Laporkan Masalah

Potensi hutan tanaman jati dalam perencanan pembangunan wilayah Kabupaten Muna

MANDO, La Ode Agussalim, Dr. Ir. Ris Hadi Purwanto, M.Agr.Sc

2010 | Tesis | S2 Ilmu Kehutanan

Kerusakan hutan tanaman jati di Kabupaten Muna terjadi dalam waktu relatif singkat. Hal ini lebih disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal. Oleh karena itu, diperlukan sebuah upaya yang dapat menjamin kelestarian ekosistem dan kesejahteraan masyarakat. Berkaitan dengan itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berbagai faktor tersebut, dalam kaitannya dengan potensi hutan tanaman jati di Kec. Barangka RPH Madampi, untuk menyusun rekayasa model rencana pembangunan hutan tanaman jati. Pengambilan sampel petani dan tegakan jati dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Jumlah sampel petani sebanyak 120 orang untuk empat desa berdasarkan luas kepemilikan lahan. Adapun sampel tegakan dibuat 16 petak ukur dengan luas masing-masing 0,1 ha yang diletakkan pada kawasan lindung Mata Kidi, hutan produksi, dan hutan rakyat berdasarkan jarak dari permukiman penduduk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi hutan tanaman jati kawasan lindung : Luas Bidang Dasar (LBDs) sebesar 31,4109 m2/ha, volume tegakan adalah 597,5083 m3/ha. Hutan produksi : Luas Bidang Dasar (LBDs) sebesar 2,5975m2/ha, volume tegakan adalah 12,8025m3/ha. Sementara itu, hutan rakyat : Luas Bidang Dasar (LBDs) sebesar 17,8533m2/ha, volume tegakan adalah 267,8002 m3/ha. Kerusakan hutan jati di Kec. Barangka RPH Madampi dapat dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu Faktor Eksternal dan internal. Faktor eksternal berupa pengangguran, defisit kepemilikan lahan pertanian pada empat desa sebesar 5,33 Ha SWE (luas sawah equivalen), pendapatan petani dari sektor pertanian tergolong rendah, defisit kebutuhan pangan sebesar 195.316,8 kg/tahun, defisit kayu bakar sebesar 217,9875 m3/tahun, defisit konsumsi hijauan makanan ternak sebesar 4.347.840 kg/tahun, Pencurian kayu jati, maraknya Industri Pengolahan Hasil Hutan Kayu (IPHHK). Faktor internal berupa kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang masih minim, pembagian tugas (job description) dan kewenangan pengelolaan kurang jelas, target peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor kehutanan relatif tinggi. Adapun rekomendasi rekayasa model perencanaan pembangunan hutan jati yaitu penerapan Managemenent Regime (MR) V pada kawasan lindungMata Kidi, MR II dan III pada kawasan hutan produksi, dan MRKonvensional pada hutan rakyat.

Teak forest planting damage in Muna regency occurred in a relatively short time. It is more likely caused by internal and external factors. Therefore, it needs an effort to guarantee the sustainability of ecosystems and welfare. In connection with this, this research seeks to identify these factors, in relation to the potential of teak plantations in the BarangkaDistrict, Madampi RPH, to develop engineering models of teak plantation forest development plans. Sampling was carried out by farmers and teak stand intentionally (purposive sampling). The number of sample farmers as much as 120 people for four villages by extensive land holdings. The sample was made 16 pole plot with an area of 0.1 ha each which were placed in Mata Kidi protected areas, ordinary production forests and community forests based on the distance from settlements. The results showed that the potential of teak forest planting protected areas : basal area of 31.4109 m2/ha, the standing stock is 597.5083 m3/ha. Production forests : basal area of 2.5975 m2/ha, the standing stock is 12.8025 m3/ha. Meanwhile, for the community forests : basal area of 17.8533 m2/ha, the standing stock is 267.8002 m3/ha. The teak forest damage in the Barangka District, RPH Madampi can be influenced by two factors: external and internal. External factors such as unemployment, the deficit of ownership of agricultural land in four villages, amounting to 5.33 Ha SWE (Sawah Wide Equivalent), farmers income from the agricultural sector is low, the food deficit amounted to 195,316,8 kg/year, fuel wood deficit amounted to 217.9875 m3/year, the deficit fodder, forage consumption of 4,347,840 kg/year, the teak wood theft and the proliferation of Wood Forest Product Processing Industry (IPHHK). Internal factors such as quality and quantity of human resources is still minimal, job description and the management authority is less clear, target of increasing revenue is relatively high. The engineering recommendations teak forest development planning model that is implementation of Management Regimes (MR) V on Mata Kidi protected areas, MR II and III on production forests and Conventional MRon community forests.

Kata Kunci : Potensi,Hutan jati,Perencanaan,Management regime


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.