Laporkan Masalah

RESIDU INSEKTISIDA RUMAH TANGGA AEROSOL (Bahan aktif: Kelompok Pyrethroid) TERHADAP NYAMUK Culex quinquefasciatus DI LINGKUNGAN PEMUKIMAN KECAMATAN TINGKIR KOTA SALATIGA

Lulus Susanti, DR. Damar Tri Boewono, MS.

2011 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Latar belakang : Banyak pilihan anti nyamuk dengan berbagai bahan aktif insektisida yang beredar di masyarakat. Aersol merupakan salah satunya kat, dengan bahan aktif dari kelompok pyrethroid. Ketidak tepatan cara dan dosis penggunaan, dalam waktu lama dapat mempercepat timbulnya pencemaran lingkungan serta resistensi serangga terhadap bahan aktif insektisida. Kecamatan Tingkir di Kota Salatiga dengan masyarakat yang beragam, sebagian memiliki kebiasaan menggunakan anti nyamuk. Selama ini belum pernah dilakukan penyuluhan cara penggunaan insektisida rumah tangga dengan benar. Berdasarkan hal tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana perilaku masyarakat dalam penggunaan insektisida rumah tangga aerosol serta dampaknya terhadap residu akumulatif bahan aktif insektisida pada kain, serta susceptibilitas nyamuk Culex quinquefasciatus dari lokasi penelitian terhadap bahan aktif insektisida. Tujuan : dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan perilaku masyarakat dalam penggunaan insektisida rumah tangga aerosol serta dampaknya terhadap akumulasi residu bahan aktif insektisida di lingkungan rumah dan nyamuk Cx.quinquefasciatus. Metode : metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dan eksperimental semu yang digunakan untuk mengetahui perilaku masyarakat dan residu bahan aktif pyrethroid. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga, sedangkan sampelnya diambil dengan metode quota sampling. Pengumpulan informasi perilaku masyarakat dilakukan secara kuantitatif yang dilengkapi dengan kualitatif sederhana untuk kesempurnaan informasi. Pengukuran residu insektisida di lakukan terhadap kain katun yang dipasang pada ruang kamar responden, serta diukur dengan Gas Kromatografi, di Departemen Pertanian, Jakarta. Selain itu dilakukan pula penangkapan nyamuk wilayah penelitian untuk mengetahui susceptibilitas nyamuk culex quinquefasciatus terhadap bahan aktif insektisida, dan dilakukan di Laboratorium B2P2VRP. Hasil : penelitian ini menunjukkan bahwa dari 161 responden pengguna anti nyamuk, 32.3% menggunakan anti nyamuk aerosol. Tingkat pengetahuan responden 57.2% masih kurang, namun 72.7% responden memiliki sikap mendukung penggunaan anti nyamuk. Dari responden pengguna aerosol, 44.2% menyataan kadang-kadang saja membaca label kemasan, dengan frekuensi semprotan per hari sebagian besar (36.5%) menyatakan sekali per hari. Residu pyrethroid dari penggunaan aerosol selama dua minggu dan empat minggu untuk d-allethrin 0.100% yaitu 14.462 mg/m 2 dan 22.991 mg/m 2 . Residu Transfluthrin 0.04% pada dua dan empat minggu adalah 11.181 mg/m 2 dan 21.680 mg/m 2 , sedangkan untuk cyfluthrin 0.025% adalah 23.407 mg/m 2 dan 54.590 mg/m 2 . Residu dari sipermethrin 0.10% yaitu 24.268 mg/m 2 dan 61.006 mg/m 2 . Residu transfluthrin 0.06% adalah 3.986 mg/m 2 dan 7.177 mg/m 2 sedangkan residu pralethrin 0.030% adalah 22.132 mg/m 2 dan 25.845 mg/m 2 serta residu sipermethrin 0.100% adalah 37.722 mg/m 2 dan 58.627 mg/m 2 . Nyamuk Cx.quinquefasciatus dari Kecamatan Tingkir telah resisten terhadap pyrethroid, dengan kematian pada uji susceptibility menggunakan lambdacyhalothrin 0.05% dan permethrin 0.75% tingkat kematian nyamuk uji < 70%. Kesimpulan : 64,4% masyarakat Kecamatan Tingkir adalah pengguna insektisida rumah tangga. 60,9%-nya mereka sudah memiliki perilaku penggunaan insektisida rumah tangga yang baik. Karakteristik masyarakat ternyata tidak mempengaruhi perilaku penggunaan insektisida, namun tingkat pengetahuan dan sikap dapat mempengaruhi penggunaan insektisida rumah tangga. Keberadaan kain dalam rumah dapat menjadi media residu bahan aktif insektisida. Residu bahan aktif anti nyamuk yang terukur selama aplikasi dua minggu dan empat minggu menunjukkan terjadinya akumulasi. Residu empat minggu dari D-allethrin 0,100% residunya sebesar 6,24%; Transfluthrin 0,04% residu sebesar 16,94%; Cyfluthrin 0,025% residunya mencapai 68,24%, Sipermethrin 0,100% residu sebesar 23,92%; Transfluthrin 0,06% residu sebesar 4,69%, dan pralethrin 0,030% residunya mencapai 32,76%. Perilaku masyarakat berkemungkinan berpengaruh terhadap Akumulasi residu bahan aktif insektisida aerosol (kelompok : pyrethroid) di lingkungan rumah. Perilaku masyarakat berkemungkinan berpengaruh terhadap Akumulasi residu bahan aktif insektisida aerosol (pyrethroid) di lingkungan rumah. Residu pada kain juga masih efektif melumpuhkan nyamuk Cx.quinquefasciatus, dengan daya bunuh < 70%. Nyamuk Cx.quinquefasciatus dari wilayah penelitian sudah resisten terhadap beberapa jenis bahan aktif pyrethroid dengan tingkat kematian uji < 30%.

