Analissi pengembangan hutan rakyat di Kecamatan Lemahsugih Majalengka

AZIZ, Abdul, Prof. Dr. Ir. H. Hasanu Simon

2010 | Tesis | S2 Ilmu Kehutanan

Perkembangan hutan rakyat di Kecamatan Lemahsugih, ditunjukan dengan adanya perubahan pola usaha tani, seperti; perpaduan antara tanaman sayuran dan kayu-kayuan, pergeseran penggunaan lahan dari sawah tadah hujan menjadi hutan rakyat, dan pemasukan tanaman kayu-kayuan pada pematang sawah. Namun demikian, lahan tegalan masih sangat luas (2.480 ha), dan sebagian besar berada di daerah hulu. Disamping itu, hutan rakyat yang ada saat ini baru mencapai 1.527 ha atau 18%-nya dari luas wilayah, dengan tingkat produktifitas yang rendah.Oleh karena itu, peranserta masyarakat yang telah tumbuh perlu terus didorong dalam upaya meningkatkan fungsi perlindungan dan pengaturan tata air serta terpenuhinya kebutuhan dasar penduduk. Tujuan Penelitian ini adalah 1).Mengetahui faktor-faktor yang mendorong pengembangan hutan rakyat, 2).Mengetahui sistem pengelolaan hutan rakyat, 3). Menyusun model hutan rakyat dengan strategi sosial forestry.Penelitian ini dilaksanakan di tiga desa yaitu: Desa Lemahputih, Desa Sukajadi, dan Desa Kalapadua. Pengambilan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan studi pustaka dengan teknik penentuan sampel dilakukan secara purposive sampling, sesuai dengan tujuan yang ingin diketahui. Data-data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif.Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pengembangan hutan rakyat di Kecamatan Lemahsugih dipengaruhi oleh kondisi biofisik, sistem pertanian, jarak pemukiman terhadap hutan, meningkatnya harga jual kayu, dan status pemilikan lahan. Pengelolaan hutan rakyat di Kecamatan Lemahsugih dilihat dari aspek manajemennya belum secara utuh dilaksanakan dan didukung dengan sumberdaya yang ada. Pelaksanaan pengelolaan hutan rakyat masih bersifat individu atau manajemen keluarga dan baru pada tahap sub-sistem produksi. Berdasarkan pada kondisi biofisik, terdapat 4 rezim hutan rakyat yang diusulkan, yaitu: MR I (21 ha), II (762 ha), III (1.354 ha), dan IV (343 ha). Rezim I; diterapkan konsep Forest Ekosystem Management (FEM), diarahkan untuk Areal Produksi Benih,penghasil pakan ternak dan kayu bakar. Rezim II; diterapkan konsep FEM,dengan tetap dipenuhinya fungsi sosial dan ekonomi, berupa; hasil kayu, buah,pakan ternak dan kayu bakar. Rezim III; diterapkan konsep Forest Resource Management (FRM), diarahkan untuk; penyediaan pangan, kayu pertukangan,kayu bakar dan pakan ternak. Rezim IV; diterapkan konsep FRM, diarahkan untuk; penyediaan pangan, kayu pertukangan dan penyerapan tenaga kerja.

The development of private forest in Lemahsugih subdistrict reflects the change in agricultural pattern such as the combination of vegetables and wood plants, the shift of land use from rain-dependent rice field to private forest and the inclusion of wood plants planted on the edge of rice field. However, independent land is still very wide (2,480 ha) and most of them is situated in the upper stream area. Additionally, the existing private forest is only 1,527 ha or 18% of the whole area with low productivity. Therefore, it is necessary to continuously promote the growing participation of the peope in improving the preservation and the regulation of the existing water arrangement for the purposeof satisfying people’s basic needs. The objectives of the study are to investigate 1) the factors that support the development of private forest, 2) the management system of private forests, and 3) the formulation of private forest model with social forestry strategy.It is conducted in three villages, which are Lemahputih, Sukajadi and Kalapadua. The data is collected through observation, interview and literature study and the samples are drawn using purposive sampling technique suitable for its objectives. The data is analyzed descriptive-qualitatively and quantitatively.The results of the study show that the development of the private forest in Lemahsugih subdistrict is influenced by biophysical condition, agricultural system, the distance of the settlement to the forest, the increase in wood price, and the land ownership status. From the management point of view the private forest in Lemahsugih subdistrict has not been managed integratedly with the existing resource support. It is still individual management or family-based management and still at production sub-system stage. Based on the biophysical condition, there are 4 private forest regimes that are proposed. They are MR I (21 ha), II (762 ha),III (1,354 ha), and IV (343 ha). The regime I applies the concept of forest ecosystem management (FEM) that aims at producing seeds, animal foods and firewood. The reqime II applies the same concept to strengthen the social and economic functions, which are the production of timbers, fruits, animal foods and firewood. The regime III applies forest resource management (FRM) that aims at producing foods, oodworking raw materials, firewood and animal foods. The regime IV applies the FRM concept that aims at producing foods, wordworking raw materials and labor absorption.

Kata Kunci : Hutan rakyat,Pengembangan hutan rakyat,Rezim hutan rakyat