Laporkan Masalah

Keberlanjutan sekolah pekerja anak :: Studi kasus dinamika psikologis pekerja anak sektor batik di Desa Nyencle Kabupaten Pekalongan

MUNIROH, Siti Mumun, Dr. Tina Afiatin

2010 | Tesis | S2 Magister Sains Psikologi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika psikologis keberlangsungan sekolah pekerja anak sektor batik di Pekalongan. Pekerja anak adalah sebuah fenomena universal di beberapa negara bagian di dunia. International Labour Organization mengemukakan terdapat sekitar 210 milyar anak-anak di dunia berusia di bawah 15 tahun telah bekerja dan menjadi pekerja anak. Dari segi pendidikan, anak-anak yang bekerja disinyalir cenderung mudah putus sekolah, baik putus sekolah karena bekerja terlebih dahulu atau putus sekolah dahulu baru kemudian bekerja. Penelitian ini menggunakan paradigma dan pendekatan kualitatif dengan tradisi studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan tiga metode yaitu interview, observasi dan dokumentasi. Kriteria responden yang dipilih adalah pekerja anak di sektor batik, berusia 9-15 tahun. Kemudian ditentukan berdasarkan waktu bekerjanya, mewakili dua jenis kelamin dan berdomisili di desa Nyencle Pekalongan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pekerja anak yang putus sekolah pada umumnya memiliki motivasi kerja untuk mendapatkan penghasilan. Sedangkan pekerja anak yang masih sekolah, lebih termotivasi oleh perasaan iba terhadap orang tuanya ketika bekerja. Kondisi afektif pekerja anak menghadapi masalah keberlangsungan sekolahnya berbeda-beda. Ada yang merasa kecewa tidak bisa melanjutkan sekolahnya, biasa-biasa saja atau malah justru senang karena sudah terbebas dari kewajiban bersekolah. Pada umumnya pekerja anak merasa senang ketika membantu orang tuanya bekerja atau ketika bekerja di tempat juragan. Mereka juga merasa bangga karena bisa membantu meringankan beban orang tua. Pandangan pekerja anak terhadap orang tua, guru dan juragan pada umumnya positif. Orang tua, guru dan juragan dipandang sebagai orang yang baik dan peduli terhadap pendidikan meskipun bentuk kepedulian yang ditunjukkan berbeda-beda. Pekerja anak putus sekolah cenderung tidak memiliki harapan untuk kembali ke sekolah karena mereka telah merasa senang bekerja. Berbeda dengan pekerja anak yang masih sekolah, mereka memiliki harapan ingin melanjutkan sekolah yang lebih tinggi dan memiliki cita-cita ingin menjadi guru dan polwan.

The aim of this study was to know the psychological dynamics of child labour in Batik sector in Pekalongan. Child labour is a universal phenomenon in many countries in the world. International Labour Organization proposes that there are 210 billions of underage 15 years old children in the world worked and had been children labour. On educational perspective, child labour is pointed out to prone to break their school, either breaking their school firstly because of working or breaking their school and working then. This case study research applied interview, observation and documentation for collecting data. The subjects were 9-15 years old child labour in Batik sector. These subjects was choosen by viewing of work time, representative of two sexes and domiciled in Nyencle village, Pekalongan. The findings of this research show that school breakout child labour generally motivated to work only to earn, whereas the school child labour, more motivated by pity feeling of their parents. The children labour affective condition has different ways in order to face the problems of school continuity. Some felt disappointed on failure to continue their school, some felt so-so, and some others felt happy because of school duties-free. Generally, child labour was excited when they help their parents or when they work in the owner of the interprise. They also felt proud because they could help out their parents’ burdens. Commonly, the school breakout child labour have a positive thinking about their parents, teachers and the owner of Batik inteprise. Parents, teachers and the owner of Batik inteprise was viewed as a kind person and care to education although they show the different ways in caring. The school breakout child labour tend to have no any desires for coming back to their school because of feeling happy in working. It differs with the school children, which still have an expectation to continue to the higher education and have aspiration to be a teacher or policewoman.

Kata Kunci : keberlanjutan sekolah, dinamika psikologis, pekerja anak, School continuity, psychological dynamis, child labour


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.