LINGKUNGAN DAN PERILAKU PENDUDUK SEBAGAI FAKTOR RISIKO KEJADIAN FILARIASIS Brugia malayi DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKAJADI KECAMATAN TALANG KELAPA KABUPATEN BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN
Witi Karwiti, Prof. Dr. Soeyoko, DTM&H
2011 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan MasyarakatLatar Belakang: Penyakit filariasis yang dikenal umum sebagai penyakit kaki gajah atau elephantiasis adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria yang menyerang saluran dan kelenjar getah bening. Tingkat endemisitas filariasis di Indonesia berdasarkan hasil survei darah jari pada tahun 1999 masih tergolong tinggi dengan Mikrofilaria Rate (Mf) 3,1% terutama di daerah Sumatera dan Kalimantan. Sedangkan tahun 1983-2000 di Kabupaten Banyuasin rata-rata Mf Rate 2,02 %. Jumlah kasus kronis filariasis di Kabupaten Banyuasin pada tahun 2009 sebanyak 133 orang, terjadi peningkatan tahun 2010 menjadi 138 orang. Tujuan Penelitian: Untuk mengidentifikasi faktor lingkungan dan perilaku penduduk sebagai faktor risiko kejadian filariasis Brugia malayi di wilayah kerja Puskesmas Sukajadi Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. Metode Penelitian: jenis penelitian observasional analitik dengan rancangan case control study retrospektif. Jumlah sampel sebanyak 23 kasus dan 23 kontrol diambil secara purposive sampling yaitu penderita filariasis yang terdiagnosa positif mikrofilaria tahun 2006 sampai tahun 2010. Variabel independen : 1). lingkungan fisik rumah (kondisi fisik rumah dan ventilasi); 2). lingkungan sekitar rumah (jenis breeding habitat dan jarak rumah dengan breeding habitat); 3). perilaku penduduk (pengetahuan, sikap dan praktek : kebiasaan tidak memakai kelambu, kebiasaan tidak memakai obat nyamuk waktu tidur, kebiasaan keluar malam hari dan kebiasaan pola berpakaian), serta variabel dependen : kejadian filariasis Brugia malayi. Analisis data menggunakan analisis univariat, bivariat dan multivariat. Uji statistik dengan uji chi square (x²), dengan taraf signifikan 0,05. Hasil Penelitian: Hasil analisis bivariat dan multivariat bahwa variabel : kondisi fisik rumah, jarak rumah dengan breeding habitat, dan kebiasaan tidak memakai kelambu mempunyai hubungan yang signifikan (pvalue < 0,05) dengan kejadian filariasis Brugia malayi di wilayah kerja Puskesmas Sukajadi Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. Sedangkan ventilasi, Jenis breeding habitat, pengetahuan, sikap, kebiasaan tidak memakai obat nyamuk waktu tidur, kebiasaan keluar malam hari dan kebiasaan pola berpakaian tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian filariasis Brugia malayi (pvalue > 0,05). Kesimpulan : Hasil analisis multivariat 1). Responden tinggal di dalam rumah dengan kondisi fisik rumah tidak memenuhi syarat (dinding rumah banyak lubang-lubang) mempunyai risiko 81,01 kali lebih besar terinfeksi filariasis; 2). Responden tinggal di rumah dekat dengan breeding habitat vektor nyamuk Mansonia spp. yang ditumbuhi tanaman air (< 2 km) mempunyai risiko 33,34 kali lebih besar terinfeksi filariasis Brugia malayi; 3). Kebiasaan responden tidak memakai kelambu pada waktu tidur malam hari mempunyai risiko 36,64 kali lebih besar terinfeksi filariasis Brugia malayi.
Background: Filariasis disease generally known as elephantiasis is a chronic infectious disease caused by filaria worms that attack lymph gland or duct. Level of filariasis endemicity in Indonesia based on the result of finger blood survey in 1999 belonged to high at Microfilaria (Mf) rate 3.1% particularly at Sumatra and Kalimantan regions. Meanwhile at District of Banyuasin in 1983-2000 Mf Rate was 2.02%. Chronic filariasis cases at District of Banyuasin in 2009 were as many as 133 cases, there was increase to 138 in 2010. Objective: To identify environment condition and community behavior as risk factors of Brugia malayi filariasis transmision at working area of Sukajadi Health Center, Talang Kelapa Subdistrict, Banyuasin Regency, Sumatera Selatan Province. Method: The study was analytic observational with case control retrospective study design. Samples consisted of 23 cases and 23 control purposively taken from patients positively diagnosed as having microfilaria form 2006 to 2010. The independent variables were 1) environmental physical condition (housing and ventilation physical condition); 2) environment around the house (type of and distancce from habitat breeding); 3) community behavior (knowledge, attitude, and practice: habit of not using bed net, not using mosquito repellent while sleeping, habit of going out at night, and dressing pattern) and the dependent variable was the prevalence Brugia malayi of filariasis. Data analysis used univariate, bivariate, and multivariate. Statistical test used chi square at significance 0.05. Result: The result of bivariate and multivariate analysis showed that variables of housing physical condition, distance of the house from breeding habitat and habit of not using bed net were significantly associated ( p < 0.05) with the prevalence Brugia malayi of filariasis at the working area of Sukajadi Health Center Subdistrict of Talang Kelapa District of Banyuasin Province of Sumatera Selatan. Meanwhile, ventilation, type of breeding habitat, knowledge, attitude, habit of not using mosquito repellent while sleeping, habit of going out at night and dressing pattern were insignifiantly associated with the prevalence Brugia malayi of filariasis (p > 0.05). Conclusion: 1). Inappropriate housing physical condition had risk 81.01 times greater for the prevalence of Brugia malayi filariasis; 2) Distance of the house < 2 km from breeding habitat had risk factor 33.34 times greater for the prevalence of filariasis; 3) Habit of not using bed net had risk 36.64 times greater for the prevalence Brugia malayi of filariasis.
Kata Kunci : lingkungan fisik rumah, lingkungan sekitar rumah, perilaku penduduk, kejadian filariasis Brugia malayi.