Latar belakang kebijakan agresi militer Israel ke jalur Gaza (Operation cast lead) sebagai upaya menggempur hamas
SURATININGSIH, Dewi, Prof. Dr. Budi Winarno, MA
2010 | Tesis | S2 Ilmu Hubungan InternasionalPenyerangan Israel ke Jalur Gaza melalui kebijakan Operation Cast Lead pada tanggal 27 Desember 2008 merupakan langkah menggempur Hamas. Kebijakan yang cenderung populis ini disusun oleh para elit Israel menjelang terselenggarakannya Pemilu Legislatif Israel 2009 demi memperoleh simpati rakyat Israel. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan model politik birokratik, teori sirkulasi elit dan konsep geopolitik untuk menganalisa fenomena ini. Hamas merupakan sebuah organisasi perlawanan Palestina yang hingga kini tidak mengakui eksistensi Israel dianggap sebagai ancaman bagi cita-cita Israel yang ingin membentuk Israel Raya yang menguasai seluruh wilayah Palestina. Ancaman ini kian bertambah nyata setelah kemenangan Hamas pada Pemilu Legislatif Palestina tahun 2006 dan jatuhnya Jalur Gaza dalam kekuasaan Hamas pada tahun 2007. Berkuasanya Hamas mendorong islamisasi berkembang pesat di Jalur Gaza yang meliputi berbagai aspek seperti sosial, politik, keagamaan, pendidikan dan keamanan. Jika keislaman penduduk Jalur Gaza bertambah kuat maka mereka akan semakin bersemangat untuk melawan Israel sebagai bentuk jihad. Inilah kemudian yang mendorong para elit Israel untuk menjadikan Hamas sebagai target serangan. Kebijakan Operation Cast Lead merupakan suatu kebijakan yang memuat kepentingan elit-elit politik Israel yang memiliki kepentingan dalam Pemilu Legislatif demi merebut simpati publik. Melalui kebijakan ini pemerintah Olmert ingin menunjukkan bahwa di akhir masa pemerintahannya ia mampu melumpuhkan kekuatan Hamas untuk memperbaiki citranya yang sudah terlanjur buruk berkaitan dengan kegagalan Perang Lebanon Kedua dan skandal korupsi yang menimpanya. Sedangkan Tzipi Livni sebagai menteri luar negeri Israel dan Ehud Barak sebagai menteri keamanan Israel yang terlibat secara langsung dalam proses pembuatan kebijakan merupakan kandidat Perdana Menteri Israel selanjutnya. Oleh karena itu mereka memiliki kepentingan untuk memberikan pencitraan yang baik agar dapat memperoleh banyak suara sehingga menempati posisi tertinggi di pemerintahan. Pada akhirnya ketiga tokoh kunci ini gagal mencapai kepentingannya karena Olmert masih dianggap gagal dalam kebijakan ini karena belum bisa mencapai tujuan politik Israel yakni membuat Hamas menyerah ditambah perang selama 22 hari ini dipandang sebagai kejahatan kemanuasian semakin memperburuk citra Israel di mata Internasional. Kemudian meskipun partai Kadima yang dipimpin oleh Tzipi Livni memperoleh suara terbanyak namun ia gagal membentuk pemerintahan dan Partai Buruh yang dipimpin oleh Ehud Barak tidak memperoleh suara yang signifikan. Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar master dari Program Pasca Sarjana Hubungan Internasional di Universitas Gadjah Mada. Tesis ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan yang dapat digunakan pada penelitian-penelitian lain yang berkaitan dengan kebijakan Israel terhadap Palestina serta isu lain yang berkaitan dengan konflik Israel-Palestina.
Israel’s attack to Gaza strip through the Operation Cast Lead, on December 27, 2008, was actually Israel’s aggression toward Hamas. The popular policy was designed by Israelis elites prior to the Israeli Legislative Election in 2009, in order to gain Israelis sympathy. This research is a qualitative research, applying bureaucratic political model, circulation of elites theory, and geopolitical concept in order to analyze the phenomenon. Hamas is a Palestine legitimate rebellious organization, which refuses to recognize Israel’s existence. The organization is seen standing thwarting Israel’s dream to establish the Great Israel, possessing full control upon Palestine. The threat has been seen getting stronger since Hamas’ victory of the Palestine Legislative Election in 2006 and during Hamas’ success in getting control over Gaza in 2007. Hamas’ stronger power has vigorously triggered the Islamization process in Gaza strip, involving social, political, religious, educational, an security aspects. With stronger Islam faith amongst the society in Gaza strip, there will be more solid rebellions toward Israel as a form of jihad. This has led Israeli elites to have the bullets and rockets targeted on Hamas. Operation Cast Lead was a policy reflecting Israeli political elites for gaining public support on legislative election. Ehud Olmert intended to make the policy in order to show that during the end of his administration, he was able to tackle down Hamas' power and remake his declining public image concerning his defeat in the Second Lebanon war and his corruption scandal. In addition, Tzipi Livni as foreign affair minister and Ehud Barak as security minister, who have been involved directly in the decision-making processes were the candidates of the next Israeli Prime Minister. Hence, it is their interest to gain positive image in order to gain more votes. At last, these three personals failed to obtain their interest, as Olmert is seen failed to run the operation and make Hamas halt their revolt. Moreover, the 22-day war has been internationally acknowledged for its humanitarian crime, which has worsened Israel’s international image. Though Kadima party under Tzipi Livni succeeded to gain the most votes, it failed to establish the government, while the Labor Party under Ehud Barak did not achieve significant votes. This thesis is conducted as a partial fulfillment to get Master degree from Graduate Program in International Relations, Gadjah Mada University. This thesis is hopefully able to serve as an introductory research for others related to Israel’s policy toward Palestine, and some other issues related to Israel-Palestine conflict
Kata Kunci : Operation cast lead,Model politik birokratik,Teori sirkulasi elit,Konsep geopolitik,Pemilu legislatif Israel,Elit Israel