Pesta demokrasi di daerah bergolak :: Politik tingkat lokal dan pemilihan umum 1955 di Sulawesi Selatan

DJUNEDDING, Burhaman, Prof. Dr. Suhartono

2010 | Tesis | S2 Sejarah

Pemilu 1955 adalah peristiwa unik dalam sejarah Indonesia karena untuk pertama kalinya dalam sejarah, Indonesia memiliki parlemen yang dipilih langsung oleh rakyat. Meskipun yang pertama akan tetapi dapat dikatakan berhasil dan terselenggara dengan baik, bahkan banyak yang menilai sebagai pemilu yang demokratis. Peristiwa ini sangat menarik perhatian karena selain sebagai eksperimen pertama yang bersifat nasional dalam menjalankan demokrasi, pemilu ini merupakan konsensus tertinggi yang pertama kali dicapai pasca revolusi nasional. Lebih jauh, bahkan dapat dikatakan bahwa pemilu 1955 sebagai peristiwa terpenting kedua setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Penelitian ini dimulai dari pelacakan sumber hingga tahap penulisan akhir, sepenuhnya menggunakan metodologi penelitian sejarah. Tahap pertama adalah pencarian sumber (heuristic), baik sumber arsip, maupun surat kabar. Kedua, pemeriksaan berbagai data yang telah dikumpulkan untuk dipilih yang dianggap benarbenar bisa dipertanggungjawabkan, baik dalam hal otentitas, dan kredibilitas sumber (kritik sumber). Ketiga pembacaan atau interpretasi data-data yang ada. Pemilu 1955 memperlihatkan perubahan mendasar dalam dinamika politik lokal di Sulawesi Selatan. Hal tersebut setidaknya tercermin dari hasil pemilu di daerah ini yang memperlihatkan betapa lemahnya atau kurangnya dukungan “klien” (pemilih) terhadap “patron” (bangsawan). Dengan demikian, pendapat yang mengatakan bahwa kemenangan Masyumi pada pemilu 1955 di daerah pemilihan Sulawesi Selatan dan Tenggara karena kuatnya dukungan kelompok aristokrat tidak dapat dipertahankan.

The election of 1955 was an unique event in the Indonesian history because Indonesia had parliament for the first time which was elected by Indonesian people. Although it was the first election, it can be said that this election succeed and was well managed so that some people said that it was the most democratic election. This event was very interesting because it was not only as the first national and democratic experiment, but also as the highest consensus that was reached for the first time after the national revolution. Moreover, it can be said that the election of 1955 was the second important event after the proclamation of independence on August 17th , 1945. This research started by the phase of exploring the resources up to the final writing phase. It was completely using the research methodology of History. The first phase was finding the resources (heuristics). The resources were not not only archives, but also newspapers. The second phase was examining the data that can be trusted not only from its authenticity, but also from its credibility (the critic of resources). The third phase was interpreting the data. The election of 1955 showed the fundamental change in the dynamics of local politics in South Sulawesi. At least, this matter was reflected from the result of this election in this area that showed a lack of support from “client” (elector) to the “patron” (aristocrat). So, the opinion that Masyumi won in the election of 1955 in South and South East Sulawesi because of the big support to the aristocrats is wrong.

Kata Kunci : Demokrasi,Pemilu 1955,Sejarah politik tingkat lokal