Laporkan Masalah

MASKULINITAS PEREMPUAN DALAM GOKUSEN KARYA KOZUEKO MORIMOTO

DIANA PUSPITASARI, Dr. Wening Udasmoro, M.Hum., DEA

2014 | Tesis | S2 Sastra

Maskulinitas adalah konstruksi identitas gender yang ditujukan kepada laki-laki, namun tidak semua laki-laki secara otomatis akan menyandang predikat maskulin. Mereka harus melakukan strategi dan tindakan-tindakan yang mencerminkan maskulinitas dalam konstruksinya sehingga tidak tertutup kemungkinan maskulinitas juga dapat melekat pada perempuan. Perempuan di dalam komik Gokusen telah dikonstruksi semenjak kecil dengan melihat dan meniru maskulinitas laki-laki pada kelompok Yakuza sehingga maskulinitas menjadi faktor yang dominan dalam dirinya. Maskulinitas perempuan yang diangkat oleh Morimoto dalam komik Gokusen berhubungan dengan kultur Yakuza di dalamnya. Sebagai sebuah kelompok kriminal yang terorganisasi, maskulinitas Yakuza yang diangkat dalam komik ini merupakan bentuk dari maskulinitas marginal. Penelitian ini menggunakan teori maskulinitas milik Connell yang di dalamnya membagi bentuk maskulintas menjadi hegemonik, subordian dan marginal yang mana terdapat intimidasi dalam hubungan tersebut. Keberadaan Yakuza sebagai bentuk maskulinitas marginal dalam masyarakat selalu mendapatkan intimidasi dari maskulinitas hegemonik sebagai kelompok dominan dan yang diyakini sebagai bentuk maskulinitas yang ideal. Pengarang melalui Gokusen sedang melakukan kritik terhadap hegemonik akan munculnya Botaiho dan streotipe negatif yang terbentuk terhadap kelompok Yakuza. Selain itu, pengarang juga mempertanyakan keberadaan nilai bushi yang sudah tidak ditampilkan lagi oleh Yakuza yang sekarang. Maskulinitas perempuan dalam penelitian merupakan sebuah strategi untuk dapat diterima dan diakui dalam lingkungan yang kental dengan laki-laki. Melalui maskulinitas perempuan maka perempuan akan mendapatkan keuntungan. Maskulinitas perempuan tidak hanya memberikan keuntungan bagi perempuan, tetapi juga memberikan keuntungan bagi laki-laki. Bagi laki-laki, semakin mengokohkan konstruksi patriakhi. Selain keuntungan yang didapat, maskulinitas perempuan juga memberikan kerugian bagi laki-laki dan perempuan. Bagi perempuan, maskulinitas perempuan bukan berarti lepas dari subordinasi kekuasaan laki-laki sedangkan bagi laki-laki, tekanan agar menjadi laki-laki yang diharapkan konstruksi masyarakat semakin kuat dan membuat laki-laki semakin merasa terbebani

Masculinity is the construction of gender identity generally applied to men, but not all men will automatically be deemed masculine; they must make strategies and act in ways that will show the masculinity in their construction. As such, it is not impossible that masculinities can also be attached to women. The women characters in the comic Gokusen were constructed from youth to commit acts which are traditionally only allowed to be done by men, and as a result masculinity has become a dominant part of these characters. Female masculinity, as presented by Kozueko Morimoto in the comic Gokusen, is related to the Yakuza culture included in the work. As the Yakuza are an organized criminal gang, the masculinity of the Yakuza in this comic is a form of marginal masculinity. This research uses Connell’s theory of masculinity, which differentiates between hegemonic, subordinate, and marginal masculinities, and emphasizes intimidation in the relationship between the three. The Yakuza, as a marginal masculinity in Japanese society, are always intimidated by the hegemonic masculinity of the dominant group, the masculinity which is believed to be ideal. Through Gokusen, Morimoto is critiquing the hegemony of Botaiho and the negative stereotypes regarding the Yakuza. Furthermore, the author is questioning the continued existence of bushi culture, which was once – but no longer is – exhibited by the Yakuza. Female masculinity, as seen through this research, is a strategy for women to be accepted and recognized in a predominantly male environment. However, female masculinity does not only benefit women, but also to men; for men, female masculinity further strengthens the patriarchal construction. Aside from the benefits obtained, female masculinity is also detrimental to men and women. For women, it is not a means to escape from subordination of their power, whereas for men, societal expectations regarding masculinity become increasingly stronger, making men feel more burdened.

Kata Kunci : maskulinitas, maskulinitas perempuan, maskulinitas hegemonik, maskulinitas marginal, yakuza


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.