Laporkan Masalah

RELASI GENDER SACHIKO MURATA RELEVANSINYA DENGAN KONSEP KESETARAAN GENDER DI INDONESIA

Fatrawati Kumari, Dra.,M.Hum., Prof. Dr. Lasiyo, M.A., M.M.

2011 | Disertasi | S3 Ilmu Filsafat

Gerakan feminisme Indonesia berorientasi pada perspektif Barat dengan karakteristiknya yang rasional, materialstik dan kuantitatif telah berimplikasi pada terjadinya pergesekan dengan nilai-nilai masyarakat. Pemikiran Murata yang menggunakan pendekatan spitualitas Timur menjadi penting untuk dikaji dan diteliti sebagai penyeimbang atas kecenderungan tersebut. Tujuan penelitian ini menjawab beberapa persoalan yang meliputi: latar belakang pemikiran Murata, relasi gender dan relevansi relasi gender Murata dengan kesetaraan gender di Indonesia. Penelitian kepustakaan deskriptif-kualitatif yang menggunakan sumber primer karya Sachiko Murata, The Tao of Islam ini mengolah data melalui jalan: pengumpulan, klasifikasi, reduksi, analisis dan penyusunan. Data dianalisis dengan mengginakan metode historis, interpretasi dan heuristik. Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan. Pertama, pemikiran Murata dipengaruhi oleh taoisme dan mistik Islam yang dikajinya baik secara akademis maupun individual. Kedua, relasi gender Murata adalah relasi kualitas maskulin-feminin yang dualis dalam satu kesatuan yang terdapat pada realitas manusia, alam dan Tuhan. Pertentangan maskulinitas dan feminitas bukan dalam pengertian keterpisahan, melainkan terjalin dalam hubungan kesejajaran, kesatuan dan kesalingan. Ketiga, relevansi relasi gender Murata dengan kesetaraan gender di Indonesia terletak pada sifat kualitatif dan perspektif Timur yang digunakan Murata. Sifat kualitatif dapat menyeimbangkan model kesetaraan gender feminisme yang selama ini bersifat kuantitatif. Perspektif Timur Murata akan membantu feminisme dalam mendekatkan persoalan gender dengan masyarakat sehingga tercapai kesetaraan gender yang seimbang dan harmonis sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia.

Indonesian feminism movement which is oriented towards the Western perspective has characteristics, that are rational, materialistic and quantitative, and have implications for the occurrence of friction with people’s values. Murata’s thinking that uses the Eastern spirituality approach, becomes important to be studied and researched as a counterweight on these trends. The goal of this research is to address several problems including: gender relations, gender relations in human reality, nature and God, relationship between Murata’s thinking with ecofeminisme and feminism and the relevance of Murata’s gender relations to gender equality in Indonesia. This research is a descriptive-qualitative literature processed data collected through, classification, reduction, and preparation while as the data analysis methods are historical, interpretation, and heuristic. This study yielded several conclusions. Firstly, Murata’s thinking was influenced by Taoism and mysticism of Islam which has been well reviewed both academically and individually. Secondly, Murata’s gender relations are relations of masculine-feminine quality which is dual in a unity found in the reality of man, nature and God. Contradiction of masculinity and femininity are not in the sense of separateness, but intertwined in parallel relationship, unity and mutuality. Thirdly, the relevance of Murata’s gender relations lies in the qualitative nature and the eastern perspective used by Murata. The qualitative nature can balance the model of gender equality in Indonesia which has been quantitative. Murata’s Eastern perspective will help feminism in bringing closer the gender issue and the community in order to reach a balanced gender equality and harmony in accordance with the needs of the people of Indonesia.

Kata Kunci : relasi gender Murata - dualitas - kesetaraan gender


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.