Laporkan Masalah

DETERMINAN DAN DAMPAK URBANISASI BERLEBIH DI KOTA SEMARANG

Saratri Wilonoyudho, Ir.,M.Si., Prof.Dr.Yeremias T.Keban,MURP,

2011 | Disertasi | S3 Kependudukan

Pertumbuhan ekonomi di Kota Semarang telah membawa akibat samping berupa terjadinya kerusakan lingkungan, kemacetan lalu lintas, meningkatnya sektor informal dan pengangguran, kriminalitas, serta berbagai konflik sosial politik lainnya. Fenomena ini menjadi kajian bahwa Kota Semarang tengah mengalami urbanisasi berlebih yakni ketidakseimbangan antara pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonominya. Penelitian ini bertujuan untuk : 1). Menjelaskan dan mempelajari dinamika proses urbanisasi berlebih di Kota Semarang; 2). Menjelaskan dan mengidentifikasi determinan pokok urbanisasi berlebih di Kota Semarang; dan 3). Menjelaskan dan mengidentifikasi dampak dan kaitan urbanisasi berlebih dengan faktor-faktor sosial, ekonomi, demografi, serta menjelaskan sejauhmana ada kesenjangan antara Kota Semarang dengan daerah di sekitarnya. Metode penelitian ini adalah melalui survei yang menggunakan data sekunder dari BPS (Biro Pusat Statistik) dan instansi lainnya, data hasil wawancara, Focus Group Discussion dan observasi lapangan. Lingkupnya adalah studi kependudukan yang menggabungkan antara variabel demografis dan variabel nondemografis. Dengan kata lain ini adalah penelitian kualitatif yang digabung dengan penelitian kuantitatif. Penelitian menyimpulkan bahwa : 1). Proses urbanisasi berlebih di Kota Semarang berlangsung sejak jaman kolonial hingga proses kapitalisasi yang terkait dengan pasar global; 2). Determinan utama urbanisasi berlebih di Kota Semarang adalah gabungan simultan antara tekanan perdesaan dan daya tarik kota yang dipandang selalu dapat menyediakan lapangan kerja; 3). Dampak urbanisasi berlebih di Kota Semarang adalah involusi perkotaan yang ditandai pertumbuhan sektor jasa dan sektor informal, dan sektor informal seakan selalu bisa dimasuki oleh pekerja baru. Dengan kata lain Kota Semarang dan daerah di belakangnya justru mengalami ”deindustrialisasi”. Sektor industri dan pertanian menurun perannya, sebaliknya sektor informal semakin meningkat. Di wilayah tersebut telah terjadi kecenderungan urbanisasi dengan pola menyebar yang ditandai pertumbuhan penduduk perkotaan yang tinggi di kabupaten-kabupaten di sekitar Kota Semarang. Dampak lain adalah kerusakan lingkungan, kemacetan lalu lintas dan tingginya angka kejahatan. Saran yang disampaikan adalah isu megapolitan sudah terlampaui, sehingga yang perlu menjadi perhatian adalah gejala megaregional. Hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah mengusahakan keterkaitan antara lokalitas dengan sistem produksi dan ekonomi global di wilayah tersebut untuk menyejahterakan penduduk dan mencegah arus migrasi ke kota-kota besar. Variabel ”daya dukung lingkungan” dan variabel ”daya tampung sosial” perlu ditambahkan untuk mengukur terjadinya urbanisasi berlebih.

The economic growth in Semarang has resulted in bad impact of degradation the environment, traffic jams, increasing informal sectors and unemployment, crimes, and various social-politic conflicts. From this phenomenon, it is suspected that Semarang is undergoing overurbanization, that is the imbalance between population and economic growth. The objective of this research are : 1). To explain and to study the dynamics of overurbanization process in Semarang City; 2). To explain and to identify determinant of overurbanization in Semarang City; 3). To explain and to identify impact of overurbanization in Semarang City and relationship between social, economic, demography, and regional imbalances in the Semarang City hinterland. This research is trying to uncover the meaning of urbanization phenomena by utilizing the numerical data or information of survey result from BPS (Center Bureau of Statistic) or other related institutions, in depth interview, focus group discussion, and observation. The scope of the research is population studies with demographic variable and nondemographic variable. In other words, it tends to be a qualitative research. This research, in order to be much comprehensively, will fuse the quantitative research and numeric. From the result of research, it can be concluded that : 1). the main determinant of overurbanization process in Semarang is the prolonged capitalization from colonial era. However, it not industrialization that develops, but informal sectors and service sectors; 2). The main determinant overurbanization related to rural pressure and pull factor from Semarang City. The analysis resulted that over urbanization in Semarang City is triggered by migration flow from rural areas; 3). the impact is the city involution because as if the new employees can never participate in informal sectors. In other words, Semarang and the hinterland are indeed undergoing “de-industrialization”. Industrial and agricultural sectors decreases their role, and on the other hand the informal sector increases. In those areas, urbanization tends to occur with a spreading pattern characterized by high rate of population in urban areas like in regencies surrounding Semarang. The other impacts are : degradation the environment, traffic jams, increasing crimes. The suggestions proposed are that the megapolitan issues has been reached, thus the things that need to consider in megaregional tendency. The regencies in the hinterland are proven “to balance’ the global capitalism, apart from wether the growth of enterpreunership innovation is accompanied by significant increase of welfare. This means that things need further attention is to manage the relationship between locality and production system and global economic in those ares to make people welfare and prevent people to migrate to other big cities. “Social accommodation capacity” and “land support capacity” variables are needed to measure overurbanization

Kata Kunci : Urbanisasi berlebih, involusi kota, daya tampung sosial, daya dukung lingkungan, pembangunan kota berkelanjutan


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.