Laporkan Masalah

KEKERASAN RUMAH TANGGA DALAM KACAMATA LAKI-LAKI DI KELURAHAN COKRODININGRATAN, KECAMATAN JETIS, YOGYAKARTA (Studi Program Pelibatan Laki-Laki di LSM Rifka Annisa Woman Crisis Center Pada Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga)

FAUZIA, Milda Longgeita Pinem, S.Sos., MA.

2014 | Skripsi | ILMU PEMBANGUNAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN (SOSIATRI)

Penelitian ini berusaha mengungkap bagaimana laki-laki memaknai kekerasan dalam rumah tangga yang sering kali perempuan lah yang menjadi korban kekerasan terkait program pelibatan laki-laki di LSM Rifka Anissa Woman Crisis Center. Program tersebut dilaksanakan guna melihat permasalahan KDRT tidak hanya dari sisi perempuan saja, tapi juga sisi laki-laki (suami) dengan adanya konsultasi laki-laki, program ini juga dilaksanakan seiring dengan program lain mengenai penghapusan KDRT dan penghapusan kekerasan terhadap perempuan. Kekerasan dalam rumah tangga yang selama ini hanya dilihat diri sisi korban (perempuan) membuat permasalahan KDRT tidak kunjung usai, berbagai cara telah dilakukan dari membuat konsep kekerasan agar masyarakat mengetahui dan menyadari akan kekerasan yang mereka hadapi sampai dengan undang-undang No.23 tahun 2004 mengenai penghapusan kekerasan dalam rumah tangga. Dari perspektif ganda tersebut maka peneliti meneliti fenomena KDRT dari sisi laki-laki, melihat bagaimana laki-laki mamaknai kekerasan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan interpretative untuk memahami tanggapan subjektifitas individu.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana laki-laki memandang kekerasan dalam rumah tangga. Untuk mengetahui penyebab atau potensi terjadinya kekerasan dalam rumah tangga. Adanya HUMA dan Mitra Keluarga diharapkan dapat meredam tingkat KDRT di Kelurahan Cokrodiningratan yang rentan terhadap tindak KDRT. Dalam proses kerjanya HUMA dan Mitra Keluarga memberikan pelayanan konsultasi bagi masyarakat yang mengalami tindak kekerasan dalam keluarga. Akan tetapi kehadiran mereka di masyarakat Cokrodiningratan kurang begitu diterima. Masyarakat merasa kehadiran mereka memperkeruh keadaan. Adanya konsep kekerasan yang mereka tanamkan tidak sesuai dengan budaya yang ada di masyarakat, sehingga terjadi pertentangan antara masyarakat dengan kedua kelompok tersebut. Masyarakat Cokrodiningratan khususnya laki-laki memiliki pemaknaan lain mengenai kekerasan, sehingga konsep kekerasan yang diusung oleh Rifka Annisa dirasa umum kurang diterima oleh masyarakat. Ada beberapa konsep dan cara penanganan kekerasan dalam rumah tangga yang ditolak oleh kebanyakan masyarakat Cokrodiningratan. Masyarakat Cokrodiningratan khususnya laki-laki memiliki pemaknaan sendiri mengenai kekerasan dalam rumah tangga. Subjektfitas laki-laki yang selama ini dianggap tidak penting, sebenarnya memungkinkan untuk menekan angka kasus KDRT.Adapun potensi KDRT menurut laki-laki di Kelurahan Cokrodiningratan dapat dipengaruhi oleh budaya, masyarakat dan tuntutan ekonomi. Sebenarnya yang selama ini diperjuangkan oleh masyarakat, LSM ataupun pemerintah tidak tepat sasaran, mereka merasa bahwa usaha-usaha kesetaraan gender atau pun konsep kekerasan yang disuarakan oleh LSM ataupun pemerintah tidak dapat digunakan untuk semua lapisan masyarakat, mengingat Indonesia memiliki beragam budaya yang tidak dapat diseragami. Ketika kesetaraan gender diusung dan diterapkan dalam kehidupan masyarakat tidak diikuti oleh perubahan pola fikir masyarakat yang cenderung patriarki membuat tindak KDRT tetap ada.Karena ketika ada segelintir orang yang berubah dan menyuarakan perubahannya, mereka akan tersisih oleh masyarakat luas yang belum dapat menerima perubahan tersebut.

This study seeks to uncover how domestic violence on mens’s interpretative that often women who are victims of violence related to ManInvolvement programs in NGO Rifka Anissa Woman Crisis Center. The program is implemented in order to see the problem of domestic violence not only in terms of women, but also men's side (the husband) with the consultation of men, this program is also implemented along with other programs on the elimination of domestic violence and the elimination of violence against women. Domestic violence who had only seen from the victim’sside (woman) makes the problem of domestic violence do not go over, every effort is being made to make the concept of violence so that people will know andaware of the violence they face up to the law UU No.23 of 2004 the elimination of domestic violence. From the dual perspective the researchers examined the phenomenon of domestic violence from the men's side, seeing how domestic violance from mens’s perspective. This study used a descriptive analytical method with interpretive approach to understanding the response of individual subjectivity. This study was conducted to determine how the men look at domestic violence. To find out the cause or the potential occurrence of domestic violence. The presence of HUMA and Mitra Keluarga are expected to reduce the level of domestic violence in the CokrodiningratanVillage are vulnerable to acts of domestic violence. In the process works of HUMA and Mitra Keluarga provide services to people who are experiencing domestic violence. However, their presence in the Cokrodiningratancommunity less acceptable. People feel their presence worsen the situation. The existence of the concept of violence that they are not invested in accordance with the existing culture in the community, so there is a contradiction between the two groups of society. Community of Cokrodiningratan especially men have another meaning on violence, so that the concept of violence promoted by Rifka Annisa general felt less accepted by society. There are several concepts and ways of handling domestic violence were rejected by most of community. Community of Cokrodiningratan especially men have their own interpretation regarding domestic violence. Man’s subjectivity who had been considered unimportant, in fact allows to reduce the number of domestic violence cases. The potential for domestic violence by men in the Cokrodiningratanvillage can be influenced by culture, community and economic demands. Actually that has been championed by the public, NGOs and the government is not on target, they feel that the efforts of the concept of gender equality or violence voiced by NGOs and the government can not be used for all levels of society, as Indonesia has a diverse culture that can not be the same. When gender equality promoted and applied in society are not followed by a change of mindset patriarchal society which tends to make the acts of domestic violence remain. Because when there are few people who changed and voice changes, they will be marginalized by the general public who have not been able to accept the changes.

Kata Kunci : KDRT, subjektifitas, laki-laki


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.