PANDANGAN MUHAMMAD ABDUH DAN MUHAMMAD RASHID RIDHA TENTANG TAURAT DAN INJIL DALAM HUBUNGAN ISLAMKRISTEN PADA TAFSIR Al-MANAR

Ahmad Hermawan, Dr. Sahiron Syamsuddin

2011 | Tesis | S2 Agama dan Lintas Budaya

Al-Qur’an selain menyebut Taurat dan Injil sebagai wahyu Allah pada umat terdahulu, juga menyebut agama Kristen sebagai Ahl al-kitab yang memiliki kedekatan hubungan dengan Islam. Melihat tema di atas, maka tafsir yang kontekstual dan dapat menjawab problematika umat beragama adalah diperlukan, sehingga ketika Tafsir al-Manar karya Muhammad Abduh dan Rashid Ridha itu adalah tafsir yang memiliki keistimewaan dalam bidang ini, maka tafsir itu menjadi pilihan untuk membahas tema tersebut. Tesis ini selain bertujuan untuk mengetahui pandangan Muhammad Abduh dan Rashid Ridha tentang Taurat dan Injil, juga bertujuan untuk mengetahui apakah pandangan keduanya tentang kitab tersebut mewarnai pandangan keduanya tentang hubungan Islam-Kristen dalam Tafsir al-Manar, dan bila iya atau tidak apa sebabnya. Sumber utama penelitian tesis ini adalah Tafsir al-Manar karya Muhammad Abduh dan Muhammad Rashid Ridha, dengan metode hermeneutik Gadamer, pandangan Abduh dan Rashid Ridha dalam tafsir itu akan dianalisa melalui asumsi penulis guna mencari makna baru yang terkandung dalam setiap penafsiran keduanya tentang Taurat, Injil serta hubungan Islam-Kristen. Guna memudahkan analisa tersebut, istilah-istilah al-Qur’an yang berkaitan dengan Taurat, Injil dan hubungan Islam-Kristen diklasifikasikan melalui kitab al-Mu'jam al-Mufahras untuk dicari tafsirnya dalam Tafsir al-Manar. Hasil penelitian menunjukan bahwa Muhammad Abduh dan Rashid Ridha memandang Taurat dan Injil saat ini bukanlah kitab asli yang ada pada Nabi Musa a.s dan Nabi Isa a.s karena telah terjadi distorsi. Landasan keduannya berpandangan seperti itu selain karena al-Qur’an secara eksplisit menyebut terjadinya distorsi kedua kitab tersebut, juga karena al-Qur’an menasikh dan menjadi tolak ukur kebenaran semua kitab sebelumnya. Dengan itu maka Muhammad Abduh dan Rashid Ridha menyebut kitab tersebut tidak memiliki sumber periwayatan dan penulisan yang kuat. Dengan pandangan itu, maka pandanganya dapat disebut ekslusif karena menafikan kebenaran kitab suci agama lain. Mengingat umat Kristen adalah Ahl al-kitab yang dipandang Muhammad Abduh dan Rashid Ridha paling dekat hubungannya dengan umat Islam, maka bersahabat, memakan sembelihannya, dan mengawini wanitanya adalah dibolehkan berdasarkan pernyataan Q.S 5:5. Dengan pandangan ini maka pandangannya dapat disebut pluralis karena mereka menerima keberadaan umat agama lain sebagai sesama umat beragama. Dengan hasil ini, maka pandangan Muhammad Abduh dan Rashid Ridha tentang hubungan Islam-Kristen tidak diwarnai oleh pandangannya tentang Taurat dan Injil yang negatif. Hal itu disebabkan pandangannya pada Taurat dan Injil adalah bersifat teologis dan substansial, sedangkan pandangannya tentang hubungan Islam-Kristen sifatnya adalah hubungan sosial keagamaan mu’amalah yang secara hukum Islam tidak diatur secara rinci. Meski pandangan Abduh dan Rashid Ridha tentang Taurat dan Injil secara umum adalah negatif, Namun, dalam pandangan Kristen sendiri, Alkitab menurut kewibawaanya tetaplah dipandang autentik karena firman Allah yang terpenting adalah dalam diri Yesus. Selian itu Alkitab bagi iman Kristen merupakan wahyu tertulis tentang segala karya Tuhan dalam sejarah kehidupan manusia yang meliputi pengajaran, kematian dan kebangkitan Yesus sebagai juru selamat yang ditulis melalui proses pengilhaman dalam bimbingan Roh Kudus oleh orangorang terpilih menurut masing-masing tradisi penulisnya di dalam pemikiran, kultur, masa, dan bahasa yang berbeda-beda. Berdasarkan pandangan Abduh dan Ridha yang pluralis dalam hubungan Islam-Kristen, maka pandangan keduanya dalam masalah ini menjadi relevan untuk mengatasi problematika hubungan antar umat beragama di Indonesia seperti kasus Amadiyah, konflik Ambon, dan yang lainnya guna menjunjung semangat toleransi, serta meningkatkan wacana pemahaman terhadap nilai pluralisme keagamaan demi mewujudkan perdamaian antar sesama umat beragama.

