Analisis spasial kejadian tuberkulosis paru bakteri tahan asam positif menggunakan sistem informasi geografis (SIG) di Kota Yogyakarta
WIDADA, Subrata Tri, dr. Tri Baskoro T. Satoto, M.Sc., PhD
2010 | Tesis | S2 Ilmu Kedokteran TropisLatar Belakang : Penyakit Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi yang menjadi masalah kesehatan prioritas di negara berkembang termasuk Indonesia. Angka insidensi dan prevalensi terbaru di DIY yang diperoleh dari hasil Survey Prevalensi TBC terakhir tahun 2004 adalah 64/100.000. Hingga saat ini, pengolahan register TB di Kota Yogyakarta masih terbatas dalam bentuk analisis tabuler dan grafik. Analisis sebaran kasus masih berupa agregasi di tingkat desa dan kecamatan, dan bukan dalam bentuk pemetaan. Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan kepadatan penduduk, pendapatan dan sarana pelayanan kesehatan terhadap kejadian TB paru BTA (+) di Kota Yogyakarta. Metode Penelitian : Penelitian ini dilakukan melalui survei dengan metode cross-sectional menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Populasi dalam penelitian ini adalah populasi wilayah (Area Population), yaitu keseluruhan kelurahan yang ada di Kota Yogyakarta, kasus TB paru BTA (+) tahun 2007 di 18 Puskesmas. Variabel independent terdiri dari kepadatan penduduk, pendapatan, dan sarana pelayanan kesehatan, sedangkan variabel dependent yaitu kejadian TB paru BTA (+). Hasil : Berdasarkan hasil analisis bivariat menunjukan bahwa (p= 0,035); karena P<0,05; maka disimpulkan kepadatan mempunyai hubungan dengan penderita TB Paru. Berdasarkan hasil analisis bivariat menunjukan bahwa (p= 0,037); karena P<0,05; maka disimpulkan pendapatan mempunyai hubungan dengan penderita TB Paru. Berdasarkan hasil analisis bivariat menunjukan bahwa (p= 0,015); karena P<0,05, maka disimpulkan bahwa jarak sarana pelayanan kesehatan mempunyai hubungan dengan penderita TB Paru. Kesimpulan : Kejadian TB Paru BTA (+) berhubungan dengan kepadatan penduduk, pendapatan, dan jarak sarana pelayanan kesehatan. jarak rata-rata rumah kasus TB paru dengan sarana pelayanan kesehatan (puskesmas) yaitu kurang dari 1 km.jarak paling jauh lebih dari 3 km.
Background : Tuberculosis is an infection disease with high morbidity and mortality-rate and remains the unsolved at the developing countries. Indonesia is in the third place after India and China for having most tuberculosis cases. It has been suggested that the TB disease related to several factor such as the density, income, and the distance to the health care facilities. It is important to understand these factors in relation with the TB occurrence. The information obtained from this study may contributed to the effort to control the TB disease at Yogyakarta. Objectives : The study aimed to investigate the relationship between population density, poverty status, and the distance to the health care facility to the occurrence of lung TB at Yogyakarta. Methods : This research applied a cross-sectional study design. A data regarding the TB cases in the year 2007 were collected. The population area was the whole villages at Yogyakarta. The independent variables were population density, income, and the distance to the health care facilities, while the dependent variable was TB occurrence. Result : Spatial regression analysis showed a correlation between the BTA (+) occurrence with the population density (p<0,05), with the income (p<0,05), and the distance to the health care facilities (p<0,05). It is calculated that the nearest distance of the TB patient residence to the health care facility is less than 1 km, while the most far is more than 3 km. Conclusions : The occurrence of BTA (+) lung TB at Yogyakarta has a relationship with population density, income, and the distance to the health care facilities.
Kata Kunci : Kejadian TB paru BTA (+),Kepadatan penduduk,Pendapatan,Jarak sarana pelayanan kesehatan,Sistem informasi geografis (SIG)