Laporkan Masalah

PENGARUH LAMA PENERESAN TERHADAP SIFAT FISIKA KAYU JATI (Tectona grandis L.f) HUTAN RAKYAT

DWI SUKMA RINI, Dr. Ir. Sri Nugroho Marsoem, M.Agr

2013 | Tesis | S2 Ilmu Kehutanan

Keterbatasan produksi hutan Perhutani dalam memenuhi kebutuhan kayu jati yang semakin meningkat menyebabkan kayu jati dari hutan rakyat saat ini semakin banyak digunakan. Kayu jati yang berasal dari hutan rakyat masih memiliki kadar air yang tinggi karena tidak diteres seperti kayu jati yang berasal dari hutan Perhutani. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa kayu jati dari hutan rakyat sering digunakan pada kondisi kadar air yang masih tinggi karena teknologi pengeringan yang dimiliki masyarakat masih terbatas. Hal ini dapat menimbulkan cacat pada produk yang dihasilkan, sehingga kualitasnya rendah. Selain itu sifat tegangan pertumbuhan yang ada pada kayu jati semakin memperparah cacat yang ditimbulkan pada produk kayu jati. Untuk mengatasi hal ini dicoba untuk melakukan peneresan pada pohon jati yang tumbuh di hutan rakyat dengan waktu yang lebih singkat dari yang diterapkan oleh Perhutani. Peneresan dalam penelitian ini dilakukan selama 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan, dan 12 bulan. Nilai kadar air, perubahan diameter pohon dan tegangan pertumbuhan pohon yang diteres pada setiap tahapan peneresan akan diukur dan dibandingkan dengan pohon yang tidak diteres. Nilai kadar air kayu jati Kalibawang setelah dilakukan peneresan selama 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan, dan 12 bulan secara berurutan adalah 52,74%, 49,6%, 50,91%, 32,89%. Kadar air kayu tinggi di bagian pangkal dan semakin rendah menuju ke bagian yang lebih ujung. Distribusi radial kadar air untuk bagian tengah dan ujung seragam dari dekat empulur ke dekat kulit. Pohon jati yang diteres mengalami pengurangan diameter pada tiap tahapan peneresan secara berurutan sebesar -1,54 cm, -1,62 cm, -1,2 cm dan -1,8cm. Nilai tegangan tarik pada kayu yang telah diteres bervariasi dan lebih rendah dari kayu yang tidak diteres, yaitu kurang dari 1300 mikrostrain.

The limitation of teak wood supply from Perhutani forest cause teak woods from community forest are widely used. Teak woods from community forest have high moisture content because the trees are not girdled as teak wood from Perhutani. The field observation was found that teak woods from community forest often used in high moisture content due to the limited drying technology. This condition lead the final products tend to defect and inferior quality. Moreover, there is growth stress in teak woods that can make the condition getting worse. This research conducted to girdle teak wood from community forest in a shorter period than Perhutani, which were 3 months, 6 months, 9 months, and 12 months. Moisture content, tree diameter changing and growth stress measured in each period and compared to ungirdled trees. The moisture content of teak wood from Kalibawang after girdling during 3 months, 6 months, 9 months and 12 months were 52.74%, 49.6%, 50.91%, 32.89%, respectively. The highest moisture content present in wood base and getting lower toward to the end. Radial distribution of moisture content become uniform from near pith to near bark after 6 months girdling. Diameter changing of teak wood after girdling in each period were -1.54 cm, -1.62 cm, -1.2 cm and -1.8 cm, respectively. Tensile stress on girdled trees have a vary value. However, it is lower than ungirdled trees, which is less than 1300 mikrostrain.

Kata Kunci : Kayu jati, hutan rakyat, teresan, kadar air, pertumbuhan, tegangan pertumbuhan.


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.