with different land cover, forest land and agricultural land. Observations were analyzed by t-test on SPSS to know the effect of differences in the coefficient of land run off and erosion. The results showed that the forest land and agricultural land with different land cover obtained 0.022mm/rain events on forest land and 0,012mm/rain events on agricultural land. In the thick of 949.91 mm of rain, the amount of erosion on forest land is 0.006 tons/ha with run off coefficient of 8% while the amount of erosion on agricultural land is 0.008 tons/ha with run off coefficient of 4 %. From the t-test showed runoff 0.031<0.05 so that there is a significant difference between agricultural land and forest land in adsorb rainfall while the value for ttest erosion, showed 0.13>0.05 so that there is no a highly significant difference between forest and agricultural land to produce erosion.
Kata Kunci : Koefisien aliran permukan, Erosi, Lahan Hutan, Lahan Pertanian