Background: There are various selections of household insecticides. Aerosol is one of the various formulations of household insecticides has been used by the community.The active ingredients of household insecticide mostly pyrethroid group. Inappropriate method and dosage of use in the long run can accelerate the emergence of environmental pollution and resistance of insects against insecticide active ingredients. The majority of heterogenous community of Subdistrict of Tingkir at Salatiga Municipality have the habit of using mosquito repellent. So far socialization on appropriate method of using household insecticide has never been undertaken. Based on this condition the problem of the study is how community behaves in relation to the use of aerosol household insecticide and how is its impact against accumulative residue of insecticide active ingredients in cloth and susceptability of Culex quinquefasciatus from the location of the study against insecticide active ingredients. Objective: The study aimed to describe community behavior in the use of aerosol household insecticide and identify impact against accumulative residue of insecticide active ingredients in cloth and to the Cx.quinquefasciatus mosquitoes. Method: The study used descriptive analytical and quasi experimental method to identify community behavior and residue of pyrethroid active ingredients. Population of the study were community of Tingkir Subdistrict, Salatiga Municipality whereas samples were taken using quota sampling technique. Information on community behavior was obtained quantitatively and qualitatively. Measurement of insecticide residue was made to cotton cloth at respondents' bedroom using chromatography gas of the Ministry of Agriculture, Jakarta. Examination was also made to mosquitoes caught at the area of the study to identify susceptibility of Culex quinquefasciatus against insecticide active ingredients at the laboratory of Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit/B2P2VRP (Central Council of Vector and Disease Reservoir Research and Development). Result: Out of 161 users of mosquito repellent, 32.3% used aerosol. Knowledge of respondents was 57.2% inadequate; but 72.7% had supportive attitude toward the use of mosquito repellent. Users of aerosol sometimes read the label of mosquito repellent package (44.2%) at the frequency of spray once a day (36.3%). Pyrethroid residue from use of earosol within two and four weeks for d-allethrin 0.100% were 14.462 mg/m 2 and 22.991 mg/m 2 . Residue of transfluthrin 0.04% within two and four weeks were 11.181 mg/m 2 and 21.680 mg/m 2 ; whereas for cyfluthrin 0.025% were 23.407 mg/m 2 and 54.590 mg/m 2 . Residue of transfluthrin 0.06% were 3.986 mg/m 2 and 7.177 mg/m 2 ; whereas residue of pralethrin 0.030% were 22.132 edmg/m 2 and 25.845 mg/m 2 and residue of cypermethrin 0.100% were 37.722 mg/m 2 and 58.627 mg/m 2 . Residue of the insecticide active ingredients still effective to kill Cx.quinquefasciatus , even it is have a low mortality of the mosquitoes test. Mosquitoes of Culex quinquefasciatus from Subdistrict of Tingkir were resistant against pyrethroid with mortality rate measured through susceptibility test using lambdacyhalothrin 0.05% and permethrin 0.75% was < 70%. Conclusion: Knowledge of the community about mosquito repellent should be improved. Cloth at bedrooms that used earosol mosquito repellent could become media for pyrethroid accummulation as aerosol active ingredients. Daily use of aerosol within a month caused accummulative residue of pyrethroid insecticide active ingredients in cloth.

Kata Kunci : Perilaku, Insektisida rumah tangga, lingkungan, Culex quinquefasciatus, residu.


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.