PROGRAM PENDIDIKAN DAMAI DI AMBON

Arlen Florencia Hehakaya, Drs. Samsu Rizal P, M.Sc

2012 | Tesis | S2 Ilmu Politik/Hubungan Internasional

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisa permasalahanpermasalahan yang menghambat implementasi program pendidikan damai secara optimal di Ambon, sekaligus juga memberikan rekomendasi bagi pengembangan program tersebut. Program pendidikan damai pada dasarnya merupakan suatu bentuk pencegahan konflik yang diupayakan untuk menanamkan nilai-nilai perdamaian dalam diri para generasi muda melalui suatu kurikulum pendidikan damai yang disesuaikan dengan kondisi atau kebutuhan daerah atau Negara setempat, yang dalam konteks ini dilakukan secara formal di sekolah-sekolah. Melalui upaya inilah, para generasi muda Maluku pada umumnya, diharapkan menjadi generasi muda yang membudayakan perdamaian sehingga dapat mendukung perdamaian berkelanjutan. Dari penjelasan tersebut, pendidikan damai tentunya merupakan suatu kebutuhan mendasar mengingat kondisi Maluku yang belum benar-benar damai atau dengan kata lain belum mencapai taraf suatu perdamaian yang positif menurut konsep Galtung. Kondisi Maluku dalam kurun waktu 5 tahun belakangan ini, yang kerap kali dilanda pertikaian diantara pihak Muslim dan Kristen maupun aksi-aksi pembakaran yang didasarkan pada isu ketidakadilan diantara kedua agama tersebut jelas mencerminkan suatu kondisi yang belum damai. Ketika dihadapkan dengan kondisi seperti ini, maka salah satu cara alternatif yang wajib diupayakan ialah program pendidikan damai. Namun sayangnya, meskipun pihak eksternal seperti UNICEF, UNDP, bahkan LSM lainnya telah berupaya untuk membantu Pemerintah Daerah/Kota dalam memprogramkan pendidikan damai, program ini pada nyatanya tidak dapat terimplementasi secara optimal di Kota Ambon dan bahkan mengalami stagnasi. Penulis menyakini bahwa ada dua hal penting yang menghambat implementasi program ini secara optimal yaitu hal yang bersifat teknis dan substantif. Secara teknis, penulis menemukan beberapa aspek yang menghambat seperti training guru, implementasi kebijakan, kurikulum, koordinasi serta monitoring dan evaluasi, berdasarkan hasil wawancara terhadap sejumlah narasumber. Hal tersebut pada dasarnya lahir dari suatu perencanaan yang tidak memiliki prinsip komprehensif sehingga kemudian sangat berpengaruh pada kelima aspek tersebut. Sedangkan secara substantif, pemerintah lokal sendiri belum sepenuhnya berkomitmen untuk mewujudkan perdamaian jangka panjang di Maluku, sehingga tidak terlalu menganggap program ini sebagai suatu kebutuhan. Kedua hal inilah yang kemudian menjadi penghambat berkembangnya program pendidikan damai di Kota Ambon secara khusus dan Maluku secara umum. Oleh sebab itu, rekomendasi utama penelitan ini terletak pada kedua aspek tersebut dimana secara teknis, baik pemerintah, stakeholders, maupun pihakpihak terkait lainnya harus meningkatkan kualitas perencanaan program ini, agar dapat terimplementasi dengan baik dan juga yang tidak kalah pentingnya bagaimana mereka dapat berkomitmen untuk mewujudkan perdamaian berkelanjutan di Maluku.

This study aims to identify and analyze problems that hamper the implementation of peace education program in Ambon optimally, as well as providing the recommendations toward those problems. Basically, the peace education program refers to a conflict prevention action which tries to impart the values of peace within the young generations through a peace education curriculum that is adjusted to the condition or need of a region or a state. The peace education program that is conducted formally in this context, is expected to mold the Moluccan young generations to promote peace in order to support sustainable peace. At this point, the peace education obviously becomes a need by considering the condition of Moluccas which is not peaceful yet or in other words, still not reached the positive peace yet according to Galtung‟s concept of peace. Seriously, the condition of Moluccas in the past five years did not showed a very good record of peaceful condition since it was highlighted by several contentions between the Moslems and Christians and also several burning actions caused by the issue of religious injustice between those two religions. It then came to be aggravated by September 11, 2011 conflict which completely reflected the unpeaceful condition of Ambon in particular. Moreover, the bitter experiences of conflict seriously encouraged the local government to take action in order to promote peace. Unfortunately, although the local government was assisted by external actors such as UNICEF, UNDP, and any other NGOs that concerned on peace education, the peace education program in fact, was not implemented optimally in Ambon, and even experienced stagnation. In this context, the writer believes that there are two important aspects that hinder the implementation of this program optimally, which are the technical aspect and substantial aspect. Technically, the writer found out several things such as teacher training, the implementation of Mayor Regulation No. 2/2010, curriculum, coordination, and monitoring and evaluation which hampered the implementation of this program optimally based on the interview results from a number of informants. Furthermore, after analyzing those aspects the writer then came into conclusion that the peace education program in Ambon was not planned comprehensively, therefore it fully affected those five aspects discussed above, whereas they became the essential instruments to develop a peace education program. Besides, the local government‟s weak commitment to promote a sustainable peace is also counted seriously as the primary factor that hamperes the peace education program. Therefore, the main recommendation toward the problems being discussed in this study lied on those two aspects where both government, stakeholders and also any other parties who responsible for this program must enhance the quality of their planning, so that this program can be developed well, and the most important thing that must be upheld is how they can seriously commit to promote a sustainable peace in Moluccas.

Kata Kunci : Pendidikan Damai, Konflik Maluku, Perdamaian Berkelanjutan.