Laporkan Masalah

ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR UMUR PENDUDUK DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 1970-2010

NIRMA LILA ANGGANI, Agus Joko Pitoyo, S.Si., MA.

2014 | Skripsi | GEOGRAFI DAN ILMU LINGKUNGAN

Perubahan struktur penduduk menurut umur menunjukkan adanya transisi demografi yang diawali tingkat kelahiran dan kematian yang tinggi kemudian berubah menjadi tingkat kelahiran dan kematian yang rendah dibuktikan dengan angka fertilitas total (TFR) terendah se Indonesia sebesar 1,8 dan memiliki tingkat kematian yang relatif rendah, berkisar 19 per kelahiran hidup. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki struktur umur penduduk yang berbeda dengan daerah-daerah Jawa lainnya yakni perubahan struktur umur penduduk yang terjadi secara perlahan-lahan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perubahan struktur umur penduduk setiap periode sensus (1971-2010) yang dilihat dari level DIY serta kabupaten/kota. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif yang dituangkan ke dalam tabel frekuensi dan dilengkapi dengan diagram, serta membandingkan kejadian perubahan struktur penduduk antar DIY dan kabupaten/kota. Pergeseran struktur umur penduduk mengakibatkan menurunnya rasio ketergantungan. Perubahan struktur umur DIY menyebabkan jumlah penduduk muda (0-14 tahun) berkurang, penduduk usia kerja (15-64 tahun) jumlahnya sangat besar dan penduduk usia lanjut meningkat secara perlahan. Dengan meledaknya penduduk usia kerja maka penduduk ini mampu menanggung penduduk tidak produktif dan berdampak pada rasio ketergantungannya menurun. Rasio ketergantungan yang semakin menurun mengindikasikan terjadinya potensi bonus demografi seperti yang telah terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta, sedangkan Kabupaten Kulon Progo dan Gunungkidul belum memperoleh potensi bonus demografi karena angka ketergantungannya yang masih relatif tinggi. Bonus demografi akan menjadi menguntungkan apabila ledakan penduduk usia kerja memperoleh kesempatan kerja yang memadai sehingga dapat meningkatkan pembangunan

Changes in the population structure by age showed a demographic transition that preceded the birth rate and high mortality rate then changed to low birth and death evidenced by the total fertility rate ( TFR ) across Indonesia lowest of 1,8 and has a relatively low mortality rate, ranging 19 per live births. Yogyakarta has a population age structure that is different from other areas of Java, namely changes in population age structure that occurs slowly. The purpose of this study was to assess changes in the age structure of the population of each census period (1971-2010) as seen from the level of DIY and district/city. The analysis technique used is descriptive analysis is poured into a frequency table and comes with a diagram, and compared the incidence of changes in population structure between DIY and district/city. Shift in the age structure of the population resulted in a decreased dependency ratio. Changes in the age structure of the DIY cause the total population of young ( 0-14 years ) is reduced , the working age population ( 15-64 years ) and a very large number of elderly population increases slowly. With the explosion in the population of working age population is able to bear the unproductive population and the impact on dependency ratios declined. Decreasing dependency ratio indicates the potential demographic dividend as has happened in Yogyakarta , Sleman regency, Yogyakarta and Bantul, Kulon Progo and while Gunungkidul potential demographic dividend is not obtained because the numbers are still relatively high dependence. Demographic bonus will be profitable if the working age population explosion obtain adequate employment opportunities so as to enhance the development.

Kata Kunci : struktur penduduk, rasio ketergantungan, bonus demografi


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.