Tradisi kliwonan di kompleks Gunung Jati Cirebon dalam perspektif filsafat budaya

HALIM, Achdi A, Promotor Prof. Dr. H. R. Soejadi, S.H

2008 | Disertasi |

Tradisi Kliwonan di Komplek Gunung Jati Cirebon mengandung nilaidan makna filsafati. Di dalamnya terkandung nilai etis, estetis, kultural dan religius yang terungkap dalam ekspresi simbolis dalam ritual tradisi Kliwonan.Penelitian ini merupakan penelitian pustaka dan lapangan dari sebuah fenomena budaya masyarakat Cirebon.Metode penelitian yang lebih khusus digunakan metode deskripsi,kualitatif, komparasi, historis, interpretasi dan heuristika. Pendekatan yang digunakan adalah filsafat budaya,Masalah yang perlu dicari jawabannya adalah (1) Apakah makna tradisi Kliwonan? Adakah keterkaitan dengan awal perkembangan penyebaran Islam di Cirebon (2) Bagaimana tradisi Kliwonan berkembang bagi kesejahteraan masyarakat dalam perspektif filsafat budaya, (3) Bagaimana menyikapi perbedaan pola pikir dan keyakinan yang pro dan kontra terhadap tradisi Kliwonan.Tujuan penelitian ini untuk mengungkap dan menginterpretasikan makna suatu tradisi yang menjadi sumber nilai yang mendorong belangsungnya tradisi budaya lokal di Cirebon. Mengungkap dan menginterpretasikan motivasi apa yang mendorong tradisi Kliwonan bertahan sampai sekarang dalam perspektif filsafat budaya. Mengungkap dan menginterpretasikan perbedaan persepsi masyarakat dalam menghadapi tradisi Kliwonan.Suatu fenomena yang menarik dari ritual tradisi Kliwonan melalui dzikir dan tahlil yang banyak menyedot perhatian masyarakat berbagai kalangan dengan makna ritual dan simbol yang lestari sampai sekarang walaupun ada yang pro dan kontra terhadap tradisi Kliwonan namun tidak menimbulkan konflik karena tradisi Kliwonan dapat berfungsi integratif sebagai sistem budaya.Hasil penelitian dapat ditegaskan bahwa tradisi Kliwonan tetap bertahan sampai sekarang di tengah masyarakat yang mengalami proses modernisasi karena adanya makna material dan spiritual yang dianggap memberikan kesejahteraan bagi masyarakat, kekuatan otivasi ziarah dan sejarah yang berkaitan dengan anggapan Wali Sunan Gunung Jati adalah seorang yang suci tokoh penyebar agama Islam di Jawa Barat.Sumbangan pemikiran dalam penelitian ini antara lain adalah membenarkan adanya tahapan mitis, ontologis, dan fungsionil dalam ritual tradisi Kliwonan sebagaimana yang dikemukakan dalam teori strategi kebudayaan oleh Van Peursen.Secara ilmiah dapat dimunculkan sebagai temuan baru bahwa modernisasi belum tentu mampu merubah suatu tradisi yang telah berakar dalam masyarakat apalagi didukung oleh kebutuhan material yang dikemas dengan nilai-nilai spiritual.Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Cirebon hasil penelitian ini dapat mengembangkan tradisi Kliwonan Gunung Jati sebagai wisata ziarah di Cirebon Jawa Barat.

The Kliwonan tradition practised in the Gunung Jati Complex of Cirebon is a tradition wich contains philosophical values. The Kliwonan tradition containing ethical, aesthetical, cultural and religious values are depicted in the symbolic expressions of its rituals.The study is both a bibliographical and a field study of a cultural phenomenon of the Cirebonese community.More specific methods, descriptive, qualitative, comparative, historical, and heuristic, have also been used. The approach adopted is cultural philosophical in character.Issues to which answers need to be discovered are (1) What is the meaning of the liwonan tradition? Does it have anything to do with the early development and diffusion of Islam in Cirebon? (2) How does the Kliwonan tradition develop for the elfare of the community in the cultural philosophical perspective? (3) How do we respond to the differences between those mindsets and beliefs that favor the tradition and those against it? The purpose of this study is to reveal and interprete the meaning of a tradition that serves as the source of values that has inspired the local cultural tradition of Cirebon. Further, the study attempts to uncover and interprete what the motivation is that has ensured the survival of the Kliwonan tradition to date in the cultural philosophical perspective. Finally, it is also an attempt to unearth and interprete the differences an the perceptions of the community in facing the Kliwonan tradition.An interesting phenomenon of the Kliwonan tradition is the rites through "dzikir" and "tahlil," wich has attracted the attention of many with its ritual meanings and symbols, and wich has remained preserved till today, despite the many "pros" and "cons" concerning its practice. The fact that no conflicts have ever arisen out of these differences indicates that the Kliwonan tradition has indeed been able to function as an integrative cultural system.Based on the findings, it can be said that the Kliwonan tradition has managed to survive amidst the community now undergoing the process of modernization because of the material and spiritual meanings it conveys and by which it is considered to be the provider of welfare for the people and the motivational strength of "ziarah" and history associated with the common assumption that Wali Sunan Gunung Jati is a holy figure in spreading of Islam in West Java.One contribution in the form of thought made through this study is the justification of the presence of the mythical, ntological and functional stages as cited by Van Peursen in his theory of cultural strategy.Scientifically, it could be proposed, at least as a new discovery, that modernization does not necessarily change a tradition that has taken roots within a community, especially if the tradition is supported by material needs blended with spiritual values.For the regency of Cirebon, the findings of this study can hopefully be useful for the development of the Kliwonan tradition of Gunung Jati Cirebon as a pilgrimage tourism in Cirebon, West Java.

Kata Kunci : Kliwonan, Nilai, Etis,Estetis, Religi, Budaya ,Sunan Gunung Jati,Cirebon,Kliwonan, Values, Ethics, Aesthetics, Religion, Cultural, Sunan Gunung Jati, Cirebon.