PENGARUH PENAMBAHAN MOLASE DAN AMPAS TAHU DALAM FERMENTASI Saccharopolyspora erythraea BM1/A13 pada PRODUKSI ERITROMISIN

ADY KURNIAWAN, Dr. Pudjono, SU, Apt.

2013 | Skripsi | FARMASI

Eritromisin merupakan antibiotik golongan makrolid hasil fermentasi dari berbagai mikroorganisme seperti Streptomyces sp, yang dapat menghambat sintesis protein mikroorganisme. Dalam fermentasi diperlukan media yang mengandung gula, protein, vitamin, mineral serta prekursor tertentu agar dapat berjalan sempurna. Pemilihan media yang tepat dan murah dapat membuat biaya saat proses produksi menjadi semakin kecil. Penelitian ini bertujuan untuk mencari bahan tambahan pada proses fermentasi agar dapat menghasilkan antibiotik eritromisin yang lebih optimal tetapi tidak menambah biaya yang terlalu besar. Tahap pertama dari penelitian ini adalah melakukan regenerasi Saccharopolyspora erythraea BM1/A13, selanjutnya dilakukan inokulasi biakan. Tahap kedua adalah fermentasi dengan media standar dan media yang dikombinasikan dengan molase dan ampas tahu. Tahap terakhir yaitu analisis potensi eritromisin hasil fermentasi melalui uji diameter hambar, kurva pertumbuhan, konsumsi protein dan gula dibandingkan eritromisin kontrol Hasil penelitian menunjukkan penggunaan media dengan kombinasi kadar molase 1% dan ampas tahu 2,5% pada fermentasi Sac.erythraea BM1/A13, dapat meningkatkan produksi eritromisin lebih besar dari pada media standar.

Erythromycin is a macrolide group antibiotic that producted from many different microorganism such as Streptomyces sp, that can inhibit the protein synthesis in microorganism. In fermentation, media required materials such as sugars, proteins, vitamins and also spesific precursors so that fermentation can be done perfectly. The selection of proper and cheap media can make the cost of production become lower. The purpose of this research is to look for the addition ingredients from the fermentation so that can produce erythromycin antibiotic more optimal but with low price. The first step in this research was regeneration of Saccharopolyspora erythraea BM1/A13, and after that was culture inoculation. The second step was fermentation with standard media and the media which combinated with molasses and tofu’s wastes. The last step was erythromycin potential analysis from the product by inhibitory diameter testing, protein consume and glucose consume compared with erythromycin control. The results showed that using the media which combinated with 1% molasses and 2,5% tofu’s wastes in Sac. erythraea BM1/A13 fermentation, can increase the production of erythromycin that much more than the control in standard media.

Kata Kunci : eritromisin, molase, ampas tahu, diameter hambat, erythromycin, molasses, tofu’s wastes, inhibitory diameter