Laporkan Masalah

PERLADANGAN WILAYAH GARIS DEPAN Studi diversifikasi ekonomi di kalangan komunitas peladang

MUHAMMAD ICHSAN R, Dr. Pujo Semedi H.Y., M.A

2013 | Skripsi | ANTROPOLOGI BUDAYA

Kihambatang merupakan sebuah desa yang terletak di tengah-tengah hutan tropis di Kalimantan Tengah. Lokasinya berada di daerah perbukitan Schwaner dengan ketinggian 250mdpl. Penduduk Kihambatang sangat bergantung pada hutan untuk melangsungkan hidupnya. Salah satu moda produksi yang digunakan untuk menjamin subsistennya adalah pertanian ladang. Sebagai sebuah moda produksi, peladangan yang dilakukan penduduk Kihambatang dan Kalimantan pada umumnya selalu mengalami perubahan. Perubahan tersebut terkait dengan beberapa faktor baik dari intern maupun ekstern. Faktor ekstern dalam hal ini merupakan faktor yang terbesar dihadapi. Adanya komoditas baru dalam pertanian turut merubah sistem pertanian masyarakat lokal. Selain itu, hutan yang dijadikan ladang dimaknai masyarakat tidak hanya pada aspek material namun juga sosial. Akibatnya perubahan pada aspek material ladang berdampak padaperubahan sosial masyarakatnya. Pihak luar (baca : kapitalis) sudah menjalankan perdagangan dan penguasaan komoditas sejak lama. Dimulai dari pedagang Cina, kekuasaan Sultan Melayu, dan Kolonial Inggris di Kalimantan Utara (Sarawak) sejak awal abad Masehi. Sementara itu, di bagian Kalimantan Selatan (meliputi Kalimantan Tengah dan Selatan), Kalimantan Barat,dan Kalimantan timur menjadi daerah koloni Belanda. Datangnya bangsa asing tersebut dapat di abstraksikan sebagai sebuah upaya akumulasi modal bagi para pemegang kapital. Datangnya pihak luar tersebut tak lain karena adanya pandangan mengenai Kalimantan sebagai daerah frontier . Faktanya, pandangan mengenai suatu daerah sebagai frontier adalah dibuat dan bukan ditemukan, dan tentu saja memiliki kepentigan tertentu didalamnya. Dalam konteks demikian terjadi perubahan perladangan yang berimbas pada terciptanyadiversifikasi dan perbedaan akses. Tulisan ini membahas dampak diversifikasi perladangan terhadap perbedaan akses penduduk dan bagimana dinamika perladangan yang terjadi di Kihambatang. Penelitian dilakukan di Kihambatang, kecamatan Katingan Hulu, kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah selama dua bulan antara Februri-Maret 2012. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah observasi partisipasi, wawancara, dan dokumentasidengan tujuan mendapatkan data yang bersifat kualitatif. Dalam penulisan dilakukan kontekstualisasi secara historis dan kewilayahan untuk melihat perubahan yang terjadi. Selain itu agregasi juga dilakukan agar setiap unsur yang dibahas memiliki korelasi yang tepat.

Kihambatang is a village located in the heart of tropical rainforest Kalimantan. Geographically tis village located at Schwanner – Muller range. Villagers in Kihambatang are dependent to natural or forest resources around them, which is proven by the swidden agriculture practices among them. One of the most significance mode of production there as in other region in Kalimantan is swidden agriculture or shifting cultivation. The problem is that that/the modeof production is always changing depends on condition in time and place. there are 2 factors which caused those changes. On the other hand, the forest and environment also havesocial meanings for the villagers aside of as natural resources.Because of that, problems arose when they build new relations with new actors around their village. New actors or outsiders who came to Kalimantan have established and controlled the market since first century A.D. It was started by Chinese and continued to British and Dutch Collonialists , up to the logging companies and NGOs in the present time. Most of them see Kalimantan as an island that gives benefit to them by extracting the natural or social resources. For them Kalimantan isseen as a frontier land. In that context, there was a dynamics in swidden agriculture and it also has had impact to it like diversification and access differentiation. This paper discuss the impact of the swidden agriculture diversification process to villagers access to the natural resources, and how the process of swidden agriculture dynamics in Kihambatang takes shape. This paper made by two months research in Kihambatang village, subdistrict of Katingan Hulu, Katingan district, Central Kalimantan. The research method is participation observation, depth – open interview, visual documentation (photo and video) to make a qualitatifdata. Seeing the dynamics by using historical context and also made a aggreation in order tomake a significant correlation.

Kata Kunci : ladang, frontier, dinamika


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.