Penilaian perubahan pancaran urin maksimal (Qmax) pada pasien striktur uretra tingga minggu pasca uretrotomi interna sachse di RSUP DR.Sardjito

TAMBUNAN, J. Ariston, Prof. dr. H. Prawito Singodimedjo, SpB, SpU

2010 | Tesis |

Latar Belakang Striktur uretra masih merupakan masalah bagi spesialis urologi, dengan prevalensi yang tinggi di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia. Prosedur apapun yang digunakan untuk menangani kondisi ini hasilnya jelek karena angka rekurensi tinggi yaitu 40-50%. Salah satu penanganan striktur uretra yang paling banyak dikerjakan adalah uretrotomi interna (Sachse) yang kemudian dilanjutkan dengan dilatasi uretra secara berkala untuk mencegah terjadinya striktur uretra kembali. Proses penyembuhan luka pada pasien striktur uretra pasca uretrotomi interna Sachse diharapkan terjadi pada fase fibroplasi/proliferasi dimana pada fase ini telah terbentuk jaringan granulasi dan kontraksi luka sehingga hasilnya akan lebih baik dari sebelumnya. Parameter Qmax dapat dipakai untuk meramalkan hasil pembedahan dan mendeteksi adanya striktur kembali pasca operasi. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan pancaran urin maksimal (Qmax) pada pasien striktur uretra pasca uretrotomi interna Sachse. Metoda Merupakan suatu penelitian potong lintang (cross-sectional) yang dilakukan untuk menilai hubungan antara Qmax tiga minggu pasca uretrotomi interna Sachse dengan panjang dan lokasi striktur. Pemeriksaan Qmax menggunakan alat uroflowmetri Urodyn 1000. Panjang dan letak striktur dinilai dari uretrografi antegrad dan retrograd. Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Urologi RSUP Dr. Sardjito. Analisis statistik menggunakan uji Mann-Whitney. Hasil Selama enam bulan (November 2009-April 2010) terdapat 24 pasien yang menjalani operasi uretrotomi interna Sachse di RSUP Dr. Sardjito. Tiga belas pasien masuk ke dalam penelitian ini, 11 pasien keluar dari penelitian menurut kriteria eksklusi. Seluruh pasien berjenis laki-laki dengan rerata umur 51.3±16.4 tahun (19-77). Penyebab striktur uretra terbanyak adalah trauma 76.9%, iatrogenik 15.4% dan infeksi 7.7%. Sebagian besar lokasi striktur uretra terletak di bagian uretra anterior 76.9%. Delapan subyek (61.6%) dari 13 pasien striktur uretra mempunyai panjang striktur kurang dari 2 cm dengan rerata Qmax 14.76±3.77 ml/s (11.3-21.3). Lima subyek (38.4%) dengan panjang striktur lebih dari 2 cm mempunyai rerata Qmax 6.36±2.62 ml/s (3.3-21.3). Sepuluh subyek (76.9%) dijumpai letak striktur pada uretra anterior dengan rerata Qmax 12.44±5.38 ml/s (4.5-21.3) sedangkan letak striktur pada uretra posterior terdapat 3 subyek (23.1%) mempunyai rerata Qmax 8.5±4.89 ml/s (4.5-21.3). Terdapat hubungan yang bermakna antara panjang striktur dengan Qmax (p=0.003) tetapi tidak terdapat hubungan yang bermakna dengan letak striktur. Kesimpulan Perubahan Qmax pasca uretrotomi interna Sachse dipengaruhi oleh panjang striktur dan tidak dipengaruhi oleh letak struktur.

Background Urethral stricture is a common urologic problem, with the highest prevalence in underdeveloped countries, including in Indonesia. Its outcome is very poor because of the high recurrence rate was 40 - 50% whatever procedure is conducted to treat the condition. The most common treatment of the urethral stricture is internal urethrotomy Sachse and than followed by urethral dilatation according a periodic to prevent recurrent of stricture. The wound healing process after the procedure, it should be happened in proliferation phase whereas on this phase has been the granulation and contraction of the wound become, so, it must be better result before that. The Qmax parameter appears to predict surgical outcome and to detect recurrent of urethtral stricture postoperation. Objectives To determine the factors that influence changes in Qmax of patients with urethral stricture after internal urethrotomy Sachse. Methods A prospective cross-sectional study was conducted to evaluate the correlation between Qmax three weeks after internal urethrotomy Sachse and the length as well as the location of stricture. The investigation of Qmax using with Uroflowmetry Urodyn 1000. The length and the locations of the stricture were evaluated using retrograde as well as antegrade urethrography. The study was conducted in Sub Urology Policlinic of Sardjito General Hospital Yogyakarta. Statistical analysis used was Mann-Whitney test. Result Twenty-four patients were performed internal urethrotomy Sachse in sixth months (November 2009-April 2010) in Sardjito hospital. Thirteen patients were included in the study, 11 were excluded for inadequate follow up. The sex of all the patients are male (100%) with the age of rate is 51.3±16.4 year (19-77). The most etiology of stricture was trauma in 76.9%, iatrogenic in 15.4%, and infection in 7.7%. Majority (76.9%) of site urethral stricture were the anterior part of urethral. Eight patients (61.6%) of 13 patients with urethral stricture have a stricture shorter than 2 cm long with the rate of Qmax is 14.76±3.77 ml/s (11.3-21.3). Five patients (38.4%) with length more than 2 cm have a rate of Qmax 6.36±2.62 ml/s (3.3-21.3). Ten patients (76.9%) have a stricture in the anterior part of the urethra with the Qmax of rate 12.44±5.38 ml/s (4.5-21.3), even though, the site of stricture in the posterior have a rate 8.5±4.89 ml/s (4.5-21.3). There is a significant correlation between the length of the stricture and Qmax (p=0.003) but the correlation between the location of the stricture and Qmax is not significant. Conclusions The changes of Qmax after internal urethrotomy are influenced by the length of the stricture but not by the location of the stricture.

Kata Kunci : Struktur uretra,Uretrografi,Qmax,Sachse