EKSISTENSI PELACUR DALAM NOVEL TUHAN, IZINKAN AKU MENJADI PELACUR! KARYA MUHIDIN M. DAHLAN
Mustika, Dr. Wening Udasmoro, M.Hum, DEA.
2014 | Tesis | S2 SastraPenelitian ini bermula dari munculnya masalah yaitu muslimah dalam TIAMP yang begitu taat tetapi pada akhirnya justru memilih menjadikan dirinya sebagai pelacur. Pelacur merupakan pekerjaan yang sarat dengan tekanan. Namun dengan menjadi pelacur, tokoh dalam novel ini justru merasa bebas dan kehilangan tekanan dalam hidupnya. Dalam TIAMP, tokoh digambarkan sebagai sosok yang begitu taat. Dalam ketaatannya, ia mendapatkan tekanan-tekanan dalam hidupnya hingga ia berhasil melepaskan diri dari tekanan-tekanan tersebut. Ia lantas memilih pekerjaan pelacur sebagai bentuk eksistensinya dengan mengabaikan pandangan-pandangan masyarakat terhadapnya. Bertolak dari hal demikian, maka peneliti berupaya menjelaskan bagaimana eksistensi sebagai muslimah, bagaimana eksistensinya menjadi pelacur, dan bagaimana tanggung jawab pengarang dalam karya sastra tersebut. Penelitian ini menggunakan teori eksistensialisme Jean Paul Sartre. Konsep kebebasan, tanggung jawab, absurditas, dan keinginan menjadi Tuhan dalam teori eksistensialisme Jean Paul Sartre erat kaitannya dengan karya Muhidin M. Dahlan yang sarat dengan permasalahan-permasalahan tersebut. Kompleksitas eksistensi pelacur dalam TIAMP akan terlihat apabila menggunakan konsep Jean Paul Sartre mengenai kebebasan, tanggung jawab, penderitaan, keyakinan buruk, dan faktisitas—termasuk orang lain. Penelitian ini menemukan bahwa dalam TIAMP, muslimah diobjektifikasi oleh orang lain, tetapi akhirnya menjadi subjek dengan mengembalikan kesadaran pada dirinya sendiri. Eksistensinya menjadi pelacur adalah bentuk mauvaise foi atau keyakinan buruk. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Sartre, bahwa hubungan seksual adalah bentuk penipuan diri. Ia berada di antara transendensi dan faktisitas. Dahlan mencoba mengimplikasikan pemikiran mengenai kebebasan manusia, yakni kebebasan dalam menjalankan agama tertentu yang disertai dengan tanggung jawab penuh atas apa yang dipilih. TIAMP merupakan kritik sosial Dahlan terhadap orang-orang yang dalam penampakannya menampilkan sisi-sisi idealis dan religius tetapi ternyata justru menyimpan kebusukan dalam diri mereka sendiri. Dahlan juga sekaligus mengimplikasikan kritiknya terhadap Jemaah atau pun masyarakat yang hanya sibuk memperhatikan aspek spiritual dan moral tetapi membiarkan diri mereka diatur dan dibelenggu oleh sistem penguasa. Bagi Dahlan, penyembahan kepada Tuhan adalah persoalan yang bersifat individual. Manusia sebagai individu yang paripurna, ketika menghadap Tuhan di kehidupan yang akan datang, akan bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan. Dahlan merupakan penulis yang dapat dengan bebas mencipta karya sastra sesuai dengan apa yang dikehendakinya dan pembaca pun dapat dengan bebas menafsirkannya.
The triggered to do reasearch on the character in this TIAMP novel was the unusual fact about a veri pious Moslem woman who finally chose to be a prostitute. Generally, living in a prostitution is viewed as a very pressurred way of life which, however in this novel, is vice versa. The character described and narated as ‘found’ peace and freedom instead. The main reason is because the woman find too much pressure in being pious that she seeks something that goes beyond norm which she considers as a freedom symbol of all moral pressure that burdening her. Being prostitue and ignoring the norms and moral value that set by society is her ultimate symbol of freedom. The researcher, in this writing, will try to elaborate this complexity in order to explain the existance of the pious woman, and writer responsibility in chosing the analogy. The reasearch itself is done by applying Jean Paul Sartre philosophy theory of existensialism. The connection and similarity of the concept of freedom, absurdity, and the desire to be their own “GOD†are seen very obvious in this Muhidin M. Dahlan novel. The complexity of a prostitute existance in society will also seen clearly by applying this Jean Paul Sastre theory about freedom, responsibility, misery, bad faith, and other people. One of the most important reasearch findings in this novel is the pious moslem woman who described as objectivied and judged by others, then chose to live as a prostitute to get her freedom and her self consciousness back. As what Jean Paul theory about sex, sex is viewed as deceiveness, which brings the do-ers into transcendence and facticity. Clearly in this novel Dahlan tries to deliver message about human freedom, freedom of chosing the way of life, freedom of chosing religious view and being fully responsible with those choices. Dahlan, uses TIAMP as social critics to what happened in the society nowadays, who seem really pious and idealist but actually are hiding their own secret decays behind the wall. Dahlan also criticizes society who seem concerning much to spiritual and moral aspect but on the other hand let themselves regulated and shackled by people who has power. For Dahlan, religiousity is a very personal trait, which only he/she himself/herself responsible for the choices he takes in life. Clearly, Dahlan is one of the norm standard free writer, hence it also gives the reader the same freedom in interpreting the writing.
Kata Kunci : eksistensi, pelacur, kebebasan, tanggung jawab, dan keyakinan buruk