Laporkan Masalah

ANALISIS KAPASITAS RUNWAY BANDAR UDARA ADI SUTJIPTO JOGJAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN METODE FAA DAN DORATASK

ARIKA MIKE WIJAYANTI, Ir. Wardhani Sartono, M.Sc,

2013 | Tesis | S2 Mag. S. & T.Transportasi

Bandar udara Adi Sutjipto yang luasnya mencapai 88.690 m2 telah beroperasi selama lebih dari 50 tahun merupakan gerbang udara wisata terpenting bagi kawasan segitiga JOGLOSEMAR (Jogja-Solo-Semarang) dengan daerah pelayanan yang mencakup wilayah DIY, Jawa Tengah bagian selatan dan Jawa Timur bagian barat. Status sebagai bandar udara Enclave Civil menyebabkan bandar udara Adi Sutjipto dimanfaatkan untuk dua kepentingan yakni penerbangan sipil dan latihan terbang militer (TNI AU) (Military Base Training) sehingga lalu lintas yang ada di ruang udara Yogyakarta bercampur antara pesawat komersil dan pesawat latih dengan tipe kategori pesawat yang berbeda serta terjadi peningkatan jumlah pergerakan pesawat. Nilai kapasitas runway bandar udara Adi Sutjipto perlu dianalisis sehingga pihak terkait dapat mengambil langkah–langkah tertentu untuk meningkatkan kapasitas baik di sisi darat maupun di sisi udara. Penelitian dilakukan untuk menganalisa nilai kapasitas runway dan mengetahui dengan kondisi lalu lintas yang ada saat ini apakah masih berada atau sudah melebihi dari nilai kapasitas maksimal runway Bandar udara Adi Sutjipto. Analisis dilakukan dengan menggunakan 2 metode yang berbeda yaitu metode FAA dan metode DORATASK. Parameter yang digunakan metode FAA adalah konfigurasi runway, mix index, persentase kedatangan, persentase touch & go sedangkan pada metode DORATASK adalah aircraft mix, waktu rata–rata runway occupancy time dan separasi yang diberikan oleh petugas pemandu lalu lintas udara. Hasil analisis menunjukkan nilai kapasitas runway yang berbeda, yaitu dengan menggunakan metode FAA, runway 09 (VFR/IFR) sebanyak 41/37 pergerakan pesawat, runway 27 (VFR/IFR) sebanyak 37/34 pergerakan pesawat sedangkan menggunakan metode DORATASK berjumlah 15 pergerakan pesawat. Hasil analisis dibandingkan dengan pergerakan total pesawat di bandar udara Adi Sutjipto maka didapatkan bahwa dengan menggunakan metode FAA 13% melewati nilai kapasitas dan 87% masih berada dalam nilai kapasitas sedangkan dengan menggunakan metode DORATASK 73% melewati nilai kapasitas dan 27% berada dalam nilai kapasitas. Berdasarkan hasil analisis, data delay, waktu runway occupancy time yang dibutuhkan baik untuk lepas landas ataupun mendarat serta hasil pengamatan dilapangan, maka metode yang mendekati kondisi nyata dilapangan adalah metode DORATASK dengan hasil bahwa kapasitas runway bandar udara Adi Sutjipto sudah melewati nilai kapasitas.

Adi Sutjipto International Airport which covers 88,690 m2 has been in operation for over 50 years is the air gateway to the most important tourist triangle Joglosemar (Yogyakarta-Solo-Semarang) with a service area that covers an area of Yogyakarta, Central Java and west area of east java. as an Enclave Civil’s airport, Adi Sutjipto International airport operated for civil aviation and military aviation training (Indonesian Air Force) (Military Base Training) so that the existing traffic in the airspace Yogyakarta mix between commercial aircraft and training aircraft bydifferent aircraft type categorry. By knowing the value of the airport runway capacity the appropriate steps to increase the air side and land side can be implemented. The study was conducted to analyze the value of runway capacity based on existing traffic condition beside categorized the capacity in order in capacity or was over. Method using by FAA (American Federal Aviation Administration) and DORATASK has been used to analyze runway capacity of Adi Sutjipto airport. Parameters used by FAA are runway configuration, mix index, the percentage of arrivals, and the percentage of touch & go while DORATASK using the aircraft mix, the time average of runway occupancy time and separation provided by the air traffic control officer. The most significant finding in this research are using FAA’s method the result or runway capacity value are runway 09 (VFR/IFR) is 41/37 aircraft movements, runway 27 (VFR/IFR) is 37/34 aircraft movements while using DORATASK is 15 aircraft movements. Compared with the movement of commercial aircraft and military school training aircraft average 1 hour was found that by using the FAA 13% over capacity and 87% are still in capacity whereas using DORATASK 73% over capacity and 27% were in capacity. Based on the analysis, the average time of runway occupancy time for take-off or landing, and field observations, the DORATASK method more appropriate to be used in Adi Sutjipto airports with the result value that the capacity of the airport runway Adi Sutjipto already over.

Kata Kunci : Kapasitas Runway, Metode FAA, Metode DORATASK


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.