PREVALENSI KELAINAN KULIT PADA SISWA SEKOLAH DASAR LUAR BIASA (SDLB) PEMBINA YOGYAKARTA

RADEN HANDIDWIONO, Dr. med. dr. Retno Danarti, Sp.KK.

2014 | Skripsi | PENDIDIKAN DOKTER

Latar Belakang: Anak dengan retardasi mental dapat lebih berisiko terkena penyakit kulit yang berasal dari konsekuensi langsung kelainan genetika atau kurangnya kebersihan pribadi dan lingkungan, sayangnya data epidemiologi tentang penyakit kulit pada anak dengan retardasi mental sangat terbatas di Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mencari prevalensi kelainan kulit pada anak dengan retardasi mental terutama di Indonesia khususnya di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Pembina Yogyakarta. Tujuan: Untuk mengetahui prevalensi penyakit kulit pada anak dengan retardasi mental di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Pembina Yogyakarta. Metode: Penelitian ini menggunakan metode potong lintang. Sebanyak 63 siswa diperiksa dengan pemeriksaan fisik kulit yang kemudian dicatat dan disajikan dengan tabel. Hasil: Lebih dari setengah populasi sampel (61,9%) memiliki kelainan kulit, yang terbanyak adalah bercak caféau- lait (20,6%), xerosis cutis (9,5%), pityriasis versicolor (7,9%), hiperpigmentasi pasca inflamasi (7,9%), acne vulgaris dan prurigo simplex (6,3%) serta skar (3,2%). Kesimpulan: Angka prevalensi penyakit kulit di SLB Pembina Yogyakarta dinilai cukup tinggi dengan lebih dari separuh jumlah siswa, yaitu 61,9%, mengalami kelainan kulit. Kata Kunci: Retardasi mental, Kelainan kulit anak.

Background: Children with mental retardation are at risk of having skin lesion resulting from direct consequences of genetical disorder or the lack of awareness about personal hygiene and environment. Despite the fact, epidemiological data providing the prevalence of skin lesion in children is very limited especially in Indonesia. Because of that reason, there’s a need of research about the prevalence of skin lesion in children with mental retardation. Objective: To study the prevalence of skin lesion in children with mental retardation especially in Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Pembina Yogyakarta. Methods: This research is a cross-sectional study. A total of 63 students with mental retardation were examined for skin condition. Results: More than half of the population (61,9%) had skin lesion. The most common lesion was café-au-lait spots (20,6%), xerosis cutis (9,5%), pityriasis versicolor (7,9%), post inflammatory hyperpigmentation (7,9%), acne vulgaris (6,3%), prurigo simplex (6,3%) and scar (3,2%). Conclusions: Our study showed that the prevalence of skin lesion in SDLB Pembina Yogyakarta was quite high with more than half the student (61,9%) had skin lesion. Keywords: Mental retardation, skin diseases in children

Kata Kunci : Retardasi mental, Kelainan kulit anak