PERKUATAN LENTUR DAN PERKUATAN TORSI BALOK SEMI PRACETAK DENGAN PENAMBAHAN TULANGAN TARIK, TULANGAN TEKAN, SENGKANG U TERTUTUP SERTA KOMPOSIT MORTAR

DANNY ARDIANTARA, ST, Dr.-Ing. Ir. Andreas Triwiyono,

2011 | Tesis | S2 Teknik Sipil

Teknologi beton pracetak telah berkembang pesat ditandai dengan banyaknya model beton pracetak yang beragam. Salah satu model balok beton semi pracetak dilapangan dinamakan bataton U dengan ukuran kecil (14x14x29). Bataton U ini mempunyai keuntungan tidak membutuhkan alat berat, dapat diaplikasikan pada konstruksi yang kecil seperti rumah tinggal. Balok beton semi pracetak dapat digunakan pada bentang panjang dan memiliki kekuatan yang besar, tetapi perlu dilakukan suatu metode perkuatan pada struktur bangunan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kapasitas torsi, kekakuan torsi, kapasitas lentur, kekakuan lentur dan pola retak dari balok semi pracetak tampang persegi sebelum dan sesudah diperkuat dengan penambahan tulangan tarik, tulangan tekan, sengkang U tertutup dan komposit mortar. Dalam penelitian ini, dibuat 3 buah benda. Satu buah balok pracetak torsi (BT) dimensi 14x29x2700mm dengan tulangan longitudinal 4D12 sengkang P6- 150. Dua buah benda uji balok pracetak perkuatan torsi (BPT) dan balok pracetak perkuatan lentur (BPL) dimensi 24x39x2700mm dengan tulangan longitudinal 4D12, sengkang P6-150, tulangan longitudinal perkuatan 4D10 dengan sengkang U tertutup dan komposit mortar sebagai selimut. Balok BT dan BPT diuji torsi, pembebanan terpusat pada masing-masing lengan balok. Perletakan pada kedua ujung balok dibuat khusus dengan lacker sehingga balok dapat berputar bebas pada sumbu memanjang balok, dengan tujuan untuk memperoleh kuat torsi murni. Balok BPL diuji lentur dengan pembebanan terpusat statik untuk memperoleh kapasitas lentur murni dan dibandingkan dengan balok pracetak lentur (BL) yang dilakukan oleh Pramono (2011). Dari hasil pengujian didapatkan kuat torsi benda uji BT dan BPT secara berturut-turut adalah 2,88 KNm dan 19,42 KNm. BPT mengalami peningkatan kuat torsi sebesar 573,941% terhadap BT. Kekakuan second stiffness torsi hasil eksperimen untuk benda uji BT dan BPT secara berturut-turut adalah 502,96 KNm/rad dan 9.220,24 KNm/rad. Dimana BPT mengalami peningkatan second stiffness torsi sebesar 1.733,20% terhadap BT. Kapasitas lentur hasil eksperimen benda uji BL dan BPL secara berturut-turut adalah 42,42 KN dan 147,4 KN. BPL mengalami peningkatan kapasitas lentur sebesar 247,48% terhadap BL. Kekakuan second stiffness lentur hasil eksperimen untuk benda uji BL dan BPL secara berturut-turut adalah 4.859,38 N/mm dan 11.208,46 N/mm. Dimana BPL mengalami peningkatan second stiffness lentur sebesar 130,66% terhadap BL

Precast concrete technology has been rapidly developed, which is indicated by its numerous variations of models such as the small size 14x14x29 cm semi-precast concrete called the U concrete-brick. One of the advantages is it does not require heavy equipment and applicable for small construction such as housing construction. Semi-precast concrete beam can also be used for long span. It has significant strength although requires a reinforcement method. The objective of this experiment is to identify the torsion capacity and stiffness, flexural capacity, and the cracking pattern of squared section of semi precast beam before and after reinforced with additional tensile reinforcement, compressive reinforcement of U-clossed stirrup and mortar composite. In this research, three specimens were made. It consisted of one torsion precast beam (BT) in 14x29x270 cm dimension with 4D12 longitudinal reinforcement and P6-150 stirrup. The other two were torsion reinforcement precast beam (BPT) and flexural reinforcement precast beam (BPL) in 24x39x2700mm dimension with 4D12 longitudinal reinforcement, P6-150 stirrup, 4D10 longitudinal reinforcement with U-Closed stirrup and mortar composite as the jacket. BT and BPT beams were given torsion experiment and centered loading on each beam hand. The placement on both beam end was specially made by using lacker to enable the beam for free turn on the lengthwise axe of the beam in order to obtain pure torsion compressive strength. The BPL beam was given with flexural experiment with static centered loading to obtain pure capacity and compared with flexural precast beam (BL), as done by Pramono (2011). Based on the experiment results, it can be indicated that the torsion strength of BT and BPT experiments were 2.88 KNm and 19.42 KNm, respectively. BPT experienced increasing torsion strength of 573.941% to BT. The torsion second stiffness resulted from the experiments to BT and BPT specimens were 502.96 KNm/rad and 9220.24 KNm/rad, respectively. BPT experienced increasing torsion second stiffness of 1733.20% to BT. Flexural capacity based on the experiment results of BL and BPL specimens were 42.42 KN and 147.4 KN, respectively. BPL experienced flexural capacity of 247.48% to BL. The stiffness of flexural second stiffness resulted from experiment results for BL and BPL experiments were 4859.38 N/mm and 11208.46 N/mm, respectively. BPL experienced increasing flexural second stiffness of 130.66% to BL.

Kata Kunci : balok semi pracetak, perkuatan, torsi, lentur, mortar