Laporkan Masalah

Pertumbuhan dan hasil kubis (Brassica oleracae L.) dalam sistem tumpangsari dengan bawang daun (Allium fistulosum)

MILA LARAS SETYOWATI, Dr. Ir. Endang Sulistyaningsih, M.Sc.

2013 | Skripsi | AGRONOMI

Petani kubis di dataran tinggi sering mengalami gagal panen karena adanya faktor lingkungan yang tidak mendukung pertumbuhan dan hasil kubis, salah satunya adalah penyakit. Pada saat ini, penyakit utama pada kubis yang menyebabkan petani gagal panen adalah penyakit yang disebabkan oleh Plasmodiophora brassicae. Oleh karena itu, perlu dikaji sistem tanam tumpangsari kubis dengan tanaman lainnya agar petani tetap dapat memanen krop kubis. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan serta hasil kubis yang ditumbuhkan dalam sistem tanam tumpangsari dengan bawang daun. Penelitian dilaksanakan di dataran tinggi yang berlokasi di Dusun Daru, Desa Pagergunung, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah pada bulan Agustus sampai November 2011. Penelitian disusun dalam rancangan acak kelompok lengkap (RAKL) faktor tunggal, dengan 3 blok sebagai ulangan. Perlakuan yang diuji adalah tumpangsari kubis dan bawang daun, monokulutur kubis dan monokultur bawang daun. Pengamatan dilakukan terhadap beberapa variabel lingkungan, pertumbuhan dan hasil tanaman kubis serta bawang daun. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisa dengan uji-t. Hasil penelitian memberikan informasi bahwa tumpangsari kubis dengan bawang daun lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan monokulturnya karena tumpangsari tersebut menghasilkan land equivalent ratio (LER) sebesar 2,68. Pada satu hamparan lahan yang sama dapat dipanen dua komoditas yaitu kubis dan bawang daun.

Cabbage farmers in the highlands often experienced to harvest failure due to environmental factors that do not support the growth and yield of cabbage, one of the factors is the disease. At this time, the main disease that causes farmers failure to harvest cabbage is a disease caused by Plasmodiophora brassicae. Therefore, it is necessary to study the intercropping among cabbage and other crops so that farmers can still harvest the cabbage. The objective of study was to determine the growth and yield of cabbage that grown in the intercropping with scallion. The experiment was conducted at the highland area that located in Daru, Pagergunung Village, Ngablak District, Magelang Regency, Central Java Province in August to November 2011. The research was conducted in randomized complete block design (RCBD) single factor, with 3 blocks as replication. The treatments tested were intercropped cabbage and scallion, and monoculture of cabbage and scallion. The observations were done on several variables of environment, growth and yield of cabbage and scallion. The data were analyzed with t-test. The results showed that intercropping between cabbages with scallion was more profitable when compared to the yield of monoculture of the two species, as intercropping land equivalent ratio (LER) of 2.68. On the same stretch of land can be harvested two commodities, namely cabbage and scallion.

Kata Kunci : bawang daun, kubis, monokultur, tumpangsari


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.