Laporkan Masalah

ANALISIS KEKERINGAN METEOROLOGIS DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Dhian Puspitasari, Dr.Ir. Rachmad Jayadi, M.Eng.

2014 | Tesis | S2 Teknik Sipil

Kekeringan merupakan salah satu bencana yang sering terjadi dan menimbulkan banyak kerugian bersifat nonstruktural. Kekeringan bersifat merayap, terakumulasi secara lambat, tidak jelas awal dan akhirnya, sehingga sulit didefinisikan secara tepat. Kejadian bencana kekeringan yang sangat lambat dan tidak disadari tersebut mengakibatkan kekeringan sulit diukur. Salah satu parameter yang dapat dijadikan pengukur tingkat keparahan kekeringan adalah melalui indeks kekeringan. Studi ini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan sebagai masukan dalam menentukan kebijakan mitigasi bencana kekeringan. Analisis kekeringan yang dilakukan berkaitan dengan analisis karakteristik kekeringan pada kondisi hujan historis. Studi ini menggunakan analisis kekeringan meteorologis sebagai awal dalam menentukan bencana kekeringan suatu wilayah yang terkena dampak bencana kekeringan. Kekeringan meteorologist dalam studi penelitian ini menggunakan metode EDI dan SPI-1, -3, -6, -12, dan -24. Data yang diperlukan dalam analisis kekeringan meteorologis ini berupa data hujan sebagai input untuk perhitungan. Data yang digunakan adalah data hujan 6 stasiun hujan dengan panjang data hujan 22 tahun yakni dari tahun 1991 sampai dengan tahun 2012. Indeks kekeringan yang diperoleh dari metode EDI dan SPI kemudian digunakan sebagai data input dalam pembuatan peta sebaran wilayah kekeringan dengan menggunakan perangkat lunak GIS. Hasil analisis kekeringan meteorologis di Kabupaten Gunungkidul menunjukkan bahwa kondisi kekeringan yang terparah terjadi pada tahun 1997 dengan durasi panjang yang dimulai dari bulan Maret tahun 1996 sampai dengan bulan Mei tahun 1998. Karakteristik kekeringan menunjukkan kondisi kriteria agak basah hingga kering ekstrim sepanjang periode tahun 1991 hingga tahun 2012. Upaya mitigasi bencana kekeringan yang dapat dilakukan di Kabupaten Gunungkidul salah satunya yakni memenuhi dengan segera kebutuhan air bersih bagi masyarakat untuk keperluan rumah tangga melalui dropping air bersih dengan urutan skala prioritas dropping untuk wilayah Wonogomo, Sidoharjo, Ngawen, Gedangan, Kedungkeris, dan terakhir Panggang. Bulan kering untuk memulai kegiatan dropping air bersih berdasarkan pemetaan, nilai rata-rata indeks EDI bulanan, dan nilai ketersediaan sumber daya air (AWRI) dapat dilakukan pada periode bulan April hingga bulan September.

Drought is one of the most common disasters and has caused many nonstructural losses. Drought is a creeping, slowly accumulating, with a blurry onset and end, therefore it is difficult to be defined correctly. The considerably slow and insidious occurrence has made drought difficult to be measured. One of the eligible parameters to measure the level of drought severity is through the drought index. This research aims to obtain information necessary for recommendation in determining drought mitigation policy. The drought analysis conducted is related to drought characteristic analysis on historical rainfall condition. This research applied meteorological drought analysis as the initiation in determining drought hazard of an affected region. The meteorological drought in this research utilized EDI method as well as SPI-1, -3, -6, -12, and -24. The data required in this meteorological drought are data from 6 weather stations with 22 years of rainfall data records, namely from 1991 to 2012. The drought index acquired from EDI and SPI methods were then utilized as the input data in drought hazard distribution mapping through GIS software. The results of meteorological drought analysis in Gunungkidul Regency showed that the worst drought took place in 1997, with a long duration starting from March 1996 to May 1998. The drought characteristic indicated the criteria from mildly wet to extreme drought during the period 1991 to 2012. The drought mitigation effort that can be realized in Gunungkidul Regency is, among others, meeting the demand for clean water to the society for household use immediately through clean water dropping, prioritizing for Wonogomo, Sidoharjo, Ngawen, Gedangan, Kedungkeris, and finally Panggang areas. The dry months for dropping effort, based on mapping, monthly average of EDI index, and available water resource index (AWRI), can be conducted in the period of April to September.

Kata Kunci : kekeringan meteorologis, curah hujan, indeks kekeringan, pemetaan kekeringan


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.