Seni pertunjukan incling :: Transformasi pemujaan binatang totem menjadi upacara bersih desa di Kulon Progo Yogyakarta
SUTRISNO, Langen Bronto, Prof. Dr. R.M. Soedarsono
2010 | Tesis | S2 Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni RupaPenelitian berjudul Seni Pertunjukan Incling : Transformasi Pemujaan Binatang Totem menjadi Upacara Bersih Desa di Kulon Progo, Yogyakarta, mengkaji transformasi yang difokuskan pada dua periodisasi, yaitu periode 1982-2006 dengan 2007-kini. Fenomena yang terjadi pada tari incling dalam prosesi ngguyang jaran, berlangsung di desa Pendoworejo, Girimulyo, Kulon Progo. Tujuan penelitian salah satunya sebagai sarana untuk menelusuri kekekalan budaya prasejarah dalam suatu seni, sesuai dengan perkembangan jamannya. Hal yang paling mendasar adalah bertujuan untuk memahami kesenian incling dalam transformasi pemujaan binatang totem menjadi upacara bersih desa di Kulon Progo, Yogyakarta. Penelitian yang berupa pengkajian seni, dilakukan secara etnografi. Namun demikian pengkajian seni secara etnografi, membutuhkan berbagai pendekatan sehingga pendekatan multidisiplin atau etnokoreologi dirasa sesuai dalam penelitian ini. Tidak hanya sebatas untuk menyingkap titik pandang suku yang masih mempertahankan budaya primitif, tetapi lebih dari itu pembahasan sebab-sebab perubahan sehingga dapat menyentuh lapisan paling dalam seni yaitu transformasi koreografi sajian incling. Secara umum, transformasi yang terjadi mengakibatkan perubahan dua fase, yaitu fase eksternal dan fase internal. Fungsi incling yang semula begitu dominan untuk kepentingan ritual ngguyang jaran, beralih fungsi incling ngguyang jaran untuk kepentingan ritual bersih desa. Adaptasi fungsi baru ritual ngguyang jaran kesenian incling, mengakibatkan perubahan secara eksternal, kepercayaan pada éndhang jaran sebagai pepundhèn begitu dominan menjadi berkurang. Éndhang jaran tetap menjadi bagian dari ritual bersih desa, tetapi tidak dominan. Perubahan eksternal ini disebabkan oleh adanya campur tangan tokoh desa yang dianggap pulung. Fase internal mengakibatkan pertumbuhan dan kemunduran seni. Secara umum, kesenian incling banyak mengalami kemunduran dengan sedikit pertumbuhan. Disain lantai, dinamika, dan desain kelompok mengalami penurunan, sedang desain atas mengalami pertumbuhan dan kemunduran.
The study entitled Performance Art of Incling: Totem Animal Worship Transformation to Village Cleansing Ritual in Kulon Progo, Yogyakarta, analyzed the transformation in two periods of 1982-2006 and 2007-present. The phenomena of incling dance in the procession of ngguyang jaran (bathing the horse), was found in Pendoworejo, Girimulyo, Kulon Progo. The objective of this study was to identify the eternality of prehistory culture in an art in the context of the ongoing era. The most important purpose is to understand incling art in totem animal worship transformation to village cleansing ceremony in Kulon Progo, Yogyakarta. The study of art analysis was an ethnographic one. However, because analysis of ethnography requires different approaches, therefore multidiciplinary or ethnochoreology is relevant in this analysis. Not only was this expected to disclose the perspective of the tribes consistently holding this primitive culture, but also to identify the causes of transformation in order to understand the essence of choreography transformation of incling. In general, the transformation has resulted in the changes of two phases. They are external and internal. Incling which was initially very dominant in the ritual of ngguyang jaran, has been transformed into incling ngguyang jaran for village cleansing ritual purposes. Adapted function of incling in the ritual of ngguyang jaran has resulted in external transformation of the declined belief in endhang jaran as the pepundhen (patron). Endhang jaran remains the part village cleansing ritual, although it is not dominant any longer. Such this external transformation is caused by intervention of village public figure known as pulung. Internal phase transformation has resulted in the growth as well as decline of art. In general, incling has declined in practice. Design of floor, dynamics, and group has undergone decline, while upper part design has undergone growth but decline as well.
Kata Kunci : Tari, Transformasi, Totem, Eksternal dan internal