KONDISI KELAYAKAN KERJA BURUH TETAP BERDASARKAN INDIKATOR INTERNATIONAL LABOUR ORGANIZATION (Studi Kasus di Perusahaan Tenun Agung Saputra Tex, Desa Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul)
ULIFA ARIFINA, Dra. Susi Daryanti, M.Sc.
2014 | Skripsi | ILMU PEMBANGUNAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN (SOSIATRI)Penelitian ini dilakukan di lingkungan Perusahaan Tenun Agung Saputra Tex dengan alamat Somokaton, Sitimulyo, Piyungan, Bantul, Yogyakarta. Alasan pemilihan tempat sebagai lokasi penelitian karena perusahaan sudah berdiri lama sejak tahun 1980an dan tetap melakukan produksi tenun hingga saat ini. Pada kenyataannya perkembangan usaha cukup pesat karena permintaan tenun di pasar tidak pernah berhenti. Pemilihan lokasi penelitian juga berdasarkan analisis kesempatan, uang, waktu, dan tenaga sehingga lokasi penelitian bisa meminimalisasi biaya, waktu, dan tenaga yang dikeluarkan.Selain alasan lokasi, penelitian ini dilakukan agar mampu menjawab pelaksanaan kelayakan kerja di perusahaan seperti hak-hak dan kewajiban yang pantas diterima oleh buruh karena dari sudut pandang buruh, ada ketidaksesuaian masalah kelayakan kerja. Hal tersebut yang menarik peneliti untuk melakukan penelitian di Perusahaan Tenun Agung Saputra Tex. Peneliti menggunakan metode kualitatif. Analisis Data diperoleh dari beberapa informan yang dipilih secara purposive dan snowball. Teknik pemeriksaaan keabsahan data menggunakan triangulasi dan teknik analisis data menggunakan reduksi, penyajian data, dilanjutkan dengan penarikan kesimpulan. Informan dalam penelitian ini sebanyak 10 orang, yakni 8 orang buruh tetap, 1 orang personalia perusahaan, dan 1 orang staf Disnakertrans. Kesimpulan yang diperoleh peneliti adalah perusahaan belum memberikan kelayakan kerja bagi buruh. Hanya ada beberapa aspek yang sudah sesuai dengan kelayakan kerja yaitu penciptaan lapangan kerja, pemberian hak dalam hal menyuarakan pendapat, waktu istirahat, dan fasilitas. Namun, lain halnya dengan perspektif buruh tetap dalam menilai pelaksanaan kondisi kelayakan kerja yang ada di perusahaan. Menurut buruh indikator pertama tidak menimbulkan masalah, seperti dalam hal memenuhi persyaratan kerja. Indikator yang kedua adalah perlindungan sosial. Menurut buruh, perusahaan kurang memenuhi kelayakan kerja karena belum adil dalam melaksanakan penerapan jamsostek, misalnya pendaftaran gaji buruh ke PT Jamsostek tidak sesuai dengan gaji bulanan yang mereka terima. Indikator ketiga adalah hak di tempat kerja. Menurut buruh perusahaan belum memenuhi semua hak buruh di tempat kerja seperti upah dan promosi jabatan. Upah yang diberikan perusahaan tidak didasarkan pada ketrampilan tertentu pada bagian montir, cucuk, operator tenun,dan potong kain. Pemberian hak perusahaan sudah sesuai dalam hal menyuarakan pendapat, waktu istirahat, waktu bekerja dan fasilitas yang diberikan oleh perusahaan. Sedangkan promosi jabatan di perusahaan tidak ada. Yang ada malahan penurunan status kerja. Indikator keempat adalah penerapan dialog yang ada di perusahaan karena perusahaan hanya menerapkan saran yang menguntungkan perusahaan; demikian sebaliknya. Saran yang diberikan peneliti, bagi Disnakertrans agar lebih bersikap adil dan tegas dalam mengatasi masalah buruh, bagi pengusaha agar lebih memerhatikan kondisi kelayakan kerja bagi buruh, dan bagi serikat pekerja direkomendasikan supaya lebih menjaga eksistensinya sebagai penghubung antara kepentingan perusahaan dan buruh dalam wujud akomodasi aspirasi.
-
Kata Kunci : kelayakan kerja, penerapan kelayakan kerja, buruh tetap