PERBANDINGAN INTERVAL PEMBERIAN MISOPROSTOL 25 μg PERORAL 4 JAM DAN 6 JAM DALAM INDUKSI PERSALINAN

Agus Wahyu Widayat, dr. Ova Emilia, M.Med.Ed.Ph.D.SpOG(K)

2011 | Tesis | PENDIDIKAN DOKTER PROFESI

Latar belakang: Induksi persalinan merupakan intervensi obstetri yang sering dilakukan. Misoprostol adalah analog sintetis prostaglandin E1 digunakan untuk induksi persalinan. Pada penggunaan oral, konsentrasi plasma naik secara cepat dan mencapai puncaknya antara 7,5 sampai 30 menit (rerata 14 menit) setelah pemberian, kemudian turun secara bertahap dalam 120 menit dan bertahan pada level tersebut. Induksi misoprostol peroral efektif menyebabkan terjadi persalinan vaginal, meskipun tidak didapatkan persalinan vaginal secepat induksi pervaginal namun kejadian hiperstimulasi dan fetal distress lebih rendah pada induksi peroral dengan dosis yang sama dan jika diberikan peroral sebaiknya dosis yang dipakai tidak lebih dari 50 µg. Tujuan: Untuk Mengetahui efektifitas dan keamanan pemberian misoprostol 25 µg peroral dalam induksi persalinan antara interval pemberian 4 jam dan 6 jam. Rancangan penelitian: Prospektif, Randomized Controlled Trial Bahan dan cara penelitian: Tiga rumah sakit (RS Dr.Sardjito Yogyakarta, RSUD Banjarnegara dan RSUD Muntilan) dan 2 puskesmas (Puskesmas Tegalrejo dan Puskesmas Mergangsan) dipakai dalam penelitian ini. Subyek penelitian yaitu ibu hamil dengan indikasi induksi persalinan yang memenuhi kriteria inklusi dan terlepas dari kriteria eksklusi. Kelompok yang diberikan misoprostol 25µg peroral tiap 4 jam adalah kelompok uji dan subyek yang diberikan misoprostol 25µg peroral tiap 6 jam adalah kelompok kontrol. Waktu penelitian dimulai dari 10 Agustus 2010 sampai 10 Januari 2011. Hasil yang diamati adalah interval waktu, mulai diberikan obat sampai dengan kala 2 awal pada masing-masing kelompok, juga efek samping pada ibu dan bayi. Data diolah dengan program paket statistik menggunakan komputer. Chi square test,t-test dan analisis regresi dipaki untuk melakukan uji statistik. Hasil: Sebanyak 120 subyek terbagi dalam 2 kelompok uji dan perlakuan. Pada kelompok 4 jam interval rata-rata waktu mulai induksi sampai dengan kala 2 awal adalah 11,87±4,27 menit, pada kelompok tiap 6 jam rata-rata interval waktu mulai induksi sampai dengan kala 2 awal adalah 17,77±11,66 menit, terdapat perbedaan bermakna secara statistik (p = 0,001). Tidak ditemukan kejadian hiperstimulasi, takhisistol dan menggigil pada ke-2 kelompok. Efek samping mual-muntah mempunyai perbedaan yang tidak bermakna secara statistik ( 1,7% vs 6,7%: p=0,171). Efek samping demam tidak mempunyai perbedaan bermakna secara statistik (2% vs 2%:P=1,00). Terdapat perbedaan bermakna secara statistik (p = 0,049) antara 2 kelompok perlakuan dalam hal apgar score menit 1. Simpulan: Induksi misoprostol 25µg peroral tiap 4 jam lebih efektif dalam hal interval waktu mulai induksi sampai kala 2 awal yang lebih pendek dibandingkan induksi misoprostol 25µg peroral tiap 6 jam. Tidak didapatkan perbedaan kejadian menggigil, demam, mual muntah, takisistol uteri, hipertonus uteri dan hiperstimulasi uteri antara 2 kelompok penelitian. Kejadian asfiksia neonatus lebih kecil pada induksi misoprostol peroral dosis 25 µg tiap 4 jam dibandingkan dengan tiap 6 jam.

Background:. Labor induction is the most commonly performed obstetric intervention. Misoprostol is a synthetic prostaglandin E1 analogue used in labor induction. With oral use, plasma concentration increases rapidly and reaches peak concentration between 7.5 to 30 minutes (average 14 minutes) after administration, then decreases gradually over 120 minutes and plateaus at that concentration. Induction by oral misoprostol is effective in inducing vaginal birth. Although it is not able to induce labor as fast as pervaginal induction, incidence of hyperstimulation and fetal distress is lower in peroral induction at the same dosage and when administered orally, it is advisable that no more than 50g be used. Objective:. To know the effectiveness and safety of administering misoprostol 25µg peroral in the induction of labor between drug administration intervals of 4 and 6 hours Design of study: Prospective, Randomized Controlled Trial Material and method: Three hospitals (Dr. Sardjito hospital yogyakarta, Banjarnegara hospital and Muntilan hospital) and 2 primary health care centres (PHC Tegalrejo and PHS Mergangsan) were used in this study. Research subjects were pregnant women with indications for labor induction, who meet the inclusion criteria and do not meet any exclusion criteria. The group which received misoprostol 25µg peroral every 4 hours was the intervention group and subjects who received misoprostol 25µg peroral every 6 hours were the control group. Research was conducted from 10 August 2010 till 10 januari 2011. The observed results were the time interval between the administration of the drug and the onset of stage 2 for each group and side effects to the mother and baby. The data is analysed using a statistic package program using the computer. Chi square test, t-test and regression analysis was used to perform statistical test. Results: As many as 120 subjects were divided into 2 intervention groups . For the 4 hour interval group, the average time interval between induction of labor and stage 2 labor is 11.87+4.27 minutes, whereas in the 6 hr interval group, the average time interval between induction of labor and stage 2 labor is is 17.77+11.66 minutes. There is a significant difference (p=0.01) between the two groups. No signs of hyperstimulation, tachysystole and shivering were found in both groups. There was no significant difference in the incidence of side-effect of nausea between the two groups (1.7% vs 6.7%; p=0.171). There was no significant difference in the incidence of side-effect of fever between the two groups. There is a significant difference (p=0.049) between the two groups int he difference in Apgar score at 1 minute Conclusion: Induction with misoprostol 25 µg peroral every 4 hours is more effective in that the time interval between begin abor induction and the onset of stage 2 labor is shorter compared to the induction with misoprostol 25 µg every 6 hours. There was no significant difference in the incidence of side-effect of shivering, fever, nausea, hyperstimulation, hypertonus, and tachysystole between the two groups. Apgar score at 1 minute in the 4 hour interval group better than 6 hour interval group.

Kata Kunci : induksi persalinan, misoprostol, pematangan serviks