Pemetaan Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa Sawit di PT Perkebunan Nusantara XIII (Persero)

Muhamad Mustangin, Dr. Eng. Suharyanto, S.T., M.Eng.

2011 | Tesis | S2 Mag.Sist.Energi Elektrik

Pulau Kalimantan masih kekurangan dalam pemenuhan kebutuhan energi listrik. Diperkirakan tahun 2013 elektrifikasi di Kalimantan sebesar 71%, dari 44,5% di tahun 2004. Kalimantan memiliki potensi energi batubara, minyak bumi dan sebagian air. Kalimantan memiliki Harga Pokok Penyediaan (HPP) yang tinggi, terutama di Kalimantan Barat sebesar Rp. 3.200,00/kWH. Kalimantan memiliki kebun sawit yang luas. Industri sawit memiliki limbah padat berupa cangkang, fiber dan tandan kosong, yang tersisa sehingga dapat dimanfaatkan menjadi sumber energi listrik. PT Perkebunan Nusantara XIII(Persero) yang memiliki 9 kebun dan 7 pabrik memiliki peluang untuk membangkitkan energi listrik tersebut. Untuk itu diperlukan pemetaan potensi energi yang dibangkitkan, lokasi, analisis teknis maupun ekonomi. Penelitian diawali dengan mengambil data untuk setiap pabrik. Data tersebut diantaranya adalah jumlah buah sawit terolah per hari yang diturunkan ke dalam jumlah terolah per jam; kadar kalor cangkang, sabut dan tandan kosong; jumlah cangkang, sabut dan tandan kosong tersisa untuk setiap jam olah; jumlah limbah terbakar dan output generator pabrik untuk mengetahui efisiensi kogenerasi; serta jumlah buah terolah selama satu tahun untuk mengetahui ketersedian setiap bulan dalam setahun. Selain itu diperlukan pula peta lokasi untuk setiap pabrik. Apabila data telah terkumpul, maka dilakukan perhitungan dan analisa mengenai potensi energi listrik terbangkit, perhitungan program CDM, aspek ekonomi, serta lokasi potensi energi. Efisensi kogenerasi di industri sawit sebesar 31%. Adapun sisa limbah padat sawit berupa cangkang yang bisa digunakan sebagai pembangkit sebesar 3%-5% per Ton TBS (Tandan Buah Segar/Sawit) atau rata-rata sebesar 3,6% sedangkan tandan kosong rata-rata sebesar 23% per Ton TBS. Potensi energi listrik yang dihasilkan dalam kisaran 0,07 – 0,16 MW/Ton TBS/Jam dengan rata-rata 0,12 MW/Ton TBS/Jam. Program CDM dapat mempercepat pengembalian investasi (Payback Periode) rata-rata sebesar 0,6 tahun atau sekitar 7 bulan atau rata-rata membantu sebesar 10%. Potensi di Kalimantan Barat mensuplai sebesar 24,98 MW sedangkan di Kalimantan Timur mensuplai sebesar 18,27 MW atau total untuk Kalimantan sebesar 43,26 MW. Setiap bulan selalu dapat di produksi sawit dengan deviasi tertinggi terhadap rata-rata setahun untuk seluruh Pabrik Kelapa Sawit antara 29% - 57% dengan rata-rata sebesar 36% atau masih dibawah 50% sehingga keberlanjutan pembangkitan dapat lebih terjamin dengan memperhitungkan manajemen bahan baku dalam hal penyimpanan.

The island of Kalimantan are still shortcomings in fulfilling the needs of electrical energy. It is estimated that by 2013 electrification in Kalimantan by 71%, from 44.5% in 2004. Kalimantan has the energy potential of coal, oil and some water. Kalimantan has the Cost of Provision (HPP) is high, particularly in West Kalimantan Rp. 3.200.00/kWH. Kalimantan has extensive oil palm plantations. Palm has a solid industrial waste in the form of shells, fiber and empty fruit bunches, which left so it can be utilized as a source of electrical energy. PT Perkebunan Nusantara XIII (Persero) which has 9 garden and 7 mills have the opportunity to generate electric energy. It required the mapping of potential energy generated, the location, technical and economic analysis. The study begins by taking the data for each plant. The data include the number of oil palm fruits are processed per day lowered into the number processed per hour; shell heat content, fiber and empty fruit bunches, the number of shells, husks and empty fruit bunches per hour left though, the amount of waste burned and the output of the generator manufacturer to find out efficiency cogeneration, as well as the amount of fruit processed for one year for availability each month of the year. In addition it is also necessary to map the location for each plant. If the data has been collected, then count and analysis of electric energy, calculations of CDM programs, economic aspects, as well as the location of potential energy. Efficiency cogeneration in the oil industry by 31%. The solid waste remaining oil in the form of shells that can be used as a generator of 3% -5% per ton of FFB (Fresh Fruit Bunches/Palm) or an average of 3.6%, while the empty fruit bunches an average of 23% per ton of FFB. The potential of electrical energy generated in the range of 0.07 to 0.16 MW/ton FFB/hour with an average of 0.12 MW/ton FFB/hour. CDM programs to accelerate the return on investment (Payback Periode) average of 0.6 years or about 7 months or helping average of 10%. Potential in West Kalimantan supply of 24.98 MW, while in East Kalimantan supply of 18.27 MW or a total of 43.26 MW to Kalimantan. Every month can always be in the production of oil with the highest deviation of the average year for the entire Palm Oil Factory between 29% - 57% with an average of 36% or is below 50% so that the generation can be more assured sustainability taking into account raw material management in terms of storage .

Kata Kunci : Pembangkit Listrik, Sawit