The Qur’an besides talks about the Torah and the Gospel as the revelation of God for the previous people also talks about the Christians as the people of the book who have close relationship with Islam. Therefore, to understand the topic above an exegesis which it is considered a contextual and a modern exegesis in answering the religious issue is necessary, therefore when Tafsir al-Manar the work of Muhammad Abduh and Rashid Ridha is characteristically a contextual and a modern exegesis, then we selects this exegesis to examine the topic. The thesis besides aims to understand Muhammad Abduh and Muhammad Rashid Ridha’s view on the Torah and the Gospel also aims to understand whether their view on the Torah and the Gospel colors their view on Islam- Christian relationship in Tafsir al-Manar, if yes why and if no why. Based on Gadamer’s hermeneutical method, Muhammad Abduh and Rashid Ridha’s view will be analyzed from the writer assumption to grasp new meanings behind their views on the Torah, the Gospel and the Islam-Christian relation. The primary source of the thesis is Tafsir al-Manar the work of Muhammad Abduh and Muhammad Rashid Ridha, and to make the research easier some terminologies concerning with the Torah, the Gospel and the Islam- Christian relation in the Qur’an will be classified through al-Mu'jam al-Mufahras in order to find its exegesis in Tafsir al-Manar. The research shows that Muhammad Abduh and Rashid Ridha are viewing the Torah and Gospel was not original scripture of Moses and Jesus because of distortions. The reason that constituted their claims was because the Qur’an besides stated explicitly the distortion of the Torah and the Gospel also stated that Qur’an comes to abrogate and to examine the truth and the wrong of the previous scriptures, hence, based on this statement, Muhammad Abduh and Rashid Ridha claimed that the sources of transmission and writing of those scriptures were inaccurate. Therefore, their view in this case was considered as exclusive because they excluded the truth of other religious scripture. Considering that Muhammad Abduh and Rashid Ridha recognized Christians as the member of the people of the book who they have close relationship with Islam, hence making friendship, consuming their slaughtered animal, and marrying them is permitted and lawful based on Q.V.5:5. Then their view on this aspect is considered pluralist because they were opened to recognize the existence of other religion as the same religious community. Based on this result, Muhammad Abduh and Rashid Ridha’s views on Islam-Christian relation have not colored by their negative view on the Torah and the Gospel because their view on the Torah and the Gospel was attributed to theological view while their view on Islam-Christian was attributed to socio religious relationship which Islamic law did not give explicit rule on this case. Although Muhammad Abduh and Rashid Ridha view the Torah and the Gospel negatively, but for the Christians the Bible is believed always authentic because the main point of God’s word is in the body of Christ. Besides that the Bible in the Christian belief is the written word of God that denotes the work of God in Jesus life, teaching, death and resurrection as the savior which written down by the chosen people through the inspiration of the Holy Spirit’s guidance according to their own tradition, thought, culture, time and languages. Observing that Muhammad Abduh and Rashid Ridha’s view on Islam- Christian relation is pluralist, hence their views are considered relevant to solve inter-religious problem in Indonesia such as conflict Ahmadiyah, Ambon and soon in order to uphold and to develop the spirit of religious tolerance, religious pluralism, and to create peace building among the fellow of religious community.

Kata Kunci : Abduh, Ridha, Taurat, Injil, hubungan Islam-Kristen.