Seroprevalensi dan faktor-faktor risiko toksoplasmosis pada darah donor dan wanita di bali menggunakan protein rekombinan Gra-1 Toxoplasma gondii isolat lokal
LAKSEMI, Dewa Ayu Agus Sri, Prof. dr. drh. Wayan T. Artama
2010 | Tesis | S2 Ilmu Kedokteran TropisLatar Belakang: Toxoplasmosis merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting karena distribusi infeksi luas serta dampak ekonomi dan sosial yang tinggi berkaitan dengan kecacatan yang tinggi berupa keterbelakangan mental dan kebutaan pada anak-anak. Faktor resiko yang memungkinkan meningkatkan penyebaran toxoplasmosis di Bali antara lain keberadaan kucing di populasi, kondisi geografis dan iklim yang mendukung perkembangan ookista, kebiasaan makan masyarakat lokal mengkonsumsi daging setengah matang/ mentah yang disebut â€lawarâ€. Skrining pada darah donor tidak rutin dikerjakan di Bali, toxoplasmosis dapat ditularkan melalui transfusi. Tujuan: mengetahui seroprevalensi toxopasmosis pada kelompok-kelompok berisiko antara lain darah donor dan wanita dengan menggunakan protein rekombinan GRA-1 isolat lokal sebagai alat diagnostik dan mengetahui hubungan faktor resiko seperti kontak dengan kucing, pola makan dan makanan, kontak dengan daging mentah, pekerjaan/ hobi kontak dengan tanah dengan infeksi toxoplasmosis. Metode: Total 790 sampel serum dikumpulkan dari donor dan wanita dengan metode consecutive pada donor dan rancangan klaster sederhana pada wanita di Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Tabanan, Gianyar, Klungkung dan Bangli. Data demografi dan faktor risiko yang berkaitan dengan toxoplasmosis didapat melalui wawancara menggunakan kuisioner. Faktor-Faktor risiko tersebut antara lain: kontak dengan kucing, pola makan dan makanan, kontak dengan daging dan kontak dengan tanah. Protein rekombinan GRA-1 digunakan untuk menentukan toxoplasmosis dengan metode ELISA indirek. Faktor resiko dianalisis signifikansi dan Odds Ratio dengan confidence interval sebesar 95%. Hasil: Seroprevalensi toxoplasmosis pada darah donor di Bali adalah 35,9%, sedangkan pada wanita adalah 63,9%. Seroprevalensi donor di Kabupaten Badung 29,2%, Tabanan 36,8%, Gianyar 25%, Denpasar 41,1%, Klungkung 25%, dan Bangli 8,3%. Seroprevalensi toxoplasmosis pada wanita di Kabupaten Badung 33,3%, Tabanan 66,5%, Gianyar 82,5%, Denpasar 71,1%, Klungkung 81,5% dan Bangli 16,7%. Kesimpulan: Faktor resiko yang mempunyai hubungan bermakna dengan seroprevalensi toksoplasmosis pada donor adalah konsumsi daging kambing yang dimasak tidak cukup matang dan konsumsi sayuran mentah yang disajikan di warung lesehan, sedangkan faktor risiko pada wanita adalah pekerjaan/ hobi kontak
Background: Toxoplasmosis is an important public health problem because of its worldwide distribution and economic and social impact due to high sequele such as mental retardation and blindness in children. Risk factors that likely increase the spread of toxoplasmosis in Bali are the presence of cats in the population, geographical and climate condition that enable the development of oocyst, locally food pattern habits to consume raw meat called “Lawarâ€. Screening for donor blood for toxoplasmosis in Indonesia especially in Bali was not routine performed. Objective: To study serological prevalence of toxoplasmosis in the high risk population such as donors and women and get an overview of association between risk factors and toxoplasmosis infection, comprising contact with cats, food pattern, occupation related to contact with raw meat and activities related to contact with soil. Method: Total 790 serum samples were collected from donors and women using consecutive method in donors and simple cluster design in women at Denpasar Municipality, District of Badung, Tabanan, Gianyar, Klungkung and Bangli. Data on demographics and risk factors for toxoplasmosis were recorded by interview using standardized questionnaire. Practices considered to be risk factors for toxoplasmosis that had been evaluated in this study are: the presence of cats in the household, practice of outdoor gardening and working on a farm, food pattern habits such as consumption of rare/ improperly cooked meat and unwashed vegetables, and handling raw meat. We use GRA-1 recombinant protein in indirect ELISA. Risk factors were analyzed their significance and odds ratio at confidence interval 95%. Result: Serological prevalence of toxoplasmosis in donors was 35,9%, while in women was 63,9%. Serological prevalence of toxoplasmosis in donors at District Badung was 29,2%, Tabanan 36,8%, Gianyar 25%, Denpasar 41,1%, Klungkung 25% and Bangli 8,3%. Serological prevalence of toxoplasmosis in women at District Badung was 33,3%, Tabanan 66,5%, Gianyar 82,5%, Denpasar 71,1%, Klungkung 81,5% and Bangli 16,7%. Conclusion: Risk factors significantly associated with serological prevalence of toxoplasmosis in donors at Bali were food pattern habits such as consumption of raw meat (goat) and consumption of raw vegetables in street vendors, while in women risk factors were consumption of raw meat (pork and chicken) and activities related to contact with soil.
Kata Kunci : Toxoplasma gondii,rGRA,1,Indirek ELISA