WAJAH FILANTROPI ISLAM DI INDONESIA (Studi Komparatif Aktivisme Sosial dan Pendayagunaan Filantropi Islam dalam Upaya Mewujudkan Kesejahteraan Sosial pada Muhammadiyah dan Dompet Dhuafa)
HAFIDZ ARFANDI, Bahruddin, M,Sc
2014 | Skripsi | ILMU PEMBANGUNAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN (SOSIATRI)Filantropis islam di Indonesia tengah berkembang pesat didorong oleh meningkatnya populasi kelas menengah muslim yang dimulai sejak akhir dekade 80- an. Kelahiran gagasan filantropisme islam didorong oleh diskursus panjang tentang pentingnya revitalisasi pengelolaan dana Zakat, Infaq, Shadaqah dan Waqaf (ZISWAF) yang diperkirakan potensinya mencapai 217 Trilyun rupiah. Tradisi pemanfaatan dana ziswaf untuk penciptaan layanan sosial telah dimulai sejak awal abad 20. Sejak kelahirannya Muhammadiyah memanfaatan dana ZISWAF untuk membangun infrastruktur pelayanan sosial di bidang pendidikan, sosial dan kesehatan. Kini Muhammadiyah memiliki ribuan amal usaha yang dibangun dari pemanfaatan ZISWAF. Di awal dekade 90-an tradisi pengelolaan zakat profesional lahir di Indonesia dipelopori oleh Dompet Dhuafa (DD) sebagai lembaga amil zakat yang dilahirkan oleh Harian Umum Republika salah satu sayap Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI). Kelahiran DD memicu perubahan tradisi pengelolaan zakat tradisional menuju model pengelolaan berbasis lembaga profesional yang akuntabel, transparan dan inovatif. Penelitian ini menggunakan metode studi komparatif dengan menggunakan kasus pemanfaatan dana filantropi pada Muhamamdiyah dan Dompet Dhuafa. Keduanya merupakan organisasi yang lahir dari inisiatif masyarakat dan mengandalkan mobilisasi potensi ziswaf untuk mendukung aktivisme sosialnya. Penelitian ini berfokus pada tiga hal, yaitu; Pertama, motif dibalik pelayanan sosialnya, Kedua, Tipologi relasi layanan sosialnya di tengah eksistensi layanan sosial negara yang dinamis. Ketiga, Strategi dan kebijakan kelembagaanya dalam mempertahankan layanannya yang bersifat nirlaba dan aksesibilitas kaum miskin. Penelitian ini menunjukan bahwa kedua lembaga ini melahirkan motif yang berbeda. Muhammadiyah cenderung bermotif authority ranking atau menciptakan patronase dengan mengandalkan dukungan anggotanya. Sedangkan, Dompet Dhuafa lebih cenderung bermotif community sharing dengan mendorong sentimen sosial keumatan di tengah pertumbuhan kelas menengah muslim. Di awal kelahirannya Muhamamdiyah menampilkan diri bersaing dengan layanan yang diciptakan negara kolonial dikarenakan perbedaan tujuannya. Fase berikutnya, khususnya di era orde baru Muhamamdiyah bergeser menjadi komplementer bersamaan dengan peran negara yang dominan dalam menyediakan layanan dasar kesehatan dan pendidikan. Dompet Dhuafa memulainya sebagai komplementer dari layanan negara di bawah orde baru tetapi bergeser menjadi substitutif seiring dengan perbaikan menejem en lembaganya, meningkatnya dukungan masyarakat dan adanya perubahan tuntutan publik untuk mendapatkan layanan kesejahteraan yang berkualitas.
Islamic philanthropy in Indonesia is growing very fast. It supporting by Muslim middle class population that was beginning to growth since at 80 decade. Ideas of Islamic philanthropy rose from very long discourse about requirement to revitalization of managing alms giving funds (zakat, infaq, shadaqah and waqaf) in Indonesia which approximation have potencies until 217 trillion rupiah. Tradition using of alms giving funds to making social service was begun early of 20 century. Since of born Muhammadiyah have been using alms giving funds to making social service infrastructure in education, social and health. Now Muhammadiyah have thousands facilities of social service white called Amal Usaha Muhamamdiyah (AUM) which developing with accumulation of alms giving funds. On early decade 90, tradition of professional managing of alms giving begun in Indonesia. It started which born of Dompet Dhuafa (DD) as Amil Zakat Institution which made by Public Daily Republika as element of Association of Indonesia Muslim Intellectual (ICMI). DD have been boosting of change managing alms giving from traditional model to professional model which base of professional institutional which accountable, transparency and innovation program. This research used comparative method about cases of using philanthropy funds on Muhammadiyah and DD. Both is same as NGO which made from society initiative and rely on mobilization potency of alms giving funds to supporting them social activism. This research focus of two point. First, Motive and typology of relation of them social service within middle of dynamic existent of social service by state, and Second, strategy and institution policy which implemented to survive to providing nonprofit service and to giving access to the poorest society. This research addressed that both have different motivation. Muhammadiyah have been appearing motive of authority ranking or making patronage which rely on supporting by its members. Whereas DD have been appearing motive of community sharing which stressing social sentiment of Muslim brotherhood which called “ ummat†within growth of Muslim middle class. On under Dutch colonialism Muhammadiyah had making social service to competing white social service which produce d by state because both have different purpose within provide social service. On phase of Indonesia independence, especially under New Order era which dominance of state to provide basic service in education and health, Muhammadiyah shifting typology of social service from competing to be complementary with cooperated by state within implemented of national development strategy. Whereas DD early to be complementary social service of state under New Order era and shifting to be substitutive on Reform era along with repairing internal management of institution, increasing public support, and responding to public aspires to get increasing quality of welfare service .
Kata Kunci : Filantropi, Islam, Pelayanan Sosial