NEGOTIATING FOR SIDE-EFFECTS: DOHA PEACE PROCESS FOR DARFUR

INTAN MAYA SARI, Dr. Nanang Pamuji M.

2012 | Tesis | S2 Ilmu Politik/Hubungan Internasional

Dewasa ini, konflik yang paling Sejak awal merdeka, Sudan telah menghadapi banyak konflik dan perang saudara. besar terjadi di area bagian barat Sudan yang disebut Darfur. Mengklaim telah diperlakukan secara tidak adil sejak awal tahun 80-an oleh pemerintah yang didominasi oleh Arab; pada awal tahun 2003, sebuah grup petani Afrika dari suku Fur, Zaghawa, dan Masalit angkat senjata dan menyerang pangkalan pemerintah. SLA dan JEM menyatakan bahwa Pemerintah Sudan telah mendiskriminasi etnis Afrika muslim di Darfur dan telah sengaja menargetkan mereka sejak awal tahun 90-an. Sejak tahun 2004, telah terdapat beberapa upaya mediasi. Tahun 2009 upaya mediasi sebagai bagian dari diplomasi humaniter dilakukan oleh Pemerintah Qatar di Doha dibawah pengawasan Uni Afrika dan Perserikatan Bangsa Bangsa. Penelitian ini bertujuan untuk menampilkan dinamika proses perdamaian untuk Darfur di Doha; menjelaskan bagaimana efek samping mengkarakterkan Proses Perdamaian di Doha; serta menggambarkan implikasi dari negosiasi untuk efek samping dalam Proses Perdamaian di Doha. Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dalam menganalisa riset eksplanatif mengenai Proses Perdamaian di Doha untuk Darfur. Teori dan konsep yang digunakan antara lain negosiasi untuk efek samping, mutually hurting stalemate dan spoiler problem dalam proses perdamaian. Pada akhirnya, peneliti menemukan bahwa Proses Perdamaian di Doha adalah sebuah negosiasi untuk menciptakan efek samping dengan tujuan propaganda. Proses ini tidak inklusif karena mengabaikan gerakan yang lebih berpengaruh di Darfur. Hal ini terbukti dengan pelanggaran berulang pada inisiasi perjanjian dan Pemerintah Sudan yang mengadakan perjanjian yang sama dengan LJM, dimana sebelumnya Pemerintah Sudan telah mengakui JEM sebagai gerakan tunggal yang mewakili masyarakat Darfur. Beberapa implikasi dari proses perdamaian yang dinegosiasikan untuk efek samping berupa ketidakpercayaan, lemahnya mediasi, disintegrasi pemberontak, penolakan pemerintah melucuti Janjaweed, dan partisipasi yang tidak konsisten dalam negosiasi. Kemudian hal-hal yang terjadi pasca penandatanganan perjanjian di Doha akan didiskusikan untuk menggambarkan dinamika situasi setelah Doha Dokumen untuk Perdamaian di Darfur ditandatangani.

Since its early independence, Sudan has suffered many conflicts and civil wars. Nowadays, the most prominent conflict in Sudan occurred in the Western area named Darfur. Claiming to be treated unfairly since 1980s by the Arab-dominated government; in early 2003, a group of sedentary African farmers from the Fur, Zaghawa, and Masalit tribes took up arms and attacked government’s bases. The Sudan Liberation Army (SLA) and the Justice and Equality Movement (JEM) claimed that the Government of Sudan (GoS) had discriminated Muslim African ethnic groups in Darfur and has deliberately targeted these ethnic groups since the early 1990s. Since 2004, there have been several mediation efforts. In 2009, mediation as a part of humanitarian diplomacy was conducted by the Qatari government in Doha under the auspices of AU and UN. exemplify the dynamics This research is aimed to of the peace talk for Darfur in Doha; to explain how side-effects characterized the Doha Peace Process; and to portray the implications of negotiating for side-effects in the Doha Peace Process. propaganda as a side The researcher uses qualitative method in analyzing this explanative research about the Doha Peace Process for Darfur. Theory and concepts have been used such as negotiating for side-effects, -effect, Mutually Hurting Stalemate, and Spoiler Problems in Peace Process. Eventually, the researcher found that the Doha Peace Process is a negotiation conducted for side-effects that serve the purpose of propaganda. The process was not inclusive because it disregarded the major movements in Darfur. This is proven through the repeating violation in the initiation of the agreement and Government of Sudan’s parallel talk with Liberation and Justice Movement while previously admitting Justice and Equality Movement as a sole representative of the people in Darfur. Furthermore, there are several implications of this peace process as a result of being negotiated for side-effects such as, mutual distrust, weakness in mediation team, segregation in rebel movements, reluctance from the Government of Sudan to disarm the Janjaweed, and the inconsistent participation in the negotiation. Subsequently, several insights into the Post- Doha signing will be discussed to show the dynamics of situation after the signing of the Doha Document for Peace in Darfur.

Kata Kunci : Negosiasi untuk Efek Samping, Propaganda, Darfur, Proses Perdamaian di Doha, Mutually Hurting Stalemate, dan Mediasi Multiparti.