Laporkan Masalah

PENGENDALIAN HAYATI PENYAKIT AKAR GADA (Plasmodiophora brassicae Wor.) PADA KUBIS (Brassica oleracea L.) MENGGUNAKAN BAWANG DAUN (Allium fistulosum L.)

JOSEPHIN M.F.S, Dr. Ir. Endang Sulistyaningsih, M.Sc.

2013 | Skripsi | AGRONOMI

Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui efektivitas bawang daun sebagai pengendali hayati penyakit akar gada pada kubis. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang dilaksanakan di lahan petani, di desa Pagergunung, Grabak, Magelang, Jawa Tengah dari bulan Maret sampai Juli 2012. Penelitian dirancang dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap Faktorial. Faktor pertama adalah cara pengendalian (tanaman hidup dan ekstrak) dan populasi dari bawang daun yang digunakan terdiri atas 6 aras, yaitu : Kubis+bawang daun (tanaman hidup)+6, kubis+bawang daun (tanaman hidup)+8, kubis+bawang daun (tanaman hidup)+10, kubis+pemberian ekstrak bawang daun+6, kubis+pemberian ekstrak bawang daun+8, kubis+pemberian ekstrak bawang daun+10. Faktor kedua adalah kultivar bawang daun yang terdiri atas dua aras, yaitu kultivar Lambau dan kultivar Taiwan. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam α = 5 %, apabila terdapat beda nyata antar perlakuan maka dilanjutkan dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) α = 5%, juga dilakukan uji Kontras Orthogonal untuk membandingkan nilai rerata perlakuan dengan kontrol. Hasil penelitian menunjukkan interaksi antara faktor cara pengendalian (tanaman hidup dan ekstrak) dengan kultivar bawang daun berpengaruh terhadap variabel gejala kelayuan daun kubis umur tiga minggu setelah tanam dan variabel padatan total terlarut kubis (brix). Bawang daun kultivar Taiwan sebagai pengendali hayati mampu menekan gejala kelayuan daun kubis umur lima minggu setelah tanam dibandingkan kubis monokultur. Cara pengendalian dengan kedua metode (tanaman hidup dan ekstrak) menunjukkan keefektifan yang sama dalam mengurangi gejala kelayuan daun kubis. Bawang daun dengan populasi 6, 8 dan 10 yang diaplikasikan pda kubis tidak menunjukkan peningkatan keefektifan dalam mengatasi penyakit akar gada.

The study was to determine the effectiveness of Japanese bunching onion as a biological control of clubroot disease on cabbage. The research was a field study conducted at farmers' fields, in the village of Pagergunung, Grabak, Magelang, Central Java from March to July 2012. The experimental was the Complete Randomized Factorial Design. The first factor was the way of control (live plants and extracts) and population of Japanese bunching onion consisting of 6 levels used, namely : cabbage + Japanese bunching onion (live plants) + 6, cabbage + Japanese bunching onion (live plants) + 8, cabbage + Japanese bunching onion (live plants) + 10, cabbage + Japanese bunching onion (extract) + 6, cabbage + Japanese bunching onion (extract) + 8, cabbage + Japanese bunching onion (extract) + 10. The second factor was the Japanese bunching onion cultivar consisting of 2 levels used, namely : Lambau cultivar and Taiwan cultivar. The collected data were analyzed by analysis of variance (Anova) applying level of significance α = 5%, Whenever the significant differences among treatments were found, futher analysis was carrier out by applying a Duncan's Multiple Range Test (DMRT) of α = 5%, and also orthogonal contrast test performed to compare the mean values with the control treatment. The results showed that the interaction between the way of control (live plants and extracts) and population of Japanese bunching onion factor with Japanese bunching onion cultivar effected on wilting symptoms of cabbage in three weeks after the planting and cabbage total dissolved solids (brix). Japanese bunching onion Taiwan cultivar as biological control could reduce the wilting symptoms of cabbage in the fifth weeks after the planting compared to monoculture planting cabbage. The way of control (live plants and extracts) and population of Japanese bunching onion factor showed the same effectiveness to reduce the wilting symptoms of cabbage. The 6, 8 and 10 population of Japanese bunching onion applied did not show increase effectiveness to reducing the clubroot disease.

Kata Kunci : kubis, penyakit akar gada, bawang daun, pengendali hayati


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.