KANDUNGAN KATEKIN DAN HASIL PUCUK BEBERAPA KLON TEH UNGGULAN PADA KETINGGIAN YANG BERBEDA DI KEBUN PAGILARAN
Suyadi Mitrowihardjo, Ir.,M.Sc., Bapak Prof. (Emer.) Dr. Ir. Woerjono Mangoendidjojo, M.Sc
2012 | Disertasi | S3 Ilmu Pemuliaan TanamanPenelitian kandungan katekin dan hasil pucuk beberapa klon teh unggulan dengan ketinggian yang berbeda di Kebun Pagilaran mempunyai tujuan untuk mendapatkan informasi tentang klon-klon yang dapat memberikan kualitas maupun kuantitas hasil tinggi yang diharapkan bermanfaat sebagai arahan perbaikan dalam pengembangan tanaman teh ke depan. Lingkungan (ketinggian) yang diduga berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas hasil juga dievaluasi, karena terkait dengan ketersediaan lahan pengembangan. Penelitian dilakukan di Kebun Pagilaran dengan enam klon unggulan (PS1, TRI 2025, PGL 10, PGL 15, GMB 7, GMB 9) dan dua lingkungan / ketinggian (1346 m dpl, dan 889 – 925 m dpl). Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Tersarang (Nested Design) dengan tiga ulangan. Analisis katekin (catechin (C) , epicatechin (EC), epigallocatechin (EGC), epicatechin gallate (ECG), epigallocatechin gallate (EGCG)) dilakukan dengan metode HPLC (High Performance Liquid Chromatography) di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) UGM. Pengamatan hasil pucuk (berat pucuk peko dan burung per petak, berat pucuk peko per petak, berat pucuk burung per petak, jumlah pucuk peko per tanaman, luas bidang petik) dilakukan di Kebun Pagilaran. Analisis enzim nitrat reduktase dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas Biologi UGM, dan uji organoleptik teh hitam setelah enam klon diolah (kenampakan, warna, rasa, serta kenampakan ampas seduhan) dilakukan oleh tiga orang tester bersertifikat dari PT Pagilaran, Batang, Jawa Tengah. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa total katekin klon GMB 9, PGL 10, TRI 2025 lebih tinggi dibanding dengan klon yang lain di lokasi atas, sedangkan klon PGL 15, GMB 9 lebih tinggi dibanding dengan klon yang lain di lokasi bawah. Berat pucuk peko dan burung per petak klon TRI 2025, PS1 lebih tinggi dibanding dengan klon yang lain di lokasi atas, sedangkan klon PGL 15, PGL 10 lebih tinggi dibanding dengan klon yang lain di lokasi bawah. Serupa dengan berat pucuk peko dan burung per petak, aktivitas enzim nitrat reduktase klon TRI 2025, PS1 juga lebih tinggi dibanding dengan klon yang lain di lokasi atas, sedangkan PGL 15, PGL 10 lebih tinggi dibanding dengan klon yang lain di lokasi bawah. Aktivitas nitrat reduktase berkorelasi sangat nyata dengan berat pucuk peko dan burung per petak, berat pucuk burung per petak, dan juga berkorelasi nyata dengan total katekin, dan EGCG. Mutu teh yang diestimasi dari uji organoleptik berkorelasi sangat nyata dengan berat peko per petak, jumlah peko per tanaman, proporsi peko dan burung per petak, berat pucuk peko dan burung per petak, dan berkorelasi nyata dengan rasa. EGCG merupakan penyusun terbesar dari total katekin dan proporsi varian genotip terhadap varian fenotip EGCG yang tinggi dibanding parameter lain, sehingga EGCG perlu diperhatikan pada penentuan klon teh sebagai tetua persilangan dalam menghasilkan keturunan dengan total katekin tinggi.
The purpose of the study was to find out high catechins content and shoot yields of six existing and promissing tea clones which might contribute to tea clone improvements in the future. Growing altitudes (1346 m above sea level and 889 – 925 m above sea level) which might influence the catechins content and shoot yields were also evaluated. The experiment was carried out at Pagilaran plantation using the six clones (PS1, TRI 2025, PGL 10, PGL 15, GMB 7, GMB 9) at two growing environments / altitudes (1346 m above sea level, and 889 – 925 m above sea level). Nested design with three replications was used in the experiment. Catechin (C), epicatechin (EC), epigallocatechin (EGC), epicatechin gallate (ECG), epigallocatechin gallate (EGCG) were analysed using high performance liquid chromatography (HPLC) method at the Integrated Research and Analysis Laboratory, Gadjah Mada University. Shoot yields parameters (weight of peco and banjhi shoot per plot, weight of peco shoot per plot, weight of banjhi shoot per plot, number of peco shoot per plant, width of plucking area) were observed at Pagilaran plantation. Nitrate reductase analysis was done in Biochemistry Laboratory at The Faculty of Biology, Gadjah Mada University and organoleptic evaluation (appearance, colour, flavor, infusion appearance) was performed by three certified tea testers from Pagilaran plantation. The results showed that total catechins of GMB 9, PGL 10, TRI 2025 clones were higher comparing to the other clones at high location, while those of PGL 15, and GMB 9 clones were higher comparing to the other clones at low location. The weights of peco and banjhi shoot per plot of TRI 2025, PS1 clones were higher comparing to the other clones at high location, while those of PGL 15, PGL 10 clones were higher comparing to the other clones at low location. Similar with the weights of peco and banjhi shoot per plot, at higher altitude, TRI 2025, PS1 clones showed higher nitrate reductase activity comparing to the other clones, while at lower altitude it was PGL 15, PGL 10 clones that showed higher nitrate reductase activity comparing to the other clones. Nitrate reductase activity was highly significant correlated with weight of peco and banjhi shoot per plot, weight of banjhi shoot per plot, and also significantly correlated with total catechin, and EGCG. Tea quality that was estimated by organoleptic evaluations was highly significant correlated with weight of peco shoot per plot, the number of peco shoot per plant, proportion of peco and banjhi shoot per plot, the weight of peco and banjhi shoot per plot, and significantly correlated with the flavour. EGCG was the highest proportion of catechin content comparing to the other catechins, and higher proportion of genotypic variance over phenotypic variance EGCG comparing to the other parameters identified, then important role of EGCG should be considered in establishing tea clone as a breeding material.
Kata Kunci : Teh, ketinggian tempat, katekin, hasil pucuk, mutu dan rasa