Persepsi dan sikap masyarakat Hindu Bali terhadap penyakit HIV/AIDS dan ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) di Desa Sanur Kodya Denpasar Bali
EKAWATI, Ni Komang, dr. Yodi Mahendradata, M.Sc.,Ph.D
2010 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan MasyarakatLatar Belakang: Penyakit AIDS telah menjadi masalah global yang melanda dunia karena dalam waktu relatif cepat terjadi peningkatan jumlah penderita. Di Bali penyebaran penyakit HIV/AIDS sudah meluas ke 9 kabupaten dan sudah menyerang semua kelompok umur. Kasus HIV/AIDS tertinggi berada di Kota Denpasar dan belum dapat di tanggulangi dengan efektif melalui program-program yang sudah dijalankan. Di Masyarakat timbul stigma dan diskriminasi terhadap ODHA dan jenazah ODHA. Masyarakat Sanur yang mayoritas beragama Hindu, memperlakukan jenazah ODHA pada saat upacara pemandian jenazah dan pembakaran mayat tidak dilakukan sesuai dengan tata cara yang ada. Stigma dan diskriminasi terhadap ODHA di Masyarakat dapat menghambat penanggulangan pencegahan HIV/AIDS di Bali. Oleh karena itu perlu diketahui persepsi dan sikap masyarakat terhadap HIV/AIDS dan ODHA. Tujuan Penelitian: Mengetahui persepsi dan sikap masyarakat Hindu Bali terhadap penyakit HIV/AIDS dan ODHA sehingga masalah stigmatisasi dan diskriminasi ODHA dapat dihilangkan. Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Informan penelitian 37 orang terdiri dari 10 orang tokoh masyarakat, 9 orang tokoh muda laki-laki dan 11 orang tokoh muda perempuan serta 7 orang informan kunci. Pengumpulan data dilakukan dengan Focus Group Discussion (FGD) pada tokoh masyarakat, tokoh muda laki-laki dan tokoh muda perempuan. Wawancara mendalam pada informan kunci (Kepada Desa, Lurah, Bandesa Adat, tokoh Agama dan Pendeta). Pemeriksaan keabsahan data dilakukan triangulasi, member checking, debriefing dan rich data. Analisis data dilakukan dengan analisis tematik. Hasil : Masyarakat mempunyai persepsi bahwa penyakit HIV/AIDS adalah penyakit berbahaya dan semua orang rentan terkena HIV/AIDS karena dapat menyerang semua kelompok umur. Dibandingkan penyakit yang lain HIV/AIDS dipandang penyakit yang lebih berat karena belum ditemukan obat/vaksi yang dapat mencegah penularnnya. Pengalaman masyarakat melihat cirri-ciri orang yang meninggal akibat HIV/AIDS menimbulkan ketakutan dalam diri masyarakat untuk tidak tertular. Masyarakat takut menyentuh jenazah ODHA karena masyarakat mempunyai persepsi yang negatif terhadap penularan HIV/AIDS. Sikap negatif juga ditunjukkan masyarakat pada penderita ODHA dan jenazah ODHA. Kurangnya informasi terhadap cara penularan HIV/AIDS menjadi hambatan dalam mencegah terjadinya stigma dan diskriminasi. Kesimpulan : Kepala desa, lurah, bandesa adat, pendeta dan tokoh masyarakat yang memegang peranan di masyarakat masih kurang paham terhadap penyakit HIV/AIDS dan ODHA. Kekurangpahaman tokoh tua terhadap cara penularan HIV/AIDS menimbulkan stigma dan diskriminasi yang kuat terhadap penderita ODHA dan jenazah ODHA. Tokoh muda yang aktif di masyarakat lebih paham terhadap penyakit HIV/AIDS dan ODHA. Walaupun demikian tokoh muda masih melakukan stigma terhadap penderita ODHA namun tidak terlalu kuat. Sikap masyarakat negatif terhadap penderita ODHA maupun jenazah ODHA. Sikap negatif dan menolak lebih ditunjukkan pada ODHA perempuan yang tertular dari hubungan seksual yang berganti-ganti pasangan dan mendapatkan kesan perempuan nakal Sebaliknya sikap masyarakat akan positif dan menerima jika ODHA perempuan tertular dari suaminya dan masyarakat akan mendekat.
HIV/AIDS has become a major public health threat since the last recent years where there is a noticeable striking increase in the number of people infected worldwide. Bali is no difference. The HIV/AIDS infection has spread to all 9 districts, and has affected all ages, where the highest number of cases occurs in Denpasar. Although there has been a wide ranges of intervention in Bali conducted to curb the spread, however they are far from being successful. The issue of stigma and discrimination against people living with HIV is also of a concern. The community from Sanur area, for example, treated the remain of the body of people who die from HIV with discrimination. The religious rituals conducted for the remain of these people id different, wehere the community is afraid of touching the remains perceiving they could be infected by touching the dead body of people who die from HIV. This perception might impede interventions to curb the spread of HIV. It is therefore important to explore perceptions and attitudes of people towards hIV/AIDS and people living with HIV. Aim of the study : The aim of the study was to explore perceptions and attitudes Hindu communities in Bali towards HIV/AIDS and people living with HIV Methods : Qualitative research was conducted by conducting in depth interview and focus group discussion with 37 people comprising 10 community leaders, 9 male youth leaders, 11 female youth leaders, and 7 other key informants. Focus Group Discussion was conducted with the community leaders, male and female youth leaders; while the interview were conducted among other key informants such as village leaders and religious leaders. Content analysis was conducted, and data validation was conducted by performing member checking, peer debriefing, and rich data. Results : Participants perceived AIDS as threatening disease. They acknowledged that all are susceptible to acquiring HIV. Compared with other diseases, HIV/AIDS is perceived as more threatening due to no cure or vaccine available. They are afraid of touching the body of the people who die of HIV/AIDS, concerning that HIV could be transmitted to them, partly due to ack of information regarding the HIV transmission. Conclusion : Those who have significant influence in the community such as village leaders, religious leaders appeared to have lack of knowledge with regards to HIV/IADS. This might fuel stigma and discrimination towards people living with HIV. The youth leaders seemed to have a higher level of knowledge regarding HIV/AIDS, however stigmatization and discrimination is still common. The participants they they are susceptible to HIV infection, and perceived that HIV is threatening, transmissible disesase, where there is no cure for it. It is interesting to note that the stigma and discrimination were significant towards women who acquire the disease from having multiple sexual partners. The reverse attitude was noticed toward women who acquire the disease from their husband.
Kata Kunci : HIV/AIDS, ODHA, Masyarakat, Persepsi, Sikap, Bali