Analisis Spasial Untuk Prediksi Persebaran Banteng (Bos javanicus d’Alton 1832) di Luar Kawasan Konservasi (Kasus di Perum Perhutani, KPH Banyuwangi Selatan)
HARYO AJIE DEWANTO, Wahyu Wardhana, S.Hut., M.Sc.
2014 | Skripsi | MANAJEMEN HUTANHabitat adalah area atau kawasan suatu organisme untuk tinggal dan berinteraksi dengan lingkungannya. Habitat memiliki karakter yang berbeda-beda sehingga hanya organisme tertentu pula yang dapat hidup ditempat tersebut. Banteng memiliki daya jelajah yang luas, seperti di kawasan Banyuwangi sebaran banteng dapat ditemukan di bagian Banyuwangi Selatan. Banteng juga dijumpai di dalam hutan produksi yang dikelola oleh KPH Banyuwangi Selatan. Oleh karena itu dibutuhkan analisis spasial untuk memprediksi sebaran banteng serta untuk mengetahui variabel habitat yang penting bagi kehidupan banteng. Penelitian ini bertujuan untuk dapat mengetahui variabel-variabel penting habitat banteng, persebaran prediksi menggunakan analisis spasial kesesuaian habitat banteng atau HSI Map dan membandingkan hasil peta prediksi dengan data empiris keberadaan banteng. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis spasial yang dikombinasikan dengan metode AHP (Analytical Hierarchy Process) atau pembobotan. Metode ini menggunakan tiga variabel kunci untuk menentukan kesesuaian habitat banteng, yaitu: variabel ekologis (NDVI dan sumber mata air), variabel topografis (ketinggian dan kelerengan lokasi) serta faktor ganguan (jalan). Dari hasil analisis, dapat diketahui bahwa variabel kesesuaian habitat yang paling besar pengaruhya ialah faktor topografis dan ekologis dengan nilai 47% dan faktor ganguan 6%. Pada kawasan KPH Banyuwangi Selatan memiliki bobot kesesuaian sangat tinggi yaitu sebesar 53% dan bobot kesesuaian tinggi sebesar 47%, sehingga dapat dikatan KPH Banyuwangi Selatan memiliki karakter habitat yang sesuai untuk banteng. Peta HSI dapat digunakan sebagai alat prediksi sebaran banteng, karena setelah dibandingkan dengan data empiris, banteng menempati lokasi pada peta dengan nilai kesesuian habitat yang tinggi.
Habitat is area where organisms live and interact with their environments. Habitat have various characteristics that make only certain organisms possible to live in that areas. Banteng has very wide range of exploration, like there in Banyuwangi, it is widely spread along the southern Banyuwangi. Banteng can also be found inside the production forest that is organized by KPH Banyuwangi Selatan. Therefore, spatial analysis is needed to predict the banteng distribution and to figure out habitat’s variables that are matter-most for their lives. This research was done to find out the important variables of banteng’s habitat and the distribution prediction by using HSI MAP, and to compare between the prediction map with empirical data of banteng’s existence. This research was done by using spatial analysis combined with AHP method also known as weighting method. This method has three key variables to determine banteng’s habitat relevance. Those variables are ecologic variable (NDVI and water springs), topographic variable (height and slope), and disturbance factor (road). Analysis result shows that habitat suitability variable which have the biggest impact is topographic and ecologic factor by 47% and disturbance factor by 6%. In KPH Banyuwangi Selatan’s area, very-high-relevance score is 53% and high-relevance score is 47%. Thus, we can say that KPH Banyuwangi Selatan have habitat character that is relatively suitable for banteng. HSI map can be used as banteng’s distribution prediction tool, because banteng distribution on locations on map which has high habitat relevance, after being compared with empirical data.
Kata Kunci : HIS Map, Banteng, GIS, AHP