Laporkan Masalah

URBAN SPRAWL DI KOTA SEMARANG: KARAKTERISTIK DAN EVALUASINYA TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA

MARHENSA ADITYA HADI, Dr. M.R. Djarot Sadharto W., M.Sc.

2013 | Skripsi | PEMBANGUNAN WILAYAH

Kota Semarang sebagai ibukota Propinsi Jawa Tengah terus berkembang pesat dalam pertumbuhannya, walaupun begitu kota ini masih tergolong over bounded city dimana masih banyak kenampakan fisik di kota ini yang belum mencerminkan sebuah kondisi kekotaan. Dalam perkembangannya, kota akan berkecenderungan merembet ke daerah-daerah pinggiran untuk mendorong lahan-lahan di daerah urban fringe tersebut terkonversi menjadi lahan terbangun. Dan dari proses perembetan sifat kekotaan tersebut dinamakan urban sprawl. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi perkembangan Kota Semarang secara umum pada tahun 1992-2000, (2) mengidentifikasi karakteristik urban sprawl, yang meliputi tingkat, arah dan tipe urban sprawl yang terjadi pada Kota Semarang 2000-2009, (3) mengkaji perkembangan perubahan karakteristik kekotaan pada wilayah yang memiliki tingkat urban sprawl tinggi dan juga pada wilayah yang memiliki tingkat kesesuaian terhadap RDTRK yang rendah di Kota Semarang 2000-2009 dan (4) mengevaluasi penyimpangan penggunaan lahan antara perkembangan fisik kekotaan dengan rencana tata ruang kota Metode penelitian ini pada dasarnya bersumber dari analisis data sekunder yakni menggunakan data spasial luasan lahan terbangun. Kemudian Tipologi dibuat dengan membandingkan dua variabel yakni “nilai urban sprawl” dengan “nilai kesesuaian antara RDTRK dengan penggunan lahan eksisting” sebagai purposive sampling untuk tujuan ketiga dan keempat. Nilai kesesuaian itu didapatkan dari hasil overlay peta penggunaan lahan tahun 2009 dengan peta zonasi RDTRK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan Kota Semarang secara makro dari tahun 1992 ke 2000 mengikuti aksesibilitas yang ada mengarah ke Barat, Timur dan Selatan dengan penambahan terbesar pada zona 10-15 Km dari titik pusat kota. Dari hasil identifikasi tingkat urban sprawl tahun 2000-2009, kelas tinggi tersebar merata mengelilingi kota, terdapat 118 kelurahan dari 177 kelurahan yang memiliki kelas tinggi. Pada kelurahan Tipologi A (tingkat urban sprawl tinggi dan kesesuaian RDTRK rendah) perubahan penggunaan lahan paling luas adalah dari kebun menjadi tegalan, pada Tipologi B (tingkat urban sprawl tinggi dan kesesuaian RDTRK tinggi) perubahan paling luas adalah sawah irigasi menjadi permukiman, sedangkan pada Tipologi C (tingkat urban sprawl rendah dan kesesuaian RDTRK rendah) perubahan paling luas adalah kebun menjadi tegalan. Dilihat dari Kota Semarang secara keseluruhan, ketidaksesuaian antara penggunaan lahan eksisting dengan RDTRK sebesar terdapat 18,69% penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya.

Semarang City as the capital city of Central Java Province continues to grow rapidly, but this city still classified as over bounded city where there’s still many city’s physical appearance does not reflect urban condition. During its urban growth, city will tend to spread into suburban areas to convert urban fringe areas into land up area. This spreading urban nature is called urban sprawl. This study aim to: (1) identify the Semarang City’s growth in macro scale during 1992-2000, (2) identify the urban sprawl characteristics which includes its level, direction and type of urban sprawl of Semarang City during 2000-2009, (3) assesing the characteristics of urban changes on area which has high level of urban sprawl and low level of landuse suitability from RDTRK (detailed spatial planning), (4) evaluate the unsuitability between landuse and detailed spatial planning. This research method basically derived from secondary data analysis by using spatial land up area. Tipology created from comparing two variables, “urban sprawl level” with “suitability value from landuse and RDTRK” as a tool for purposive sampling on third and fourth aims. Suitability value derived from overlaying 2009 landuse map with RDRTK zoning map. The result showed that development of Semarang City on macro scale during 1992-2000 follows accessibility factor, leads to the West, East and South, the biggest urban growth located on 10-15 Km zone from CBD. Identification results of urban sprawl during 2000-2009 shows high-level of urban sprawl spread around city, there’s 118 from 177 village which has high-level of urban sprawl. In Tipology A (high urban sprwal and low suitability between landuse and RDTRK) largest landuse change is from plantation into crop field, Tipology B (high urban sprawl and high suitability between landuse and RDTRK) the largest change is irigated rice field into settlement, Tipology C (low urban sprawl and low suitability between landuse and RDTRK) the largest change is plantation into crop field. Overall Semarang City has 18.69 % of unsuitability between landuse and RDTRK.

Kata Kunci : urban sprawl, perembetan kota, urban fringe, windrose, RDTRK, kota semarang


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.