CITY BRANDING: TOWARDS THE UNDERSTANDING OF DIFFERENTSTAKEHOLDERS CASE STUDY : “SOLO, THE SPIRIT OF JAVA”, CENTRAL JAVA - INDONESIA

Angela Yerina Mandarika, Prof. Ir. Bakti Setiawan, MA., Ph.D.

2013 | Tesis | S2 Magist.Prnc.Kota & Daerah

City branding yang bertujuan merespon permintaan untuk berkompetisi dan menarik kelompok sasaran yang diinginkan, mempunyai karakter sebagai proses pemerintahan. Hal tersebut dilaksanakan dengan keterlibatan dari beberapa pemangku kepentingan yang seringkali memiliki pengertian sendiri terhadap city brand. Dapat dikatakan bahwa kesuksesan city branding seringkali bergantung pada pengertian dari para pemangku kepentingan yang terlibat dalam city branding. Solo, adalah satu dari banyak kota di Indonesia yang sudah berusaha keras untuk mengaplikasikan praktek city branding, yang diadaptasi dari regional branding, sebagai sarana penting dari strategi pemasaran kota untuk bersaing dengan kota – kota lain dan menarik kelompok sasaran yang diharapkan. Walaupun praktek branding di Solo sudah berjalan sekitar tujuh tahun, tetapi pengertian mengenai city branding dan keterlibatan para pemangku kepentingan dalam proses city branding masih dipertanyakan. Adanya Kesamaan atau perbedaan pengertian antara pemerintah kota dengan komunitas bisnis berefek terhadap praktek branding juga menjadi pemicu riset ini. Akhirnya, riset ini diharapkan untuk memberi masukan kepada pemerintah sebagai bentuk evaluasi untuk penerapan city branding Solo di masa depan. Tujuan riset ini adalah untuk mengetahui perbedaan dan kesamaan pengertian tentang city branding antara pemerintah kota dan komunitas bisnis dan untuk mencari tahu efek dari pengertian itu terhadap implementasi city branding di Kota Solo. Riset ini adalah studi eksploratori menggunakan teknik studi kasus tunggal. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam terhadap 18 tokoh kunci pada kelompok pemerintah kota dan komunitas bisnis, survei pada 122 pemangku kepentingan dari kedua kelompok dan mengulas dokumen resmi, artikel, serta publikasi. Metode analisis data menggunakan SPSS untuk analisa kuantitatif dan pengkodean untuk analisa kualitatif. Riset ini menemukan bahwa terdapat persamaan dan perbedaan dalam pengertian mengenai city branding antara pemerintah kota dan komunitas bisnis. Dalam hal pengertian umum mengenai city branding, kedua kelompok pemangku kepentingan kebanyakan memiliki kesamaan pengertian. Tetapi, dalam hal pandangan tentang“Solo, The Spirit of Java” terdapat perbedaan di kebanyakan pengertian mereka. sementara untuk aspek yang lain : keterlibatan pemangku kepentingan, implementasi dan performa dari “Solo, The Spirit of Java” ditemukan banyak kesamaan. Lebih jauh lagi, seluruh kesamaan dan perbedaan dalam pengertian tentang city branding tadi, pandangan terhadap “Solo, The Spirit of Java”, keterlibatan pemangku kepentingan selama prosesnya, dan bahkan performanya terbukti mempengaruhi implementasi dari “Solo, The Spirit of Java” di Kota Solo. Sementara daerah tempat tinggal para responden dan perbedaan antara kedua kelompok pemangku kepentingan (pemerintah kota dan komunitas bisnis) tidak berpengaruh terhadap implementasi. Riset ini kemudian menyimpulkan bahwa terdapat lebih banyak kesamaan dalam pengertian mengenai city branding antara pemerintah kota dan komunitas bisnis di Kota Solo, dan kesamaan pengertian ini memberi efek positif terhadap implementasi “Solo, The Spirit of Java” di Kota Solo. Tetapi, riset ini tidak dapat menemukan bukti apapun mengenai efek negatif yang dihasilkan dari perbedaan pengertian terhadap city branding antara dua kelompok tersebut.

City branding which aims to respond to the demands of competition and attract desired target groups has been characterized as governance processes. It is carried out with the involvement of several stakeholders who often have their own understanding towards city brand. It can be said that success of city branding mostly dependent on the understanding of relevant stakeholders involved in city branding. Many literatures also suggest that stakeholders involvement is important to give positive effects in city branding practice. Solo, is one of many cities in Indonesia which already tried hard to implement city branding practice, which was adopted from regional branding, as an important tool of city marketing strategies in order to compete with other cities and attract desired target groups. Although the branding practice in Solo City has been running for about seven years, but an understanding of the relevant stakeholders about city branding and their involvement in city branding process is still questionable. Whether the common understanding (consensus) or differences in both city administrators and business communities has some effects toward branding practice also become a driving factor of this research. Eventually, this research is expected to give important input to the government as a form of evaluation for the future implementation of Solo city branding. The objective of this resarch is to examine the understanding (differences and commonalities) of city branding between different relevant stakeholders (city administrators and business communities) and to find out the effect of their understanding towards the implementation of city branding in Solo City. This research is an exploratory study using single case study techniques. The data collected through in-depth interview among 18 key persons in both city administrators and business communities group, survey among 122 stakeholders from both groups and review of the related official documents, articles and publications. The methods of data analysis used SPSS for the quantitative analysis and coding for the qualitative analysis. This research found that there are commonalities and differences in the understanding of city branding between city administrators and business communities. In terms of general understanding about city branding, both relevant stakeholders mostly have common understanding. However, in terms of their view about “Solo, The Spirit of Java” there are differences in most of their understanding. While for the other aspects : stakeholder involvement, the implementation and the performance of “Solo, The Spirit of Java” commonalities have been found. Furthermore, all those differences and commonalities in the understanding of city branding, the views on “Solo, The Spirit of Java”, stakeholder involvement during the process, and even the performance proved affects the implementation of “Solo, The Spirit of Java” in Solo City. While living area of the respondents and two different group of stakeholders (city administrators and business communities) have no influence towards the implementation. This research then concluded that there are mostly commonalities in the understanding of city branding between city administrators and business communities in Solo City, and this common understanding gave positive effects on the implementation of “Solo, The Spirit of Java” in Solo City. However, this research couldn‟t find any proof of negative effects resulted from the differences in the understanding of city branding between two groups.

Kata Kunci : city branding, pengertian, keterlibatan pemangku kepentingan, “Solo,The Spirit of Java”, implementasi