SISTEM PERKAWINAN Shorea macrophylla DAN Shorea pinanga DI AREAL TEGAKAN ALAM PT SARI BUMI KUSUMA, KALIMANTAN TENGAH
titis hutama syah, Dr. Sapto Indrioko, S.Hut., MP.
2012 | Tesis | S2 Ilmu KehutananShorea macrophylla dan S. pinanga merupakan jenis penghasil buah tengkawang. Kedua jenis tersebut termasuk dalam kategori rentan berdasarkan kriteria IUCN. Untuk itu, perlu dilakukan studi tentang keragaman genetik dan sistem perkawinan, agar dapat diketahui tindakan konservasi sumberdaya genetik dan silvikultur yang diperlukan. Studi dilakukan menggunakan penanda isozim. Elektroforesis dilakukan menggunakan ekstrak enzim dari daun semai. Sampel merupakan semai yang tumbuh dari buah hasil eksplorasi di areal tegakan alam PT Sari Bumi Kusuma pada beberapa waktu sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua jenis tersebut memiliki heterosigositas harapan yang tinggi, namun terdapat alel langka yang dapat punah pada masa mendatang. Kedua jenis tersebut cenderung outcrossing, yaitu pada S. macrophylla nilai tm = 0,971 ± 0,023; ts = 0,879 ± 0,031, sedangkan pada S. pinanga dengan nilai tm = 0,868 ± 0,042; ts = 0,783 ± 0,057. Indeks fiksasi (Fis) rendah untuk kedua jenis tersebut (S. macrophylla sebesar 0,169 dan S. pinanga sebesar 0,229), namun korelasi selfing antar famili sangat tinggi (rs= 0,999) menunjukkan bahwa laju inbreeding yang terjadi pada umumnya diakibatkan oleh adanya penyerbukan sendiri. Selain itu, koefisien inbreeding maternal (F) menunjukkan nilai -0,200 untuk kedua jenis tersebut, menunjukkan bahwa terdapat seleksi terhadap genotipe homosigot pada saat pertumbuhan semai menjadi pohon dewasa.
Shorea macrophylla and S. pinanga are species that can produce illipe nuts. Both species can be found at PT Sari Bumi Kusuma’s natural stands area. According to IUCN Redlist criterias, both species can be categorized as vulnerable species. Therefore, genetic diversity and mating system studies are needed to find out genetic resources conservation strategy and silvicultural action. This study has been done using isozyme marker. Electrophoresis ran using leaves extract from seedlings. Samples were seedlings that grown from fruits collected during exploration a year before. Results showed that both species have high expected heterozygosity, but there were several rare alleles that can be extinct in the future. Both species tend to outcross, with tm = 0.971 ± 0.023; ts = 0.879 ± 0.031 for S. macrophylla, and tm = 0.868 ± 0.042; ts = 0.783 ± 0.057 for S. pinanga, respectively. Fixation indices (Fis) were low for both species (0.169 for S. macrophylla and 0.229 for S. pinanga), but selfing correlation among families was very high (rs = 0.999). It means that inbreeding rates predominantly caused by selfing. Otherwise, coefficient inbreeding of maternal parents (F) exhibited negative value (-0.200) for both species. It indicates that there was some selection against homozygous progenies during growth of seedlings to mature trees.
Kata Kunci : isozim, penyerbukan luar, perkawinan kerabat, penyerbukan sendiri, sistem perkawinan.