Analisis dampak kebijakan harga terhadap kesejahteraan petani padi di Indonesia
RAHAYU, Endang Siti, Promotor Prof. Dr. Ir. Sri Widodo, M.Sc
2008 | Disertasi |Kebijakan harga ditujukan untuk menjaga stabilitas harga, karena ketidakstabilan harga produk pertanian khususnya beras merupakan masalah ekonomi yang penting. Masalah perberasan dikaitkan dengan kebijakan harga menjadi topik yang menarik untuk dikaji karena ditengah perubahan ekonomi global, kebijakan harga beras akan berubah sesuai dengan kondisi lingkungan internal dan eksternal yang selalu berubah dan secara kontinyu fenomena ini akan selalu terjadi secara berkelanjutan dan kebijakan harga hasil pertanian merupakan salah satu kebijakan yang secara langsung dapat mempengaruhi kesejahteraan petani. Penelitian ditujukan untuk (1) mengkaji dampak kebijakan harga kesejahteraan petani , (2) mengetahui elastisitas kebijakan harga terhadap kesejahteraan petani , (3) memprediksi antara kebijakan harga dan kesejahteraan petani Analisis menggunakan ekonometri dengan persamaan simultan dengan data time series tahun 1969-2007 dilengkapi data cross-section tahun 2007 di tingkat rumah tangga petani yang dilakukan dengan metode survai, di 3 propinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur dan terpilih Kabupaten Jember, Sukoharjo dan Karawang dengan total responden 300 rumah tangga petani padi. Analisis data primer (crosssection) dilakukan dengan pendekatan secara konvensional dengan fungsi keuntungan. Dampak kebijakan harga berpengaruh positif terhadap kesejahteraan petani melalui sisi penawaran yang ditunjukkan oleh kebijakan harga dasar gabah dan ratio harga pupuk terhadap harga beras terhadap respon areal tanam dan produktivitas padi. Kebijakan harga dasar gabah berpengaruh positif signifikan, dampak kebijakan harga yang diukur dari ratio harga pupuk terhadap harga beras berpengaruh negatif. Dampak kebijakan harga berpengaruh lebih menguntungkan sesudah krisis dibandingkan sebelum krisis. Dampak kebijakan harga dasar gabah mengindikasikan bahwa kebijakan harga lebih berorientasi kepada konsumen dibandingkan kepada petani sebagai produsen. Dampak kebijakan harga dasar gabah sebagai proxy kebijakan harga output yang semakin tinggi memberikan dampak positif terhadap perubahan kesejahteraan petani tetapi dalam jangka panjang terjadi perubahan prosentase peningkatan kesejahteraan yang semakin menurun. Dampak kebijakan menaikan harga pupuk sebagai proxy kebijakan harga input yang semakin tinggi, memberikan prosentase perubahan produksi dan kesejahteraan yang semakin menurun. Oleh karena itu (1) Kebijakan harga berupa kebijakan harga dasar gabah sebagai proxy kebijakan output dan kebijakan harga pupuk sebagai proxy kebijakan harga input masih diperlukan karena kebijakan harga mempengaruhi mekanisme harga melalui respon luas areal, produtivitas dan produksi yang dapat memberikan keuntungan bagi produsen, (2) Kebijakan harga output cenderung berpihak kepada konsumen dibandingkan kepada petani sebagai produsen, maka perlu reorientasi kebijakan untuk meningkatkan kesejahteraan petani, karena dampak kebijakan harga bukan berarti keuntungan petani tidak meningkat, tetapi kesejahteraan secara hakiki merupakan masalah pola kepemilikan kekayaan, yang tidak ditentukan oleh mekanisme harga, maka masih diperlukan kebijakan lain diluar kebijakan harga untuk meningkatkan kesejahteraan petani.
The aim of price policy is to protect the price stability because the instability of agriculture price product especially rice is an important economic matter. It is an interesting topic to be analyzed if rice is connected to price policy. In the mid of economic global changing, rice price policy will change as the changing of internal and external environment and this happen consecutively. Policy of agriculture price is one of the components affecting farmer welfare. The research is conducted (1) to analyze and evaluate price policy impact to domestic rice price and farmer welfare, (2) to measure the elasticity of price policy to rice price and farmer welfare, (3) to predict interconnected between rice price and farmer welfare. Econometric with simultan our equation analysis is used as the analysis method using time series data from 1969-2007 and cross-section data on 2007 at household farmer level conducted by survey method in 3 provinces, West Java, Central Java and East Java representing central rice production. Selected research areas are Jember, Sukoharjo and Karawang with 300 rice farmers household as total respondents. Primary data analysis is conducted by household model approachment with profit function. The impact of price policy is positive correlated to the farmer welfare in the supply side which is denoted by the policy of floor rice price and the ratio of fertilizer price to rice price in respond to plant area and rice productivity. The policy of floor rice price is significantly positive correlated while the impact that is measured by ratio of fertilizer price to rice price is negative correlated. The impact of rice policy implied better after crisis compared to prior crisis according to domestic price and supply. The policy implication of floor rice price indicates that it pays more attention to consumer instead of farmer as producer. The impact of floor rice price policy, as proxy of output price that is getting higher, delivers positive impact to the shift of farmer welfare but in the long term the percentage of farmer welfare is gong down. It risen the fertilizer price as proxy of input price policy which is getting higher, sends production and welfare percentage falling down. Thus (1) Price policies, that are the policy of floor rice price as the proxy of output price policy and fertilizer price policy as the proxy of input price policy, are needed because the price policies affect price mechanism through plant area, productivity and production that contribute benefits to producer, (2) output price policy tends to stand in the consumer side than to the farmer as producer and it is necessary to improve farmer welfare through policy reorientation. This relates to the impact of price policy that does not contribute any increasing profit to the farmer welfare unless the term welfare describes the wealth ownership patern which determined by the price mechanism. So, It is necessary to hold other policies beyond price policies to improve the farmer welfare.
Kata Kunci : Kebijakan harag,Ketidakstabilan harga,Kebijakan harga beras,Kesejahteraan petani,impact analysis,price policy