ANALISIS PERANCANGAN STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI MI TRADISIONAL DENGAN METODE KOMBINASI SWOT DAN AHP

ALDISE DYAN RINI S, Dr. Ir. Adi Djoko Guritno, MSIE.

2014 | Skripsi | TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Pundong, Bantul, mengolah tepung tapioka menjadi produk mi secara tradisional, yaitu mi pentil dan mi iris/”midhes”. Kelompok industri UMKM ini berpotensi untuk dikembangkan menjadi industri yang lebih besar. Namun, para pelaku UMKM mi di Pundong masih belum sadar akan pentingnya pengembangan usaha mereka. Sektor usaha UMKM pada umumnya masih relatif lemah dalam pengembangannya. Strategi untuk mengembangkan dan memperkuat UMKM mi perlu dirumuskan dengan tepat, sehingga diperoleh rumusan strategi pengembangan yang nantinya dapat diimplementasikan dengan baik. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi pengembangan UMKM mi di Pundong dan menetukan strategi yang menjadi prioritas. Analisis penyusunan strategi kompetitif pengembangan UMKM ini dilakukan dengan metode A’WOT (AHP-SWOT). Metode A’WOT merupakan metode kombinasi dari metode SWOT (strength, weaknesses, opportunities, threats) dan Analytic Hierarchy Process (AHP). Metode AHP dipilih sebagai penyelesaian untuk permasalahan pengambilan keputusan, khususnya untuk mengevaluasi tingkat kepentingan atau bobot faktor yang menjadi prioritas strategi pengembangan UMKM mi di Pundong, Bantul. Pengembangan sentra industri UMKM mi di Pundong dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Berdasarkan hasil penelitian, dilakukan penghitungan bobot prioritas masing-masing faktor. Pada faktor kekuatan (strengths), sub kriteria prioritas adalah sentra UMKM mi sebagai sumber wirausaha masyarakat (0.112608). Pada faktor kelemahan (weaknesses), sub kriteria prioritas adalah pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia (pelaku UMKM) yang terbatas (0.07296). Pada faktor peluang (opportunities), subkriteria prioritas adalah pengenalan para konsumen/calon konsumen terhadap produk mi (0.111202). Pada faktor T (threats) ini, subkriteria prioritas adalah kondisi cuaca yang fluktuatif (0.064766). Sementara itu, alternatif strategi dengan desirability index (Di) paling tinggi dan menjadi prioritas adalah strategi korektif WO-1 berupa peningkatan kualitas sumber daya manusia (0.15).

Micro, Small, and Medium Enterprises (MSMEs) in Pundong, Bantul, traditionally process tapioca flour (cassava starch) into noodles; the pentil noodle and the sliced noodle/”midhes”. This MSMEs group has the potential to be developed into bigger enterprises. However, the MSMEs owners are still not aware of the importance of their business development. The MSMEs sector in general is still relatively weak in its development. The strategies to develop and strengthen need to be formulated precisely, in order to obtain development strategy formulation that can be implemented properly. The purpose of this study is to identify the factors which influence the noodle MSMEs development in Pundong and to determine the priority strategy. This analysis was conducted using A’WOT (AHP-SWOT). A’WOT is a hybrid method combining SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, and threats) analysis and the Analytic Hierarchy Process (AHP). SWOT analysis is used as a tool to identify and formulate the MSMEs development strategy, while the AHP method is chosen as a solution to the problem of decision-making, particularly to evaluate the relative importance or weight of a factor which is the priority of MSMEs strategy development. The development of noodle MSMEs in Pundong is influenced by the internal and external factors. The priority weights of each factor were counted based on the result of this study. For the strengths factor, sub criteria “the noodle MSMEs as a source of entrepreneurial society” becomes the priority (0.112608). For the weaknesses factor, sub criteria “the limited knowledge and skills of human resources” becomes the priority (0.07296). For the opportunities factor, sub criteria “the consumers’ product knowledge” becomes the priority (0.111202). For the threats factor, sub criteria “the fluctuating weather conditions” becomes the priority (0.064766). While the alternative strategy with the highest desirability index (Di) is the corrective strategy WO-1, “quality increasing of human resources” (0.15).

Kata Kunci : mi, UMKM, strategi pengembangan, hybrid method, SWOT, AHP