Laporkan Masalah

Posisi ruptur folikel dan kemampuan ovulasi rattus norvegicus strain wistar setelah pemberian kurkumin.

Fince Yarangga, Prof. dr. Sri Kadarsih., M.Se.,Ph.D.AIFM

2014 | Tesis | S2 Ilmu Kedokteran Dasar dan Biomedis

Kurkumin merupakan zat warna kuning yang dikenal sebagai bahan alami yang memiliki aktifitas biologis diantaranya sebagai antifertilitas. Efek kurkumin terhadap sistem reproduksi telah banyak di teliti secara in vivo. Khasiat yang telah dibuktikan adalah antiovulasi dan gangguan implantasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui posisi ruptur folikel dan kemampuan ovulasi akibat pemberian kurkumin. Penelitian ini menggunakan rancangan experimental post-test control randomized group design. Sampel penelitian adalah folikel ovarium pada saat ovulasi dari tikus betina berumur 28 hari yang di induksi ovulasi dengan PMSG 5 IU i.p, 48 jam kemudian disuntikkan hCG 5 IU i.p. terdiri dari 4 kelompok yaitu: kelompok tikus tanpa perlakuan (kontrol), kelompok perlakuan di beri CMC, kelompok perlakuan di beri Na diklofenak dan kelompok perlakuan di beri kurkumin+CMC. Zat perlakuan di berikan peroral pada umur 30 hari. Ovarium diambil pada umur 31 hari dan dibuat sediaan irisan seri, diwarnai dengan Hematoxylin dan Eosin (HE) untuk dilakukan pengamatan posisi ruptur folikel. Analisis statistik menggunakan Parametri Sampel T-Test menunjukakan tidak ada perbedaan bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan CMC (p>0,05). Perbedaan bermaka ditemukan pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan kurkumin+CMC, kelompok perlakuan CMC dan kelompok perlakuan kurkumin+CMC (p<0,05). Kurkumin menyebabkan tidak terjadiya ruptur serta rendahnya jumlah folikel pertumbuhan dan jumlah folikel de graaf

Curcumin represented yellow natural substance with antifertility activity. The effect of the curcumin on the reproduction has been widely studied in vivo. Its proven efficacies were antiovulation and implantation perturbation. The objective of the study was to find out follicle rupture position and ovulation capability after curcumin intake. The study used experimental post-test control randomized group design. Its samples were ovarian follicles during ovulation of female rats of 28 days of age whose ovary was inducted with PMSG 5 IU i.p., 48 hours and then hCG 5 IU i.p. was injected. They were assigned to 4 groups: control group of the rats without any treatment, treatment group with CMC, treatment group with diclofenac Na and treatment group with curcumin+CMC. The treatment substances were given orally on the day 30. The ovaries were taken on the day 31 and serial wedges were prepared by coloring them with Hematoxylin and Eosin (HE) for follicle rupture observation. Statistic analysis with parametric sample t-test showed that there was not any significant difference between the control group and the treatment group with CMC (p > 0.05). Significant difference was found between the control group and the treatment group with curcumin+CMC, the treatment group with CMC and the treatment group with curcumin+CMC (p < 0.05). Curcumin caused rupture and the small number of growth follicles and de graaf follicles.

Kata Kunci : Fertilitas, Kurkumin


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.