ADAPTASI MORFOLOGI DAN FISIOLOGI TANAMAN PORANG (Amorphophallus oncophyllus Prain.) TERHADAP VARIASI INTENSITAS CAHAYA DAN JENIS PENAUNG
ADITYA RAHMADANIARTI, Dr. Ir. Eny Faridah, M.Sc.
2013 | Tesis | S2 Ilmu KehutananPorang (Amorphophallus oncophyllus Prain merupakan salah satu jenis tanaman pangan yang mempunyai toleransi tinggi terhadap lingkungan yang ternaungi. Pertumbuhan dan produktivitas porang dapat mengalami gangguan manakala tidak sesuai dengan persyaratan tumbuh optimalnya. Penelitian dilaksanakan pada hutan rakyat Nglanggeran Gunung Kidul, hutan tanaman Wanagama I, dan lingkungan terkontrol (persemaian). Penelitian lapangan dan laboratorium dilakukan selama tiga bulan, meliputi pengukuran faktor lingkungan serta karakter morfologi dan fisiologi tanaman porang. Analisis data menggunakan analisis varians (ANOVA), regresi dan korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor intensitas cahaya lebih berpengaruh nyata terhadap respon morfologi dan fisiologi di persemaian, sedangkan di hutan rakyat Nglanggeran tidak berpengaruh nyata. Kisaran intensitas cahaya 45-70% merupakan intensitas cahaya yang optimal bagi pertumbuhan dan produktivitas porang. Dilihat dari respon fisiologinya, tanaman porang pada intensitas cahaya 45-70% mampu meningkatkan kandungan klorofil, namun jumlah stomata daun porang antara tempat terbuka (kontrol) dan ternaungi relatif tidak signifikan. Akan tetapi, nilai efisiensi pembentukan umbi porang pada intensitas cahaya tinggi (tempat terbuka) relatif lebih besar dibanding tempat ternaungi. Korelasi negatif ditunjukkan oleh luas daun dan berat kering umbi pada tempat yang ternaungi dan tempat terbuka. Berbeda dengan di hutan tanaman Wanagama I, faktor tegakan lebih berpengaruh nyata terhadap respon pertumbuhan dan produktivitas porang dibanding intensitas cahaya. Pertumbuhan dan produktivitas tanaman porang di bawah tegakan akasia relatif lebih baik dibanding jati dan ekaliptus. Dilihat dari kandungan klorofil dan nilai efisiensi pembentukan umbi porang di bawah tegakan akasia relatif lebih tinggi, namun dari jumlah stomata daun relatif tidak berbeda nyata antara ketiga tegakan tersebut. Korelasi positif ditunjukkan luas daun dan berat kering umbi porang di bawah tegakan jati, sebaliknya korelasi negatif ditunjukkan oleh tanaman porang di bawah tegakan akasia dan ekaliptus.
Konjac (Amorphophallus oncophyllus Prain.) is one kind of food crops that have a high tolerance for shaded environments. The growth and productivity of konjac could be disturbance while not in accordance with optimal growing conditions. The research was conducted in community forest Nglanggeran, Gunung Kidul, plantation forest Wanagama I, and controlled environments (nursery). Field and laboratory research was conducted during three months, including the measurement of environmental factors, morphological and physiological characters of konjac. Data analysis using analysis of variance (ANOVA), regression and correlation. Results showed that light intensity factors significantly affect to the morphological and physiological responses of konjac in nursery, while in the community forest Nglanggeran no real affect. Light intensity range of 45-70% was optimal light intensity for growth and productivity of konjac. In addition, physiological response of konjac in the light intensity 45-70% was increased chlorophyll content, but the numbers of leaf stomata between open and shaded area relatively insignificant. However, the efficiency of storage root production of konjac at high light intensity (open area) was relatively larger than shaded area. Negative correlation was shown by leaf area and tuber dry weight in shaded and open areas. In contrast to the plantation forest in Wanagama I, stands factors more significantly affect to the growth and productivity of konjac, than light intensity. The growth and productivity under acacia stands relatively better than teak and eucalyptus. In addition, the content of chlorophyll and efficiency of storage root production under acacia stands were relatively higher, but the numbers of leaf stomata was relative not significantly different between teak, acacia and eucalyptus. Positive correlation was shown by leaf area and tuber dry weight of konjac under teak stands, otherwise negative correlation was shown under acacia and eucalyptus stands.
Kata Kunci : porang, adaptasi, morfologi dan fisiologi, intensitas cahaya